Korea Selatan bagian 3

4 1 0
                                    

Terima kasih sudah menyempatkan waktu untuk baca cerita saya. Jangan lupa vote agar saya lebih semangat.

Mohon maaf, untuk bab ini ceritanya singkat Insya Allah di bab selanjutnya akan panjang.

Ikuti terus kisah Kinaya dan Keham.

***********************************************

Satu minggu berlalu kami menghabiskan waktu di Gangnam-Korea Selatan.
Memasuki bulan Mei, pagi yang indah di kota Gangnam dengan pemandangan mekarnya Cherry blossom. Musim yang ku tunggu-tunggu selama ini.

Kata Papa, Mama sangat menyukai bunga sakura. Mama akan menangis jika sudah memasuki musim semi di Korea. Semenjak Mama memutuskan untuk memeluk Islam dan menikah dengan Papa, ia pindah ke Indonesia karena waktu itu keluarga Mama belum bisa menerima keputusan Mama menjadi mualaf.

Nenek sakit semenjak Mama meninggalkan Korea, ada rasa sedih yang menyelimuti hati Mama, tapi ia tidak mungkin kembali ke Korea. 2 tahun berlalu, Mama mendapat kabar dari temannya di Korea bahwa nenekku meninggal.

Mama shock, saat itu usia kandungan Mama menginjak 8 bulan. Kepergian nenek membuat hari-hari Mama menjadi murung.

Musim semi mengingatkan Mama tentang kenangan bersama nenek. Kata Papa, mama bercerita kalau nenek sering mengajak Mama bermain di bawah guguran bunga sakura. Setiap kali Mama menangis, dan atas kehendak Allah saat itu sedang musim semi, nenek mengajak Mama melihat sakura berguguran dengan indah. Seketika tangisan Mama reda, dan Mama akan tertawa riang berlari di tumpukan daun-daun bersama nenek.

Dae Ara, perempuan hebat, cantik, dan baik hati. Nama yang terselip di belakang foto perempuan cantik berkulit putih yang menggendong balita 2 tahun. Arti nama yang sangat indah, Papa yang menuliskannya di sana.

Ma, Kinaya rindu. Aku pengen meluk, pengen nangis sejadi-jadinya dalam dekapan Mama. Aku berusaha baik kepada semua orang, tapi aku tidak pernah diperlakukan dengan baik. Aku berusaha untuk kuat, untuk tegar padahal aku lemah, aku rapuh Ma.

Air mata solusi terbaik ketika sesak menghimpit dada, di saat kita ingin marah, namun tidak bisa melampiaskan kepada orang tersebut.

Entah aku yang cengeng atau aku yang terlalu bawa perasaan. Aku berusaha untuk selalu tegar, tapi hati dan mata tidak bisa dibohongi. Mungkin, bantal itu sudah bosan mendengar isakanku setiap malam.

Aku bukannya lemah, tapi dengan cara menangis aku bisa lebih kuat.

***
2 hari terakhir Mas Keham selalu mengilang setiap pagi, dan akan pulang ketika pukul 7. Setiap ku tanya dia bilang sedang mengunjungi teman kerjanya.

Kenapa harus pagi?
'Kan siang masih bisa.

Pikiranku selalu curiga ketika melihat sikap aneh Mas Keham, mulai dari telepon masuk dari nomor yang tidak di kenal, sampai tertawa tidak jelas ketika menghubungi seseorang.

Perasaanku mengatakan bahwa ada hal yang disembunyikan dari suamiku itu.







Perempuan yang Kau AbaikanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang