0. Sudut Pandang Lain

1.4K 181 17
                                    

"Azsora Nawasena."

Sebaris nama yang berhasil terbaca oleh belah bibir Malvino Kivandra. Juga nama yang berhasil membuat sosok Vino melupakan banyak hal dan terus memikirkannya.

"Hm. Kenapa lo?" Nauval selesai menempelkan selembar kertas pada mading, berbalik dan menatap Vino yang bersandar pada dinding. "Jangan bilang lo bakal ngincar dia juga?"

Vino mengeluarkan permen batang dari dalam mulutnya, menatap mading dengan sorot senang.

"Ya mau gimana lagi. Sayang kalo yang kayak dia gue lewatin gitu aja 'kan?" Vino menyeringai tipis, langkah kakinya bergerak menjauh. Membuang permen yang masih tersisa kedalam tong sampah saat melewatinya.

Nauval mengikuti. "Kayaknya kali ini bakal gagal."

"Mana mungkin."

"Nothing is impossible." Keduanya kemudian berbelok, Nauval melirik Vino sekilas. "Lo gak tau rumor tentang tuh cewek?"

Vino mengernyit, "Apa?"

"Dia gak suka cowok."

"Gay?"

"Lesbi, goblok," maki Nauval masih sempat-sempatnya. "Tapi kayaknya gak bisa dibilang lesbi juga sih."

Mereka berhenti didepan salah satu ruangan, dengan sebuah papan yang tergantung pada pintu, menunjukkan bahwa ruangan itu adalah ruangan khusus untuk anggota Organisasi Siswa Intra Sekolah. Nauval membuka pintu dan masuk kedalam. Laki-laki itu merupakan salah satu anggota OSIS, berbeda dengan Vino yang tak memiliki jabatan apapun disana, ataupun keperluan yang memungkinkannya untuk memasuki ruangan. Namun laki-laki itu mengikuti langkah Nauval tanpa beban.

"Terus apaan? Fifty fifty?"

Nauval meletakkan solasi diatas meja, kemudian duduk disalah satu kursi. "Kayaknya dia cuma anti sama cowok. Tapi itu juga gak berarti dia suka sesama jenis. Ya intinya banyak yang bilang gitu tentang dia."

Vino hanya mengangguk-anggukkan kepala, tak peduli banyak. Ia duduk disebuah kursi yang terlihat berbeda dari yang lainnya. Itu adalah kursi yang disematkan untuk posisi ketua OSIS. Nauval meliriknya. Tak ada yang salah sebenarnya, semua orang berhak duduk disana selagi tak ada ketuanya walaupun tak ada yang melakukannya. Namun Vino sengaja duduk disana untuk alasan merendahkan. Nauval tau jelas hal itu.

"Waktu itu ada salah satu anak OSIS yang ngedeketin dia. Tapi baru mau mulai aja dia udah ditolak. Sora bilang dia gak tertarik buat berhubungan sama cowok."

"Cowoknya jelek kali."

"Mana ada anggota OSIS yang gak cakep. Paling standar mukanya kayak Arya Saloka."

"Ya pantes aja ditolak. Cewek gue bukan Amanda Manopo." Vino justru terkekeh. "Lucu banget cewek gu."

Nauval mengernyit tak habis pikir. "Ya lo gak bakal tau kalo belum pernah coba."

"Makanya kan." Mengambil kertas yang ada diatas meja, Vino membuat pola asal diatas sana dengan tinta hitam yang dikeluarkannya dari saku.

"Gue cuma ngasih tau aja. Jangan terlalu nganggap Sora sama kayak semua cewek yang lo deketin itu."

Ceklek

Pintu terbuka lebar, seseorang berdiri disana.

Mendadak seringaian lebar Vino terukir. Ia menatap senang kehadiran perempuan yang mulai berjalan memasuki ruangan.

"Oh, Sora." Nauval berdiri, tersenyum tipis yang terkesan sangat ramah. "Mau ngambil piagam? Tunggu sebentar ya."

Sora mengangguk singkat.

Vino memperhatikan, memainkan bolpoin ditangannya dengan mata yang terus menatap lurus tepat pada presensi Sora.

"Azsora Nawasena."

Sora meliriknya. Membuat Vino kian menampilkan senyumannya. "Akhirnya ketemu lagi. Gue tau nama lo sekarang. Azsora Nawasena."

Gadis itu terlihat mengernyit. "Siapa?"

Vino terkekeh gemas. Ia merogoh saku celananya, mengeluarkan satu bungkus permen dari sana. "Mau permen kaki?" Ia menyodorkannya pada Sora.

Sama persis seperti kejadian dua minggu lalu. Vino mengingatnya dengan jelas. Perempuan ini, perempuan dengan surai sebahu dan wajah cantik yang terkesan dingin. Saat itu adalah hari ketiga acara penerimaan murid baru. Vino mengira Sora adalah salah satu murid baru yang sedang mengerjakan tugas, dan ia menawari bantuan dengan bonus permen kaki.

"Oi, nih ambil."

Sora melengos, mengabaikannya.

"Azsora Nawasena." Vino memanggil lagi. "Nama lo cantik banget ya." Ia menopang dagu, masih betah memandangi Sora. "Gue Vino, salam kenal, cantik."

"Nih, Ra." Nauval kembali dengan sebuah piagam dan amplop ditangannya, memberikannya pada Sora. "Btw, congrats, ya."

"Thanks."

Setelahnya gadis itu berbalik dan berjalan keluar ruangan, meninggalkan kedua orang itu kembali.

"Ah, gue belum puas ngeliatinnya."

"Sora gak bakal suka, yang ada dia merinding liat lo." Nauval menarik kertas yang kembali menjadi pelarian kebosanan Vino. "Keluar sana. Mau ada rapat OSIS."

"Si kambing itu dateng?"

"Menurut lo aja."

Vino bangkit tanpa banyak komentar lagi, berjalan keluar dari ruangan ber-AC tersebut. Langkahnya berjalan menuju tangga untuk ke kelasnya, bibirnya bersiul, menatap langit yang terlihat cerah.

Langkahnya terhenti saat matanya tak sengaja menangkap presensi sosok si cantik incarannya.

"Sama cewek itu lagi." Vino mengurungkan niat untuk ke kelasnya dan mengikuti pelajaran, justru memperhatikan Sora yang sedang berinteraksi dengan perempuan yang terlihat lebih tinggi darinya.

Alis Vino terangkat saat melihat adegan diluar pemikiran otaknya. Padahal sepertinya itu adalah hal biasa. Tapi mendadak dia terpikirkan dengan ucapan Nauval beberapa saat lalu.

"Ah, mana mungkin."

Benar, mana mungkin gadis cantik seperti Sora benar-benar seperti rumornya kan.


*"*

note:

cerita ini kembali dengan penulisan baru.
selamat membaca semua 🤍

Sora & The Problem Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang