* 1 *

2.1K 139 1
                                    

Sydney, Australia, Terletak di benua terbawah. Memiliki penerbangan rata-rata 10 jam 10 menit dari Seoul. Kehidupan yang bebas, Sinar matahari dan pasir pantai, itulah yang menarik di sana. Jelas jika seseorang tinggal di sana, ia tak akan bisa tinggal di tempat lain. Kehidupan, gaya bekerja, masyarakat dan musim yang akan membuatmu jatuh cinta.

Semuanya keren. Sidney memang keren. Itulah yang dirasakan oleh Jung Jaehyun, Pria 30 tahun asal Korea yang merintis karirnya di sana.

Di dalam sebuah gedung, Di lantai 40, Jaehyun duduk di ruangannya, sedang mencoba game terbarunya. Ya, Jaehyun bekerja sebagai pencipta game. Dengan senyum yang lebar, ia menaruh stick dan berdiri, melangkah menuju rekan-rekannya.

"The Master cheese Flame Club, Jelas yang paling keren dan terpopuler di kota ini. Kerja yang bagus, teman-teman!" Ucap Jaehyun  setelah ia berada di depan rekan-rekannya.

"Akan ku berikan yang kalian mau!" Lanjutnya sembari kembali ke tempat semula. Di sana, di depan mejanya, sudah duduk seseorang yang menunggunya.

"Invasi luar angkasa? Atau invasi alien?" Jungwoo sahabat seperjuangannya itu membuka suara. "Satu pertanyaan bisa merubah hidupmu." Lanjutnya.

"Pertanyaan yang salah." Jawab Jaehyun. "Pertanyaan yang bisa merubah kehidupan adalah, apakah kita akan pergi ke Aqua atau Water bar?"

"Pertanyaan yang sulit. Model seksi yang sama di Water Bar dengan pakaian terbuka, atau gadis-gadis cerdas dan berpendidikan di Aqua." Sahut Jungwoo.

"Hmm..."

Jungwoo dan Jaehyun pun berlagak seperti berpikir, mengangkat kepala mereka dengan mengusap-usapkan jarinya di dagu. "Water Bar!" Ucap mereka bersamaan.

Dengan kesepakatan mereka berdua, akhirnya Jaehyun dan Jungwoo sekarang berada di Water Bar. Dengan segelas wiski di tangannya masing-masing. Jaehyun dan Jungwoo melirik gadis-gadis cantik yang menari dengan seksi. Tak lama, mereka pun menghampiri gadis-gadis itu dan ikut menari dengan mereka.

*
*
*

Jaehyun mencumbu gadis yang ia bawa dari Water Bar tersebut di dalam taksi. Ia terus mencium seluruh kulit yang terbuka gadis itu tanpa peduli akan sopir taksi yang melihat dari balik kemudi.

"Kau cantik sekali. Kulitmu bagai porselen. Baumu harum, rasanya ingin memakanmu." Ucap Jaehyun yang terus menjilati leher gadis tersebut.

"Hentikan..." Dengan kekehan kecil gadis itu mencoba untuk menghentikan Jaehyun. "Hentikan... Pelan-pelan."

"Ayolah, Bianca. Mari kita bersenang-senang."

Dengan kasar, gadis itu melepaskan diri dari Jaehyun. "Namaku Tia." Ucapnya.

"Tia, iya.. aku juga bilang begitu." Jawab Jaehyun.

"Tidak, kau bilang Bianca."

"Sama saja. Akhirnya A juga."

Gadis itu tertawa, lalu menggeleng. "Hentikan taksinya!" Ucap gadis itu pada sang sopir.

Taksi pun berhenti, dan Tia langsung membuka pintu lalu turun. "Tapi Tia..! Maksudku Bianca! Eh, Tia..., Tunggu! Siapa namamu?"

Gadis itu tidak menghiraukan panggilan Jaehyun dan terus berjalan menjauh. Dengan bingung Jaehyun bertanya sendiri, "Apa pentingnya nama?"

"Tanya saja padanya. Lagipula Kenapa kau tidak mengingat namanya?." Tiba-tiba terdengar suara lembut dari dalam taksi. Jaehyun mengerutkan keningnya dan menoleh kembali ke dalam.

"Apa?" Tanya Jaehyun pada sopir taksi yang berada di depannya.

Sang sopir tersebut menoleh ke belakang. Dengan senyumannya, ia kembali berucap. "Bilang maaf pada gadis yang kau lupa namanya."

Terkekeh kecil, Jaehyun menanggapi. "Kau orang Asia?"

"Kekuatan pengamatanmu cukup bagus. Ngomong-ngomong aku terkesan." Bukannya menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Jaehyun, sang sopir malah mengucapkan hal lain.

"Dengan kekuatan pengamatanku?" Tanya Jaehyun.

"Bukan, pada kecepatanmu. Aku tak pernah melihat proses jadian dan putus secepat itu."

"Apa kau meledekku?"

"Tidak, dude. Aku serius. Butuh keberanian untuk kehilangan kesempatan dengan gadis seksi itu. Itu hebat."

Jaehyun kembali terkekeh. "Sebenarnya, aku terkesan. Di jam tiga dini hari, seorang diri, seorang pemuda mungil yang cantik, berani mengendarai taksi di Sydney. Apa kau tidak merasa takut?"

"Kenapa aku harus takut? Aku bisa Taekwondo. Di salah satu kantung jeans ku ada cabai pedas, dan yang satunya lagi ada pisau Swiss. Dan ada stik hoki juga. Seharusnya kau yang takut, bukan?"

"Ya, benar." Jawab Jaehyun seraya menyandarkan badannya.

"Nah, kau mau kemana, Tuan?" Tanya sang sopir pada Jaehyun.

"Di dekat desa. Double Bay."

"Double Bay? Pria kaya raya, hah?"

"Ya, itulah aku."

Taksi pun melaju menuju arah tujuan Jaehyun.

"Jadi 25 Dollar." Ucap sang sopir taksi pada Jaehyun setelah taksinya berhenti di depan sebuah rumah.

Jaehyun mengeluarkan uangnya dan memberikannya pada sang sopir dengan tatapan sedikit menggoda.

"Terima kasih." Ucap sang sopir saat menerima uang itu. "Jika kau butuh taksi, telepon saja." Lanjutnya seraya memberikan kartu namanya.

Taksi pun kembali melaju, meninggalkan Jaehyun yang memandangi kartu nama itu.

*
*
*

Bersambung...

Heart Breaker * Jaeren ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang