14. Meet up pt 2

306 55 2
                                    

Happy reading^^

.
.
.

Aaron mengusap wajah canggung, suasana di ruang tamu yang luas ini terasa tidak nyaman karena tatapan menakutkan dari papa Naylazaara.

Hari ini bunda mengadakan acara di rumah. Bukan acara besar sih, lebih ke acara kecil-kecilan saja untuk pertandingan Arabella besok. Biasanya yang diundang itu teman-teman Arabella dan Aaron saja.

Berhubung Naylazaara juga teman Aaron, lebih tepatnya lebih dari teman sih. Soalnya beberapa hari terakhir Naylazaara suka nelpon Aaron, pakai hp Yasa tentunya. Terkadang mereka bisa telponan hingga larut malam, bercerita panjang lebar, tertawa bersama. Membuat satu rumah kepo, jadilah bunda memaksa untuk membawa cewe yang sering Aaron telpon setiap malam itu.

"Berapa jarak rumah saya ke rumah kamu?" Tanya papa Naylazaara dingin.

"Hah?" Aaron mendadak jadi keong, random banget tiba-tiba ditanya jarak rumah.

"Sekitar 500 meter kayanya om." jawab Aaron.

"Kamu kesini naik apa? Apa jaminannya kamu bisa bawa anak saya dengan selamat?"

"Saya... Bawa sepeda, om. Tapi om tenang aja, saya janji bakal jagain Naylazaara. Om bisa pegang KTP saya, kebetulan saya baru dapet KTP bulan lalu. Itu bisa jadi jaminan." Aaron buru-buru mengeluarkan KTP-nya dari dompet.

Papa Naylazaara tertawa, tapi dimata Aaron itu malah menambah kesan menakutkannya. Untuk menghormati tuan rumah, mau tidak mau Aaron ikut tertawa pelan.

"Kamu ini kenapa takut sekali sama saya? Saya cuma bercanda kok, kenapa sampai kasih KTP segala?" Papa Naylazaara menepuk punggung Aaron.

"Muka om nakutin." Jawab Aaron jujur.

"Loh ada Aaron?!" Seru Naylazaara muncul di ruang tamu dengan tongkatnya.

"Papa kenapa gak bilang ada Aaron datang? Ihh papa nyebelin, Nay pasti jelek sekarang, belum sempat dandan sama mbak Ririn." Gerutu Naylazaara mencari-cari letak sofa tempat papanya dan Aaron duduk.

Papa Naylazaara hanya tertawa, membantu putrinya duduk di sofa yang berhadapan dengan sofa yang diduduki Aaron.

"Untuk apa dandan, Nay sudah cantik. Benar kan, Aaron?" Ucap papa.

Aaron mengangguk," bener banget."

Tapi pujian itu tidak cukup menghilangkan cemberut diwajah Naylazaara. Sepertinya cewe itu masih kesal tidak diberitahu kalau Aaron datang.

"Udah dong cemberutnya, Aaron ngajak Nay keluar tuh."

Wajah Naylazaara berubah cerah," beneran, Aaron? Aaron mau ajak kemana? Sekarang? Aku dandan dulu sempat gak? Baju aku udah bagus belum? Ehh kayanya jelek deh, aku pake baju biasa doang. Aku minta mbak Ririn siapin baju dulu ya, boleh gak?"

Aaron jadi bingung harus menjawab yang mana dulu. Cewe ini ternyata tidak kalah cerewet dengan Arabella.

"Nay gak perlu ganti baju, ini sudah cantik kok. Aaron cuma ajak ke rumahnya, katanya ada acara." Sahut papa pusing dengan reaksi heboh anaknya.

"Eh acara?" Mendadak reaksi heboh Naylazaara tadi terhenti, ia menduduk lesu.

"Aaron enggak usah ajak aku, malu-maluin undang orang buta ke acara rumahnya Aaron." Lirih Naylazaara.

"Siapa yang bilang malu-maluin? Justru bunda yang nyuruh. Bunda pengen ketemu sama Naylazaara katanya." Balas Aaron.

Naylazaara mendongak," beneran? Tapi aku takut malu-maluin, Aaron."

When the Roses Fade ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang