6. Sora dan Kedekatan Baru

233 41 3
                                    

Malvino Kaivandra. Nama yang cukup populer ditelinga para penghuni SMA Wiratama. Terutama para siswi yang terjerat oleh pesonanya, masuk kedalam perangkapnya setelah Vino melontarkan kata-kata manis yang membuat melayang. Vino itu playboy, friendly, cowok urakan yang senang menebar pesona. Semua cap jelek melekat padanya. Tapi tetap saja, meskipun sudah tau tabiat buruknya. Tetap banyak perempuan yang mengantre untuk mendapatkan perhatiannya.

Pesona Malvino Kaivandra memang tak bisa untuk ditolak.

Hah.. Sampah masyarakat. Tunggu, itu julukan bagus. Sora terkekeh dalam hati.

Menepis kasar tangan Vino yang masih setia nangkring dibahunya. Tidak sopan sekali laki-laki ini.

Sora tak mengetahui banyak tentang laki-laki bernama Vino ini. Karena selama ia bersekolah di sekolah elite ini pun, ia hanya fokus pada satu hal. Waktunya terlalu berharga hanya untuk memperhatikan laki-laki yang suka sekali mencari perhatian satu ini. Sora tak mempedulikan orang-orang disekitarnya. Kecuali, orang itu berhasil mengganggu ketenangan dan berpotensi untuk menggeser posisinya sebagai murid paling berprestasi di SMA Wiratama.

Bukanlah hal mudah yang dapat dilakukan seseorang untuk sampai pada posisi itu. Karena untuk mencapai posisi pertama dan mempertahankan hal tersebut bagi Sora pun bukanlah hal yang mudah. Ia harus belajar mati-matian, membuat jam tidurnya berkurang, ia rela kehilangan waktu untuk bermain bersama teman-temannya seperti yang dilakukan remaja lain pada umumnya.

Sora rela mengorbankan banyak hal hanya untuk sampai diperingkat pertama dan mempertahankan hal tersebut. Itu benar. Dia tak perlu mempedulikan orang lain seperti Vino.

Tapi kenapa laki-laki ini selalu muncul dihadapan Sora dan mengganggunya beberapa hari terakhir? Padahal selama tiga tahun ia menjalani kehidupan di sekolah dengan tenang, ia tak pernah menemukan eksistensi sosok Vino. Tapi kenapa disaat tinggal hitungan bulan menuju kelulusan, Vino justru hadir dalam kesehariannya.

Benar, ini salah Sora. Laki-laki itu berhasil menemukan presensi seorang Azsora Nawasena, itu salahnya.

Vino pasti merasa senang karena mendapatkan mainan baru. Laki-laki itu pasti menganggapnya sama seperti perempuan lain yang sudah dipermainkannya.

Sial sekali. Kenapa Vino harus membuatnya menjadi incaran laki-laki itu juga?

Apa dia kekurangan perempuan?

"Ayo duduk disana."

Vino hendak meraih tangan Sora untuk digandengnya, namun gerakan gadis itu lebih cepat untuk menghindar, menolaknya.

"Oh, lo gak suka skinship?" Vino menatapnya dengan lembut, "Sayang banget. Padahal love language gue physical touch. Kalo nanti gue gak sengaja nyentuh lo, sorry ya." Kurvanya melengkung. Sangat manis. Jika perempuan lain yang ada dihadapannya sekarang, mungkin reaksi yang diberikan adalah berupa hidung yang mimisan, kena sawan ataupun pingsan.

Oke, itu berlebihan.

Sora melotot, tak menerima ucapan Vino yang keluar dengan mudahnya dari mulut laki-laki itu. Mau disengaja ataupun tidak, Sora tetap tak bisa menoleransinya.

"Kalo gitu..." Tangan Vino yang bebas terulur untuk meraih ujung seragam lengan pendek Sora. Sebelum Sora sempat mengutarakan protes dengan pupil matanya yang kembali membesar, Vino kemudian melanjutkan, "Karena lo gak suka skinship, kalo kayak gini gak masalah kan?"

Sora & The Problem Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang