Ruka keringat dingin.
Ketika Ruka terbangun karena dering telepon di sebelahnya, ia tidak bisa berkutik dengan apa yang di kabarkan Emma kepadanya. Rasanya dia masih belum bisa menerimanya.
Ruka merenungkan sejenak ucapan Pahcin beberapa waktu lalu, nada di setiap ucapannya menjelaskan betapa dendamnya dia atas apa yang telah terjadi.
Ruka tahu konsekuensinya, karena jika dia menjadi Pahcin, dia akan melakukan hal yang sama.
Kemarin, Pahcin menikam Osanai-—ketua kedelapan Mobius dengan pisau yang bahkan dia dapat entah dari mana. Kemudian dia menyerahkan diri ketika polisi tiba.
Kemudian di hari yang sama Takemichi harus dirawat di rumah sakit, begitu juga dengan pertikaian Mikey dan Draken yang terbagi menjadi dua kubu di mana bagi Toman sama mengerikannya dengan kehilangan kapten divisi ketiga.
Ruka kini hanya bisa menatap wajah damai Takemichi yang tak kunjung sadar bersama Emma di sebelahnya. Meski berbicara, Ruka dan Emma berusaha berbisik agar tidak mengganggu pria tua yang berada tepat di depan tirai Takemichi.
"Eugh.." lenguhan Takemichi membuat mereka berdua refleks berdiri saat merasakan pergerakan.
Ketika pemuda itu sepenuhnya sadar, Emma segera menjelaskan seluruh kejadian di sementara tangisnya.
Tentang Perselisihan Mikey dan Draken
Tentang Pah yang ditangkap
Kecuali tentang Ruka yang tetap diam
Karena tidak ada yang tahu selain dirinya dan Pahcin sendiri.
Flashback
Ruka berjalan menuju kediaman mewah Pahcin. Dia pernah ke sini bersama orang-orang penting Toman untuk sekadar nongkrong. Awalnya, Ruka tidak tahu bahwa Pah adalah orang yang cukup berada.
"Apakah Pahcin ada?" Ruka bertanya pada salah satu pelayan yang keluar.
"Ya, itu dia."
Ruka berbalik dan menemukan Pahcin yang baru saja keluar dari rumahnya, dia mengenakan seragam Toman.
"OI RUKA, APA YANG KAU LAKUKAN DI SINI?" teriak Pahcin dari jauh.
"MAU BICARA!"
Pahcin yang sepertinya mengerti langsung memberi kode agar Ruka mengikutinya.
"Apakah kau merasa sedikit lebih baik?" tanya Ruka—mengambil tempat duduk.
Pahcin menghela nafas lelah. "Aku tidak akan pernah tenang jika aku tidak membalas dendam pada Mobius." katanya penuh dendam.
"Aku sedikit lega bahwa Toman benar-benar akan bentrok dengan Mobius."
"Ya aku juga. Tapi kau harus tetap berhat—"
Sebelum Ruka bisa melanjutkan, Pahcin menyela."Ruka... aku akan membunuh si Osanai itu."
"Huh?"
"Aku serius, Ruka. Sangat serius." tekannya.
End Flashback
Pah tidak main-main saat mengatakan itu ternyata.
Ruka terbangun dari lamunannya ketika Emma menyenggolnya, dia berbalik dan melihat Emma dan Hina menggelengkan kepala tidak percaya.
Mereka saat ini berada di toko kimono. Mereka memilih kimono yang indah untuk dipakai nanti di festival Musashi.
"Jadi kau yang ini saja, Ruka-Chan?" tanya Emma memastikan.
Ruka mengangguk antusias.
"Kau punya selera yang bagus." puji Emma melirik ke arah Hina yang juga mengangguk setuju.
Sore itu mereka bertiga keluar dari toko sembari bercanda, namun tanpa sengaja atensi Ruka tertuju pada sekelompok pemuda di taman yang sedang berkumpul, lalu menyadari bahwa ada Takemichi di sana.
Seperti mengerti arah tatap Ruka, Emma segera menarik kedua gadis lainnya untuk melangkah ke tempat para pemuda. "Takemichi!" sapa Emma.
Takemichi menoleh tampak sama terkejutnya melihat kehadiran ketiga gadis di depannya. "Eh?! Hina-Chan?"
Ruka mendecak malas. "Emma dan aku juga ada di sini, lho~"
"Hehe maaf.."
Tanpa basa-basi, Ruka dan Emma mendorong Hina ke depan untuk berhadapan langsung dengan Takemichi— dia tersenyum malu-malu.
"Eh, kenapa hina?" Takemichi tampak bingung dengan gerak-gerik gugup Hina.
"Dia berusaha mengatakan sesuatu, ayolah!"
"Itu.. K-kau mau tidak pergi ke festival Musashi bersamaku?"
Lihat, Takemichi langsung mengangguk antusias, menyetujui ajakan Hina. Tentu saja akan setuju, Takemichi masih pacar Hina.
"Eh, bukankah itu Draken?" tanya Emma tak percaya sambil menyenggol Ruka.
Ruka menoleh untuk melihat langsung, dan benar saja ada Mikey dan Draken yang sebelumnya bertikai, kini sedang bermain sepak bola bersama.
Ruka dan Emma mendekati kedua pemuda itu— meninggalkan Takemichi dan Hina yang masih malu-malu berduaan.
"Hei, bukankah kalian berdua bertengkar ?!"
"Kalian berisik, ah!"
Sore itu tampak begitu damai. Mereka hanya bermain, bergosip, bercanda ria, dll. Sesuatu yang kelihatannya sangat sederhana, tetapi suasana seperti inilah yang di impikan oleh hampir setiap remaja. Ruka tidak tahu apakah mereka semua bisa berkumpul seperti ini lagi.
Ruka berharap.

KAMU SEDANG MEMBACA
girlboss | Tokyo Revengers
FanfictionGeng di matanya cukup brengsek sebelum dia bertemu Toman. Mengapa begitu sulit baginya untuk menjauh dari Toman dan orang-orangnya? Mereka semua ada di hatinya. Ruka Mizuhara lihai dalam bertarung, sangat lihai bahkan. Tapi dia memilih untuk menyemb...