21. MELO-ROMANTIC

179 22 10
                                    

You're trying to walk with me
Makes me smile and makes me rest
I want you to be by my side
Was a great comfort to me

You are my yesterday
I have you today
You are in my tomorrow
You are my future

Consolation - Kwon Jin Ah

***

Di bawah bulan yang tidak pernah jemu-jemu berpendar. Dua manusia dimabuk cinta berjalan beriringan, saling menautkan tangan.

Menjauh sejenak dari keramaian, dan mengambil langkah pelan, menyusuri jalan. Tidak banyak juga kendaraan yang berlalu lalang, membuat suasananya cocok untuk memikirkan hidup yang begitu malang.

Di tengah jalan, keduanya menemukan bangku dan berakhir terduduk di sana. Menikmati angin malam, dengan pemandangan kendaraan yang melintas sesekali.

"Hans." Yeri memanggil. "makasih, ya?" timpalnya.

"Untuk apa lagi? Makasih mulu. I love you kek sekali-sekali."

Uhuk!

Hampir saja Yeri tersedak salivanya sendiri. Tangannya pun refleks memukul pelan perut Hans dengan buket bunga. Tapi kemudian dia kembali berujar dengan serius. "lagi mau banyak-banyak berterima kasih aja sama kamu. Makasih udah nggak mengabaikan, makasih udah bertahan. Saya juga tahu, kalo saya memberi kamu banyak kesusahan. Asli, makasih banyak ya."

"Kalo gitu saya boleh minta imbalan?"

"Kamu mengharapkan imbalan apa dari saya? Pengidap bipolar kayak saya bisa melakukan apa buat kamu?"

Hans mengulas senyum, setulus mungkin. Lalu mengambil bunga dari genggaman Yeri dan berujar. "You deserve the very best, someone who will back you up without limits, let you grow without borders, and love you without end. Will you let me be the one?"

"From this day forward, you shall not walk alone. My heart will be your shelter and my arms will be your home. Yeri, will you marry me?"

Setelah menyelesaikan kalimatnya, Hans menyodorkan kembali buket bunga pada Yeri. Dia tetap pada posisinya, membiarkan tangannya pegal menggantung di udara sampai akhirnya Yeri menerima dan mengambil kembali bunganya.

"Yes, I will."

Raut wajah bahagia sekaligus tersipu tercetak jelas di wajah keduanya. Tanpa ada banyak pertanyaan di pikiran, mereka hanya mengandalkan tekad dan perasaan.

Kalau ditanya kapan? Entahlah, cinta ini hanya timbul seiring waktu. Yang rasanya kian membesar hingga bermegah.

Bagaimana? Tidak tahu juga. Cinta datang tanpa permisi ataupun aba-aba.

Kalau kenapa? Tidak bisa terjawab juga. Karena terpikirkan seribu alasan, tapi sangat sulit terungkapkan.

Lagi pula, jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu tidak penting. Sebuah fakta bahwa mereka saling menaruh rasa cinta, itu sudah cukup.

"Ah, tapi kamu nggak masalah sama pengidap bipolar kayak saya?"

Tiba-tiba saja beribu ragu, juga berjuta kekhawatiran datang menyerbu. Membuat Yeri melunturkan ekspresi bahagianya, merasa rendah diri.

"Kenapa harus dipertanyakan? Kalo saya udah milih kamu, artinya saya harus menerima kamu apa adanya, dan selalu di sisi kamu gimana pun kondisinya." balas Hans, dengan hangatnya.

"Jangan sering mempertanyakan kelayakan diri begitu. Kamu layak dapet semua yang baik, bahkan yang terbaik. Lagian kamu kan juga nggak pernah memilih untuk hidup dalam kondisi yang sekarang."

Mendengar tuturan Hans, tangan Yeri tergerak, mengusap matanya sendiri yang kian berair.

"Kok nangis sih?"

Yeri berdecak. "Ya pikir aja sendiri, manusia mana yang nggak tersentuh dan terharu?!! Tapi kayaknya kita emang pasangan yang lumayan cocok sih." dia menggantungkan ucapannya, lalu melanjutkan. "Kamu tuh terlalu sempurna, nah biar aku yang jadi kekurangan kamu."

"hahahaha bisa aja!"

Di tengah hamburan tawa dua insan manusia. Cakrawala gelap tiba-tiba menurunkan airnya. Awan-awan tebal juga menelan bulan. Agaknya semesta memang tidak pernah suka, melihat manusia berbahagia.

Refleks, Hans melepas jas yang melekat pada tubuhnya dan dipakaikan kepada Yeri. Sedikit beruntung, karena mereka duduk di bawah pohon besar, berdaun lebat.

"Yer, saya mau beli payung, kayaknya di toko seberang ada deh." Hans beranjak berdiri, hendak melangkah namun tangannya ditahan.

"Nggak usah, nggak apa-apa basah kuyup juga." ujar Yeri. Menahan Hans untuk tidak pergi.

Tapi sayangnya, dengan perlahan Hans melepaskan cengkraman sang wanita. "sebentar aja, cuma nyebrang dua jalur jalanan doang kok. Saya janji nggak akan lama. Tunggu, ya?" ujar Hans. Sebelum akhirnya benar-benar melangkah menjauh, berlari cepat menyebrangi jalan sampai sosoknya tertelan oleh pintu toko.

Tidak lama, pria itu kembali menampakkan diri, dengan sebuah payung di tangannya. Yeri yang menunggu dengan risau, langsung mendapat kelegaan kembali. Dia bahkan sampai berdiri, melambai-lambai, sambil menanti-nanti.

Tapi, tiba-tiba saja.

Sebuah benda bercahaya muncul dari arah kanan. Bergerak melesat, menyapu jalanan yang basah diguyur hujan, tanpa mempedulikan seorang manusia berpayung tengah berjalan.

;; kaitorainerrr ;;

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

;; kaitorainerrr ;;

***

Thankew for reading!

And see you on last chapter~

Love in Bipolar ( ✔ )  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang