When the Camera is Off

113 5 0
                                    

Di bawah lampu sedikit temaram itu, duduklah seseorang berhadapan benda persegi dengan tempelan stiker dua orang.

"Ya, dan itulah video kasus yang ku bahas kali ini. Selanjutnya aku akan membahas sebuah kasus misteri 27 tahun yang lalu-"

Seseorang masuk ke dalam kamar sedikit temaram itu sembari menyalakan lampu kamar. Ia melirik sekilas kedatangan seseorang tersebut, menjalin kontak mata sepersekian detik. Lalu kembali menutup pintu dan berjalan menjauh. Seseorang masih sibuk dengan tayangan akun Youtubenya bertema misteri.

"Kau kembali cepat, Haechan." ujar pemuda yang baru saja bangkit dari kasur setelah mematikan segala alat rekaman videonya. Berjalan menghampiri si punggung sempit lalu mencuri secuil kecupan pada pipi gembil selembut kapas yang mulai merona itu.

"Aku tidak menemukan apapun, tahun baru ini sepertinya sepi," Haechan membuka tiap bungkusan yang ia dapat. Sebungkus kari beserta camilan manis dan asin juga tak lupa sebungkus es.

"Ini saja sudah sangat cukup untukku," tangan si pemilik deep voice lembut itu dengan mudah mengambil sebuah keripik dan langsung memakannya. Tentu saja ia menerima bayaran akan hal itu, pukulan ringan dari Haechan mendarat mulus di pipinya.

"Enak saja, sudah menculik ku tiba-tiba, membawaku kemari, menyuruhku membeli camilan tahun baru, dan sekarang kau akan membiarkanku mati kelaparan, huh?!" seperti biasa. Haechan dengan segala omelan khasnya. Respon itu justru mengundang gelak tawa si bahu lebar. Menurutnya, Haechan dengan wajah datar bersuara kesal itu sangat mengundang rasa gemas dalam dirinya. Hingga tanpa izin sang pemilik, ia pun kembali mencuri kecupan pada bilah ranum itu.

"Kau cerewet, sama seperti Paman Johnny."

"Dia daddyku, bodoh!" dan ya, pukulan keras pada tulang tengkorak atasnya pun menjadi bayaran atas kebodohannya.

"Ah, iya-iya. Untung kau mengingatkanku."

"Tapi, Haechan. Aku tidak akan pernah membiarkanmu kelaparan. Kau tahu itu, kan?" dengan pelan, Mark meraih tubuh berisi itu untuk mendekat. Memaksa agar jarak terhapus diantaranya.

"Apa yang akan kudapat agar tidak merasa lapar lagi?" bahkan dengan lagu yang menggema di ruangan itu pun, suara Haechan masih sangat terdengar jelas. Halus dan menggoda secara bersamaan. Jangan lupakan air muka sok polosnya, sejatinya Mark tahu betul pemuda dalam rengkuhannya ini tengah berlaga polos setengah menggoda.

"Kau sudah mendengar sejak tadi, bukan?" pertanyaan Mark kini tambah membuatnya bingung. Mungkin.

"Kupikir Nona Ariana telah membuat lagu yang cukup indah untuk kita malam ini," dan seketika senyum Mark berubah.

Dengan mudahnya Mark mengangkat tubuh berisi itu dalam gendongannya. Gendongan yang tentu saja kalian tahu. Sembari saling memagut, Mark membawanya menuju ranjang king size yang berantakan itu lalu segera merebahkannya.

"Apa ini pesta yang kau janjikan?" Haechan bertanya selagi terus tertarik dalam manik coklat yang penuh pesona itu. Melirik sesuatu yang samar-samar terlihat dari lubang leher kaos yang ia pakai. Ia mengutuk diri, kenapa matanya bahkan lebih jeli melihat rambut halus di tubuh putih Mark ketimbang membaca iklan di jalan?

"Ketentuan dress code berlaku, Hyuck."

"Apa?"

"Naked."

🔞😈📽️

Ruangan itu kembali temaram dengan dikelilingi tumblr yang menempel pada dinding. Nuansa biru, ungu, dan merah pun menggantikan lampu disko pada pesta mereka. Lagu milik Ariana Grandee sengaja diputar terus selama pesta berlangsung. Dan para penikmat pesta, tengah asik bergumul di balik selimut. Tahun baru masih 1 jam lagi, namun mereka telah memenangkan permainan. Permainan yang menguras tenaga, pikiran, keringat, serta tidak baik untuk organ pernapasan.

Markhyuck's LibraryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang