09 # priority

244 58 5
                                    

Mungkin Aksa tidak sadar, tapi ia selalu menambahkan jarak di hubungannya dengan Jisya dari hari ke hari.

Ia selalu berangkat lebih awal dan meninggalkan Jisya, tidak membalas rentetan pesan yang Jisya kirimkan, pergi ke perpustakaan saat jam istirahatㅡyang mana disaat itu juga Jisya selalu datang ke kelasnya, dan ia juga tidak lagi menyempatkan waktunya di akhir pekan untuk sekedar kencan dengan Jisya.

Sedangkan Jisya? Prioritas dan dunianya selalu Aksa. Ia jadi satu-satunya yang mendekat tanpa peduli perasaan miris karena pengabaian.

Hari ini pun begitu.

"Saa nanti anter aku yukk ke kkv, aku pengen beli puzzle sama paint by numberrrr!"

Jisya sudah berlari dari koridor IPS ke koridor IPA sewaktu jam istirahat hanya untuk bertemu Aksa dan memintanya meluangkan waktu pulang sekolah nanti. Ia berdiri di hadapan Aksa dengan penuh harap.

"Aku ada kunjungan ke kampus sama anak olim lainnya, ini baru mau berangkat." Aksa mengangkat tas yang sejak tadi ia bawa.

"Kok kamu gabilangg? Ke kampus mana sih emangnyaa?"

"Rahasia."

"Kok gituuuu?"

"Aku udah ditunggu sama yang lain di parkiran, bis nya mau berangkat."

Aksa berkata dengan nada yang Jisya pun tidak mengertiㅡkenapa itu terdengar seperti pengusiran untuknya ya?

"Kamu jangan lupa makan ya, terus juga banyak-banyak minum air biar tetep terhidrasi. Oh ya! Satu lagii! Kabarin aku kalau udah nyampe sanaa! Kalau boleh sih aku mau kamu kirim foto jugaaa. Aku pengen liat pacarku kalau foto di kampus kaya gimanaa hehe, biar aku dapet spoiler kamu pas jadi mahasiswaa~"

"Iya."

"Bye byeeee~~"

Lambaian tangan Jisya itu menjadi penutup pertemuan mereka hari itu.

Binar itu redup dan Jisya entah kenapa merasa malu sekali disaat orang-orang di sekitarnya menatap ke arahnya. Karena ini kesekian kalinya mereka jadi saksi Jisya yang diabaikan.

Hari dimana Jisya datang ke kelas Aksa disaat ada Gloria itu menjadi hari terakhir Aksa masih menanggapinya dan memberikannya buncahan rasa salah tingkah yang mendebarkan.

Entah ada hal apa yang salah dari Jisya hingga Aksa menjadi jauh lebih dingin seperti ini.

Aksa terlalu sedikit kata untuk Jisya yang menginginkan penjelasan.

*

Tebak.

Apa Jisya mendapatkan hal yang ia minta pada Aksa siang itu?

"Aksa ngechat gak?"

"Enggak Jiii, gua udah jawab nyampe berapa kali juga kaga lo denger apa yaaa??"

Benar.

Jawabannya adalah tidak.

Jisya pada akhirnya hanya bisa terduduk lemas di pinggir lapangan sekolah bersama Chan yang sore itu sedang ekskul basket.

Aksa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang