16. Pergi dulu ya

299 51 0
                                    

Happy reading^^

.
.
.

Tidak ada pertemanan yang murni antara laki-laki dan perempuan. Dulu Rio sama sekali tidak percaya dengan kata-kata itu, menurutnya ia dan Arabella lancar-lancar saja berteman.

Tapi seiring berjalannya waktu, bak terkena karma, Rio mulai merasakan perasaan-perasaan lain dalam pertemanan mereka. Jika dulu Rio memandang Arabella sebagai teman, sekarang perasaan lain itu tumbuh membuatnya memandang Arabella lebih dari sekedar teman. Mau disangkal pun Rio sudah terjebak dalam lingkaran setan bernama friendzone.

"Sakit banget ya bro." Ucap Ojan tersenyum prihatin melihat sohibnya yang galau.

Rio menoleh, alih-alih bersimpati rasanya ekspresi Ojan lebih terlihat seperti mengejek.

"Jauh-jauh lo kalo cuma mau ngejekin doang!" Seru Rio. Ia sedang badmood untuk bertengkar dengan Ojan.

Ojan menabok punggung Rio," heh Jepun, gue lagi ya prihatin ama lo, bukan mau ngejekin."

"Muka lu gak cocok buat prihatin sama orang, Jan."

Ojan mendengus kesal, sia-sia ia menunjukkan rasa prihatin pada teman dekatnya ini. Memang ada baiknya Rio itu dikata-katain saja biar sadar diri.

Mereka berdua sedang berjalan menuju parkiran. Bel pulang sekolah sudah berbunyi setengah jam yang lalu, sekolah sudah mulai sepi. Hampir sampai di parkiran, mata Rio menangkap sosok yang membuatnya galau berbulan-bulan. Siapa lagi kalau bukan Arabella dan Rayhan yang berjalan bersisian sambil bergandengan tangan. Makin robeklah luka patah hati Rio.

"Lo udah pamitan sama si Bella?" Tanya Ojan.

Rio menggeleng, menatap Arabella saja ia tidak berani. Bullshit sekali omongannya pada Arabella di depan gang beberapa bulan lalu. Ia sama sekali tidak baik-baik saja melihat Arabella dan Rayhan resmi pacaran.

"Goblok, samperin sana! Pamitan yang bener, inget dia sahabat lo dari SD!" Ojan menggeplak kepala Rio.

Rio mendengus kesal, tidak bisakah Ojan berlaku lembut padanya? Setidaknya sampai hatinya ini sudah berbaikan dengan kenyataan.

"Gue gak berani..." Lirih Rio.

Ojan yang dasarnya bersumbu pendek segera mendorong Rio menghampiri Arabella dan Rayhan yang sudah berada di atas motor.

"Cemen banget lu, sana ajak Bella jalan kemana kek, terus pamitan yang bener!"

Kini mereka berdua sudah berada di depan motor Rayhan, hampir saja ketabrak kalau saja Rayhan tidak ngerem.

"Ehh hai Bel, Ray! Bel, turun dulu dong, Rio mau ngomong nih." Seru Ojan.

Rio bergerak-gerak gelisah. Sialan sekali Ojan, ia kan tidak tahu harus apa dan bagaimana di depan Arabella.

Sementara itu Arabella menurut turun dari motor. Menunggu Rio yang sedang mengumpulkan keberanian.

Satu menit terbuang sia-sia hanya diisi keheningan, Ojan jadi kesal. Kenapa pula Rio mendadak cupu didepan Arabella.

"Gini Ray, Rio boleh pinjem Bella gak hari ini? Tenang, gak bakal selingkuh kok. Ada yang mau Rio omongkan sama Bella, berdua." Kata Ojan mewakili.

Rayhan menatap Rio tajam, agak tidak rela tapi mengingat cowo itu adalah sahabat Arabella mau tidak mau Rayhan mengiyakannya. Dari sorot mata Rio, Rayhan tahu kalau cowo itu juga menyukai Arabella.

"Emang Ochi mau ngomong apa sih? Penting banget kayanya." Kata Arabella bingung.

"Iya, penting banget. Lo mau kan hari ini pulang sama gue?" Ucap Rio.

When the Roses Fade ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang