Ajakan

766 107 2
                                    

Keesokan harinya Chifuyu datang masih dengan rambut noraknya tak lupa dengan sikap kasarnya.

Mari berpura-pura Ruka tidak melihat dan tidak tahu apa yang baru saja terjadi kemarin di ujung taman umum. Wajah Chifuyu dipenuhi goresan dan luka lembam, banyak plester terpampang di seluruh wajahnya.

Chifuyu duduk di kursinya, dia menyempatkan diri melirik Ruka sebentar.

"Ini sangat buruk..." Ruka menggelengkan kepalanya, dia sengaja memasang wajah sedih atau kecewa.

"Pergi sana, Mizuhara." usir Chifuyu.

"Apa yang aku katakan, kan. Kau tidak mendengarnya." ejek Ruka, walaupun sebenarnya merasa bersalah atas kejadian kemarin membuat Chifuyu mengernyit curiga.

Ruka tidak berbohong jika dia mengatakan bahwa dia benar-benar ingin membantu Chifuyu, hanya dengan melihat luka lembabnya saja membuat Ruka semakin merasa bersalah karena lebih mementingkan egonya dan tidak membantu seseorang yang telah menyadarkannya dan mengiringnya akan kehidupan yang lebih baik. Seseorang yang tidak tahu bahwa dia telah membangkitkan kembali semangat hidup orang lain.

Ruka memikirkan Chifuyu sepanjang malam, dia benar-benar merasa bersalah. Jadi, Ruka memutuskan untuk mengajak Chifuyu jalan-jalan sebagai tanda permohonan ampun. Tidak ada niatan lain. Sungguh. Mungkin dengan itu akan membuat suasana hati Chifuyu sedikit membaik.

Ruka sebenarnya sempat berpikir, tidak mungkin Chifuyu yang seperti itu mau diajak, pasti akan ditolak sepenuhnya. Meski begitu, rasanya Ruka bisa meyakinkannya. Walaupun hanya satu persen keberhasilan.

Ah. Ruka memikirkan rasa bersalahnya pada Chifuyu begitu lama sehingga dia tidak menyadari bahwa siswa lain telah keluar untuk pergi ke klub masing-masing.

Ruka melirik ke pintu kelas tepat di mana Chifuyu hendak keluar, sepertinya berniat bertemu lagi dengan bocah Keisuke itu.

"Tunggu, Chifuyu!"

Ruka berlari ke arah Chifuyu yang tetap berdiri dan tidak berbalik, dia melihatnya menarik napas dalam-dalam.

"Apa, kau mau mengejekku?" tanya Chifuyu ketika Ruka kini berdiri di hadapannya.

"Tidak, dasar konyol. Jadi—begini.. Jika kau tidak keberatan..."

Ruka terlihat canggung, dia menggaruk kepalanya dan tersenyum canggung. Chifuyu mengangkat satu alisnya.

Ayo Ruka, ini demi bisa tidur nyenyak karena rasa bersalahmu sudah hilang, batin Ruka.

"Mizuhara, langsung ke intinya." Chifuyu memutar kedua bola matanya, dan mulai melangkah pergi, tetapi Ruka dengan cekatan menariknya kembali.

"Bagaimana jika kita menghabiskan waktu bersama di luar sore ini?"

Suasana menjadi semakin sepi setelah ajakan Ruka. Ruka tersentak dan hampir berkeringat mendengar apa yang baru saja dia katakan.

Sialan. Aku benar-benar melakukannya.

"T-tidak ada maksud apa-apa. Hanya jalan-jalan ke wahana bermain di pusat kota," ujar Ruka mencoba memperbaiki keadaan karena ulah dirinya yang tak bisa merangkai kata dengan benar.

Chifuyu tersentak dan sedikit tersipu, kemudian terbatuk untuk menenangkan diri.

"A-apa— tidak bisa."

Tidak?!

"Aku punya janji dengan Baji-San."

Keisuke?

Ruka tersedak. "Dengar, Jangan salah paham, aku hanya ingin meminta maaf atas apa yang mereka lakukan padamu kemarin, Chifuyu." jelas Ruka cepat. 

Chifuyu yang baru saja akan beranjak, berhenti dan menoleh ke arah Ruka dengan wajah mengernyit.

"Apa? perkelahian kemarin? Apa... kau membuntutiku?!"

Ruka tidak tahu akan berakhir seperti ini. Dia tidak benar-benar membuntuti Chifuyu, kan, dia hanya kebetulan menemukan, kemudian merasa bersalah atas apa yang terjadi. Kenapa menjadi seperti ini?

"Tidak! Tentu saja tidak. Aku bukan penguntit dan maniak pemburu pria yang akan membuntuti kemana-mana!" sela Ruka dengan cepat.

Chifuyu mengangkat satu alisnya. "Lalu?"

"Kemarin aku kebetulan melihatmu terkepung berandalan, lalu aku merasa bersalah karena hanya berdiam diri. Aku sama sekali tidak berniat membuntutimu." jelas Ruka.

Chifuyu mengangguk paham. "Aku mengerti. Tapi tetap saja, aku harus menghabiskan waktuku sepulang sekolah dengan Baji-San."

"Aku tidak akan bisa tidur nyenyak karena memikirkan rasa bersalahku."

"Kenapa juga kau merasa bersalah?"

"Itu karena..."

Ruka terdiam. Tidak. Tidak mungkin kan Ruka memberi tahu rahasianya ke Chifuyu tentang mengapa dia sampai sangat tertekan karena rasa bersalahnya. Tidak mungkin dia mengatakan bahwa yang terjadi kemarin memicu munculnya trauma masa lalunya.

Chifuyu tampak berpikir sejenak. Ruka juga menduga Chifuyu tampaknya mulai terikat dengan Keisuke, di mana anak-anak seusianya akan memilih untuk kencan dengan gadis daripada menghabiskan waktu dengan teman dekat mereka sendiri.

"Baiklah, bagaimana dengan malam ini? Saat pulang sekolah aku tidak bisa."

"M-malam ini?"

"Kalau kau tidak mau, tidak usah."

Chifuyu berniat melenggang pergi tetapi Ruka segera menariknya lagi.

"Baiklah, baiklah. Malam ini."

Chifuyu mengangkat bahu dengan ekspresi khasnya. "Yah, aku tidak ingin kau tidak tidur karena memikirkanku sepanjang malam—"

"Kau— kau mengkhawatirkanku?!" sela Ruka, mengejek semakin menjengkelkan.

"E-eh?! Tidak, tentu saja tidak!"

"Bocah Matsuno mengkhawatirkanku, aku jadi malu..." Goda Ruka.

"Diamlah, Mizuhara!" (눈‸눈)

。´✧༚ᵕ˖♡◠☆





girlboss | Tokyo RevengersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang