Kilas balik

721 134 1
                                    

⏸️ first love - nikka costa

•••

Awal dari kisah si ceriwis dan si pendiam itu adalah saat Sekolah Menengah Pertama.

Jisya yang super duper aktif dan suka sekali mengajak bicara teman-teman barunya lebih dulu itu terpaku pada sosok Aksa yang pendiam dan memilih pojokan sebagai singgasana ternyamannya. Baginya, Aksa itu sangat keren dan tipe lelaki idamannyaㅡtidak banyak bicara namun baik.

Tapi sayang, selama satu tahun lamanya Jisya hanya bisa mengubur perasaannya dalam-dalam karena Aksa yang memasang tembok besar sebagai batas antara dirinya dengan orang luar. Bahkan di kelas pun ia hanya akrab dengan Khaizan, teman sebangkunya. Ia se-tertutup itu, padahal kalau dirinya mau berbaur pasti akan banyak orang yang semakin menempel padanya.

Meski begitu adanya, Jisya jelas tidak membiarkan perasaannya luntur begitu saja, ia sudah terlanjur mengagumi Aksa. Katanya; semua hal tentang Aksa itu keren!

Aksa pintar dalam akademik, suaranya bagus, jago main tenis meja, dan ia juga pemilik sabuk cokelat di karate.

Huh, bahkan sebenarnya masih banyak hal lainnya. Namun Jisya belum melihatnya secara langsung, ia hanya mendengar 'katanya' dari orang-orang yang terlebih dahulu mengenal Aksa.

Lalu di tahun kedua Sekolah Menengah Pertama, lebih tepatnya saat UTS, Aksa tidak masuk sekolah dan Jisya yang memegang tanggungjawab sebagai sekertaris kelas itu pun memberanikan diri untuk mengiriminya pesanㅡ itupun lewat sms, karena Aksa manusia kuno yang tidak memiliki sosial media seperti teman seusianya.

Begini lah isi pesan yang gadis itu kirimkan:

-

Aksa Mahameru

Aksa kenapa enggak masuk? |
Tadi pengawasannya nanyain, dan kamu gak kirim surat izin apapun |

| ??

Aku Jisya, kamu gak simpen nomorku ya? |

| Enggak
| Aku hari ini ketiduran, habis main game semalaman
| Nanti ada ulangan susulan kan?

Ada kok, katanya minggu depan |
Kamu besok harus masuk ya, takutnya jadi masalah kalau alpa lagi |

| Ya
| Tenang aja

-

Saat itu pula Jisya tau, bahwa Aksa sebenarnya tidak begitu dinginㅡ yah, setidaknya di pesan dia cukup meresponnya dengan baik, kan? Padahal awalnya ia berekspektasi pesannya akan diacuhkan oleh Aksa.

Dan ... Secara tidak sadar Jisya sudah berhasil menembus lapis pertama tembok pertahanan Aksa, sebab asal ia tau sajaㅡAksa tidak serajin itu untuk mengetik tanpa disingkat.

Bulan demi bulan pun berlalu, Jisya dan Aksa makin sering saling mengirim pesan satu sama lain, namun kembali asing saat bertemu di kelas.

Entahlah, itu sejujurnya sangat membingungkan, tapi Jisya senang.

Keduanya juga seringkali curi-curi pandang, lalu saling tersenyum dan memalingkan wajah ke sembarang arah karena malu.

Aksa pun menyukai eksistensi Jisya sebagaimana gadis itu menyukainya, gadis itu seperti membawa warna baru pada hidupnya yang monokrom.

Aksa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang