12. Si Cantik

186 27 1
                                    

Kaki jenjang milik Sora berhenti melangkah, mengurungkan niat untuk masuk ke dalam rumah.

Keningnya mengernyit dengan sorot bingung memandang sebuah mobil berwarna hitam yang terparkir di halaman rumahnya. Ini jelas bukan milik Anna. Menduga-duga, mungkin Anna sedang kedatangan tamu. Tapi setelah dipikirkan kembali, Anna bukan tipe orang yang akan dengan lebar membuka pintu untuk mempersilakan tamu masuk. Selama ini, Sora tak pernah melihat ada orang yang mengaku sebagi teman Anna dan datang ke rumah mereka.

Sifat Anna yang seperti itu, sangat mirip dengan Sora. Keduanya cenderung sulit untuk menjalin hubungan dengan orang baru. Bukan karena tak mau, namun orang lain enggan untuk mendekat pada mereka.

Jika bukan milik teman Anna, mungkin Anna membeli kendaraan baru. Wanita itu cenderung mudah bosan dan menyukai suasana baru. Jika seperti itu maka tak heran jika ada mobil ini di halaman rumah. Sora jadi berpikir, sudah berapa lama Anna menggunakan kendaraan yang sebelumnya?

Anna memang senang sekali menggunakan uang untuk membeli hal tak berguna.

Kaki kembali melangkah, Sora masuk ke dalam rumah dengan keadaan pintu yang terbuka. Sampai di ruang tamu, Sora menatap datar seorang pria asing yang duduk dengan tenang disana. Tersenyum ramah saat melihat Sora.

Hah.

Sora menghela napas berat dan merotasikan bola mata. Tanpa membalas dengan memberikan senyum atau menyapa dengan sopan, kakinya justru kembali melangkah.

"Udah pulang, sayang?" Anna berjalan dari arah dapur sembari membawa nampan berisi dua gelas cangkir dan sebuah piring dengan cookies diatasnya. Matanya menyorot lembut putrinya.

"Ya." Manik mata Sora bergerak mengikuti pergerakan tubuh Anna. Wanita itu menghampiri seorang pria yang masih duduk manis di sebuah sofa, meletakkan nampan diatas meja dan kembali menoleh pada Sora.

"Kemari, kamu harus menyapa temen Mama dulu." Anna berucap lagi.

"Drama apa lagi," gumamnya lirih. Tak urung, tetap mengikuti perintah Anna dan berjalan mendekat.

Pria itu memandang Sora sembari tersenyum. Berbeda dengan tadi, kini Sora membalasnya. Kurvanya melengkung membentuk sunggingan tipis walaupun tatapannya masih terlihat datar.

"Ini anak aku, namanya Azsora."

"Cantik sekali, persis seperti Mamanya," ujarnya yang membuat Anna terkekeh. "Halo, Azsora," sapanya kemudian.

Sora mengangguk saja mendengarnya. Kakinya sudah tak tahan untuk beranjak dari sana, ia ingin segera masuk ke dalam kamarnya.

Gadis dengan balutan seragam sekolah itu melirik Anna. Lihat, Anna sedang tersenyum malu-malu. Sesekali menutupi mulutnya dengan tangan karena tersenyum terlalu lebar. Sora ingin tertawa. Apa wanita itu sedang mengalami masa pubertas kedua diusia yang sebentar lagi akan menginjak kepala empat?

"Azsora, temen Mama namanya Liam." Anna memperkenalkan.

"Liam?" Kening Sora mengernyit dalam setelah mendengar sebuah nama yang keluar dari belah bibir Anna. Rasanya itu terdengar tidak asing. Dimana dia pernah mendengar nama ini sebelumnya.

"Yang sopan, Azsora. Dia lebih tua dari kamu."

"Ah, iya. Maaf. Kalo gitu bisa aku panggil Om Liam?"

Liam, pria itu terkekeh manis. "Tentu saja. Senang bertemu dengan kamu, Azsora."

Sora mengukir sunggingan.

"Aku ke kamar dulu, Ma."

"Iya, nanti Mama kesana."

Sora & The Problem Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang