1

210 7 0
                                    


Seorang laki-laki berambut hitam legam dengan manik biru Safir serta jangan lupakan kamera yang selalu tergantung di leher nya itu, kini sedang berjalan santai di trotoar jalan.

Melangkah dengan riang dan senyum tipis yang terpatri di wajah nya, membuat dia semakin terlihat menawan. Melihat-lihat ke kanan dan ke kiri untuk mencari suatu hal yang bisa ia potret dan disimpan. Hanya sebuah hobi biasa memang, tetapi dia menyukai nya.

"Apa yang harus 'ku potret hari ini?" Monolog nya bingung.

Karena tidak mendapatkan ide, orang itu pun kembali melajukan kaki nya. Melewati zebra cross dan berjalan santai, seakan-akan tidak peduli dengan terik matahari pagi yang sedang menerpa wajah rupawan milik nya.

Setelah itu kembali berjalan melewati taman yang ada, ruko-ruko di pinggir jalan, serta kendaraan yang berlalu lalang. Mata biru Safir nya itu terus melihat kesana dan kemari, melihat-lihat dengan senyuman yang masih belum luntur dari wajah nya.

'Lebih baik pulang saja. Aku gak mau kena semprot orang ngeselin itu' Setelah membatin, orang itu pun kembali berjalan dan kembali ke rumah.

 Aku gak mau kena semprot orang ngeselin itu' Setelah membatin, orang itu pun kembali berjalan dan kembali ke rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku pulang."

Drap drap drap!

"Darimana saja kamu Riy?!!" Teriak seorang remaja perempuan dengan manik biru Safir yang sama persis dengan laki-laki yang ia panggil barusan.

"Jalan-jalan, cari sesuatu yang bisa dipotret." Jawab orang yang dipanggil Riy itu sembari berjalan kearah remaja perempuan yang baru saja meneriaki nya.

"Kenapa tidak bilang dulu?!"

"Aku sudah bilang ke mama. Kak Taufan saja yang kebo, perempuan kok bangun siang?"

"Aku capek tau! Dikira gampang apa ngerjain tugas-tugas yang bejibun?!" Protes remaja perempuan yang bernama Taufan tersebut.

"Perasaan tugas 'ku lebih banyak dari kak Taufan."

"Nye-nye."

Adek dan kakak itu lalu berjalan berdampingan untuk masuk lebih dalam ke mansion milik keluarga Cyclone.

Saat sudah sampai di ruang tengah, terdapat pria dan wanita paruh baya yang sedang duduk bersebelahan dengan makanan ringan dan minuman soda sembari menonton televisi dengan serius.

"Aku pulang, ma, pa."

Orang yang dipanggil pun menengok kearah putra dan putri mereka.

"Selamat datang sayang." Balas nyonya Cyclone.

"Darimana saja, Riy?" Tanya tuan besar keluarga Cyclone.

Is this...Dejavu? [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang