4. HAMPIR!!

36.2K 704 3
                                    

Cekrek.

Jeff memotret Haura dengan ponselnya. Dua detik kemudian mengirimkannya pada Yura. [Tan, Haura ketiduran. Gimana, dong?] Jeff memberi keterangan pada foto itu.

Tak lama, notifikasi pesan baru masuk ke ponselnya. [Halah! Bilang aja mau ngajakin Haura nginep.]

Kedua sudut bibir Jeff terangkat. Merasa bahwa alibinya terbaca oleh sang calon mertua. [Hehe ... gimana, dong, Tan. Masa mau dibangunin? Atau tante aja yang jemput ke sini? Jujur, Jeff nggak kuat gendong Haura kalau lagi tidur gini. Berat, Tan.]

Jeff tidak menutup ruang percakapannya dengan Yura. Pesan balasan diterima beberapa detik kemudian. [Kamu ini alesan aja. Pulangin besok sebelum berangkat sekolah. Dan inget, jangan dirusak segelnya. Awas kalau tante tahu segelnya rusak gara-gara kamu.] Pesan itu diikuti oleh tiga emotikon tangan terkepal mengancam.

[Hehe. Siap, Tan. Nggak bakalan aku apa-apain, kok. Tidurnya aja beda kamar.] Jeff segera memberi balasan untuk meyakinkan Yura.

Setelah meletakkan ponsel ke atas meja ruang tamu, Jeff menopang kepalanya dengan salah satu tangan. Sedangkan tangan yang satunya menyibak rambut Haura yang menutupi wajahnya. Haura tertidur dengan posisi duduk dan kepalanya bersandar pada kedua tangannya yang dilipat di atas meja.

Tugas sekolah Jeff belum selesai, tapi Haura sudah tak kuat membuka matanya.

"Cantik luar dalem lo, Ra. Lagi molor pun tetep manis lo," bisik Jeff memuji kecantikan gadisnya.

Jeff menegakkan badannya waspada saat Haura tiba-tiba bergerak meski matanya tetap terpejam. Tapi memang sudah rejekinya Haura berpindah posisi menjadi memeluk sebelah lengannya, menjadikannya guling untuk dipeluk erat.

"Anjir susu lo bener-bener minta dikerjain, Ra!" desis Jeff frustrasi.

Jeff tidak berniat sedikit pun untuk bergerak menjauh. Dia menunggu agar Haura kembali hanyut dalam mimpinya, supaya Jeff bisa membawanya ke kamar.

Lima belas menit berlalu, Jeff memutuskan untuk menggendong Haura dengan bridal-style. Jeff mengumpat pelan saat gadis dalam gendongannya terkulai lemas dengan sedikit keringat di dahi dan di sekitar lehernya. Kulit basah dengan keringat itu membawa ingatan mengenai mimpinya di dalam mobil tadi.

Jeff meletakkan Haura di atas ranjangnya. Bukan single-bed, bukan pula ranjang king size. Hanya cukup untuk mereka bermain perang-perangan di atas ranjang. Pikiran lu, Jeff.

"Tenang aja, Ra. Segel lo nggak bakalan rusak. Paling lecet dikit doang." Jeff berdesis pelan.

Tangannya segera menarik ke atas kaos Haura. Memperlihatkan betapa mulus perut rata gadis itu. Jeff meneguk ludahnya kasar.

"Bisa gila gue lama-lama kalo cuma bisa nyentuh doang, nggak bisa nggenjot." Shit!

Jeff menjambak rambutnya gemas. Dia mulai kesulitan mengendalikan diri. Mungkin satu atau dua batang rokok akan membuatnya sedikit lupa tentang betapa menggiurkan badan molek Haura.

Setelah menutup baju dan menyelimuti Haura, Jeff keluar kamar dengan gejolak yang sudah sampai ke ubun-ubun. Dia tidak mau melakukannya tanpa dasar cinta. Rasanya nggak bakalan senikmat kalau lo lagi sadar, Ra. Anjir otak gue!

Jeff mengerjakan tugas sekolahnya sendiri. Jika kalian berpikir kalau Jeff benar-benar mengerjakan tugasnya dengan hasil dia berpikir sendiri, maka kalian salah. Jeff sudah pasti harus meminta bantuan teman sekelasnya yang terbilang jenius. Butuh keajaiban supaya Jeff mau mengerjakan tugas atas kemauannya sendiri.

Ting.

Satu nada notifikasi pesan terdengar dari ponsel Haura. [Lagi apa, Haura? Tugas kimia tadi udah selesai?]

My Bastard ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang