Tidak mungkin. Tujuh tahun aku mengenalnya. Hapal segala hal tentang tabiat buruk hingga baiknya. Tapi, kenapa sekarang? Bukankah sudah sejak lama julukan yang tersemat itu tak asing di telingaku? Kenapa sekarang begitu aneh. Hanya mendengarnya saja mengundang rematan kuat pada dadaku. Bukankah sudah tak asing lagi bagi kedua mataku melihat tingkah bodohnya? Lalu kenapa kali ini sangat berbeda. Hal itu terus mengusikku, terus terulang dalam ingatan ketika dia tersenyum senang bersama teman wanitanya yang lain, bergandengan sembari saling tukar pandang. Kenapa ini tidak nyaman? Kenapa terus berulang? Kenapa aku merasakan ini? Kenapa? Kenapa? Kenapa? Kenapa harus kau, Mark?
"Huh?" ia terkejut ketika setetes air matanya jatuh, tangannya seketika terangkat meraba pipi untuk memastikan jika ia tidak menangis. Tidak, ia benar-benar menangis.
Kenapa aku menangis hanya karena mu?
🥀
"Pilihlah," ujar Mark tepat setelah menapakkan kakinya di toko perhiasan. Tentu saja tidak sendirian.
"Hah?"
"Pilihkan untukku, selama ini selera mu tidak pernah salah, kan?"
"Oh, hmm... Menurutku ini bagus," menunjuk sebuah kalung bermanik 4 dengan emas putih.
"Pilihan yang tepat untuk kado pasangan, kebetulan ini edisi terbatas spesial valentine. Jadi, dibungkus atau dipakai langsung?" ucap pelayan toko perhiasan tersebut yang mengundang kekehan Mark. Kalung pilihan Haechan pun dikeluarkan, mengambilnya, lalu membentangkannya di depan Haechan. Tanpa disangka, Mark memasangkan kalung itu di leher Haechan. Ia terpaku dengan tingkah Mark sesaat.
"Bagus, Lami pasti sangat menyukainya," benar, ingatkan Haechan jika Mark pemilik gelar 'pecinta dan pemain wanita'. Mark melepas kembali kalung itu dan mengembalikannya pada pelayan toko untuk segera dibungkus. Perasaan Haechan pasti sudah sangat banyak yang tahu. Dengan susah payah mengabaikan rasa sesak itu.
Pandangnya terhenti pada satu benda dalam etalase kaca itu. Sebuah liontin dengan bandul bundar yang cukup unik itu segera memenangkan hati Haechan. Tak banyak kata, hanya keterkaguman dalam batinnya. Dan itu yang menyita perhatian Mark. Kedua maniknya mengikuti arah pandang Haechan.
"Kau menyukainya?" pertanyaan Mark langsung menarik perhatian Haechan.
"Huh? Bagus saja. Aku belum pernah melihat kalung seperti itu,"
"Silakan kalungnya," pelayan tadi kembali bersama bungkusan indah kotak kalung dan langsung dihadiahi senyum Mark. Sembari memberi kartu untuk alat bayarnya.
🥀
Sudah sangat wajar ketika Mark menghabiskan waktu seharian di rumah Haechan. Dengan berbaring pada paha Haechan, tempat ternyamannya untuk melepas penat.
"Satu angkatan, menurutmu bagaimana?" Mark masih sibuk memainkan ponselnya, lalu memperlihatkan foto seorang wanita dan menunjukkannya pada Haechan.
"Seorang aktris," bisik Mark dengan senyum lebarnya. Haechan melihat foto itu, cantik, baik dan pintar. Terlihat 90% kebenaran dari deskripsian Mark tentang foto itu.
"Hal yang selalu mengusikku. Kenapa kau begitu santai dan malah ingin menambah daftar wanitamu setelah membuang kalung seharga sebuah ponsel keluaran terbaru?" Haechan kembali ke benda persegi yang menampilkan sederetan tulisan.
"Jawab saja, Haechan. Lagi pula itu sudah seminggu yang lalu,"
Ya, sebegitu borosnya Mark dalam per-uang-an hanya untuk gonta-ganti wanita. Hanya untuk bermain dan membuangnya jika sudah bosan.
"Dari semua wanitamu dan dari penjelasanmu, dia terlihat 90% mendekati kebenaran. Cantik, baik, dan pintar tentunya."
"Benarkan, besok kencan pertama kami. Kau ikut?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Markhyuck's Library
Fiksi PenggemarSelamat datang di Markhyuck's Library. Remake dari buku Midyear Library di akun wattpad @aivon-sii. Singkatnya, ini kumpulan oneshot buatanku tentang pair dari kapal yang kutumpangi. Dan terutama adalah Markhyuck. silakan menikmati ^^