KORBAN KAMAR KOS 07 #2

10 4 0
                                    

KORBAN kamar KOS 07
PART II
#Horror
#horor #cerpenhoror

Mentari perlahan mulai menutup dirinya dan meninggalkan cahaya merah diatas awan yang merupakan pertanda bahwa malam akan segera tiba.

“coba kamu nyalain lampunya an!” pintah ana kepadaku. Lampu kuning yang redup terlihat tak terlalu menerangi ruang tamu sekaligus kamar milik kami, ekspektasi tentang kamar yang indah tiba-tiba hancur begitu saja ketika melihat lemari dan tempat tidur klasik seperti di film-film horror sedang berada didepan mata.

“perasaan aku nggak enak an” ucap ana kepadaku.

Karena tak ingin adikku menjadi cemas, aku mencoba untuk lebih berani dan menyuruhnya menenangkan diri.

“nggak apa-apa, jangan berfikiran yang nggak-nggak” ucapku seraya mengambil beras dan memasak nasi sebagai persiapan makan malam yang seadanya.

“udah selesai an? sekarang kamu ambil air wudhu, sebentar lagi sholat magrib” pintah ana kepadaku dengan wajah yang perlahan memucat. “kamu nggak apa-apa an?” tanyaku khawatir jika terjadi sesuatu yang tak diinginkan seperti mimpiku sebelumnya.

“aku lagi sakit perut pengaruh mens an, nggak apa-apa kok” jawabnya singkat dengan senyuman masam diwajahnya seolah ingin meyakinkanku bahwa ia baik-baik saja walaupun sebenarnya aku tidak semudah itu percaya.

Setelah selesai sholat keadaan terlihat seperti biasa saat kita berada dikos sebelumnya, ana yang membaringkan dirinya sambil main handphone dan aku yang mulai menyiapkan makan malam. Namun yang aneh adalah diantara banyaknya kamar kos permana tak ada satupun suara percakapan terdengar.

“kamu ngerasa aneh nggak an? Aku takut disini!” ucap ana seakan tak ingin bertahan lama dikos yang semakin lama semakin aneh tersebut.

“iya, aku juga ngerasa aneh, kemarin pas kita kesini suasananya nggak sunyi seperti ini, apa penghuni lainnya lagi keluar?” tanyaku kembali seraya menyalakan senter Hp untuk menambah pencahayaan.

“An, sini makan, ngapain kamu ngaca disitu? tumben” ucapku yang tiba-tiba memberhentikan tangan saat menyendok nasi.

“An, aku dari tadi disini, kamu….” “iya aku tahu an,.” Jawabku memotong pembicaraan dengan jantung yang mulai berdegup kencang seraya menatap seseorang diatas tempat duduk tepat didepan lemari hias dengan ekor mataku.

“An, setelah aku hitung sampai tiga, kita sama-sama lihat ke lemari hias, okey..” ucapku menyuruh ana yang kemudian menanggapinya dengan anggukan lalu perlahan bangun dari tempat tidur tersebut.

“satu, dua.. tiga” pintahku seraya dengan cepat menatap kearah lemari yang saat itu membuat suasana tiba-tiba menjadi gelap, hanya cahaya senter hp yang berada diatas meja belajar menyinari tempat makanku.

Terlihat seperti seorang wanita dengan rambut panjang sepinggang sedang duduk menatap kearah cermin, badan yang tak asing membuatku mengalihkan pandangan dan menatap kearah ana yang saat itu membuat degupan jantungku lebih cepat dari sebelumnya.

Lirikkan mata perlahan kuarahkan kembali kearah lemari hias itu serta tangan yang perlahan ku gerakan untuk mengambil handphone. “An… ana!!” panggilku berulang-ulang seraya memberanikan diri menatap kearah wanita berambut panjang yang sangat mirip denganku.

Suara nyanyian nina bobo terdengar dari arah sang wanita diiringi dengan tangisan senduh. Rasa takut benar-benar menyelimutiku saat itu, namun aku tak mungkin meninggalkan kembaranku didalam kamar kos tersebut.

“An… ana,” panggilku lagi kepadanya. Lampu tiba-tiba menyala dan mematikan kembali sinarnya selama beberapa kali. Mata tak pernah ku alihkan darinya sampai suara tangisan dan nyanyian itu terhenti. Suasana sunyi, ia hanya menggerakkan tangannya mengusap rambut panjang itu beberapa kali.

Short Horror StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang