* 3 *

891 120 0
                                    

Hari ini Jaehyun berbelanja di Supermarket membeli kebutuhannya sehari-hari. Jaehyun berkeliling mencari spaghetti, susu, roti, tisu, dan tak lupa dengan beberapa kondom serta majalah dewasa yang tak sengaja ia lihat. Setelah trolinya penuh, Jaehyun pun berjalan menuju kasir.

Dengan sambil membaca majalah dewasa yang ia ambil, Jaehyun menaruh semua belanjaannya di atas meja kasir tanpa menyadari sang kasir yang tersenyum jenaka melihatnya.

"Masih ada lagi di ruang penyimpanan, yang ada rasanya." Ucap sang kasir saat melihat beberapa kotak kondom. Sontak Jaehyun menegakkan kepalanya menatap ke arah sang kasir kala ia merasa mengenali suara itu. Dengan tergagap ia mencoba menjelaskan sesuatu.

"Ini... Ini semua bukan punyaku." Ucap Jaehyun menunjuk kotak-kotak kondom itu. "Spaghetti, dan susunya juga " Lanjutnya menyodorkan sebungkus spaghetti ke depan Renjun yang sedang bekerja sebagai kasir. "Aku tak tahu bagaimana bisa masuk ke sini. Ini bukan punyaku. Troli siapa ini?" Tanyanya bingung dan melihat ke sekeliling.

Lalu Jaehyun menatap Renjun yang masih memperhatikannya. "Tunggu, sedang apa kau di sini?" Tanyanya pada Renjun.

"Aku bekerja di sini." Jawab Renjun.

Jaehyun kaget. "Oh. Wow! Kau seorang bintang." Ucapnya. "Penjaga kasir di siang hari, sopir taksi di malam hari. Menyelamatkan dunia dari kelaparan dan kebosanan. Super Hero."

Renjun tak menanggapi ocehan Jaehyun. "Bisa tolong berikan sisa barang-barang..."

drrt.. drrt...

Ucapan Renjun terpotong karena ponsel Jaehyun yang tiba-tiba berbunyi.  Jaehyun merogoh ponselnya dari saku celana dan terlihat nama Jungwoo tertera di sana. Dengan segera Jaehyun mengangkat teleponnya.

"Jungwoo! Hallo! Jungwoo, ya...!

  Oh shit!

  Aku lupa. Baik dengarkan,

  Hallo...?

  Maaf, Jungwoo..."

Jaehyun menghembuskan napasnya.

"Ada apa?" Tanya Renjun.

"Tak apa-apa. Ada rapat penting yang harus dilaksanakan. Peluncuran game  baru. Aku benar-benar lupa." Jelas Jaehyun.

"Game yang mana? Hallo Seven?"

"Ya." Jawab Jaehyun cepat. "Bagaimana kau bisa tahu." Tanyanya lagi. Terkejut, karena Renjun tahu tentang game nya itu.

"Ayolah, Siapa yang tak tahu? Jurnal Wall Street membicarakannya sudah sejak lama. Belum pernah saham sebuah perusahaan naik sampai 46% dalam rentang waktu yang singkat dan juga termasuk antisipasinya."

Jaehyun ternganga mendengar penjelasan panjang dari Renjun. "Apa rencana mu malam Minggu?" Tanyanya.

"Kenapa? Kau butuh taksi?"

"Tidak. Ada pesta makan malam. Kau mau datang?"

"Baiklah."

"Kau punya pakaian yang pantas?" Tanya Jaehyun sedikit ragu.

"Tidak." Jawab Renjun santai. "Apa sebaiknya aku tidak datang?"

"Baiklah, datanglah. Pakaian tidak membuat perbedaan." Ucap Jaehyun yang sedikit merasa bersalah.

*
*
*

Pesta makan malam yang dihadiri oleh para petinggi-petinggi, pebisnis di Australia tampak ramai meriah.

"Nah, seperti yang kubilang, sebenarnya dia yang menciptakan game itu. Dan dia yang membuat senjatanya. Pada dasarnya persenjataannya adalah senjata-senjata berat. Ini..." Jungwoo yang sedang menjelaskan tentang peluncuran game itu pada rekan bisnis yang lain, dan Jaehyun berdiri di sebelahnya.

Sembari mereguk minuman di gelasnya, Jaehyun menatap ke depan. Tiba-tiba ia terpana, saat melihat seorang pemuda mungil dengan jas yang terpasang rapi di tubuhnya, memasuki ruang pesta. Dengan senyum manisnya, pemuda itu menatap Jaehyun yang terpana padanya. Ia mengedipkan sebelah matanya pada Jaehyun, membuat Jaehyun semakin tertegun, lalu tersenyum lebar.

"Aku jarang main Xbox. Tapi ku dengar Xbox 360 hebat?" Tanya Renjun pada lawan bicaranya.

"Tapi apa pernah dengar tentang permainan Xbox secara langsung?" Tanya pria paruh baya yang menjadi lawan bicara Renjun di pesta itu.

"Sistem multiplayer yang terhubung itu?"

"Ya, benar."

"Dengan Xbox 360? Oh! Aku suka itu. Aku main dengan teman-temanku sepanjang waktu." Jawab Renjun.

Sementara di tempat lain, Jaehyun dan Jungwoo sedang memperhatikan Renjun yang sedang berbincang dengan tamu-tamu yang lain.

"Sopir taksi? Kau ajak sopir taksi itu?" Tanya Jungwoo tidak percaya. "Aku setuju bahwa dia cantik, tapi kau bersama seorang sopir taksi?"

"Ia tak akan berubah meski jika kau sebut itu berulang-ulang kali, bodoh! Lalu kenapa kalau dia sopir taksi? Dia berpendidikan, cerdas..."

"Satpamku juga cerdas! Tapi aku tak mengajaknya ke pesta." Jawab Jungwoo kesal.

"Kenapa sikapmu berlebihan begitu?"

"Kenapa tidak? Dulu kau seorang penakluk. Kini kelakuanmu seperti orang tolol. Kau bekerja seharian, lalu si sopir taksi itu, kau ajak serta sopir taksi itu? Kenapa kau ini? Dia bukan tipemu. Kau sendiri yang bilang dia tipe yang cerdas. Iya kan?"

"Kau salah. Dia temanku." Bantah Jaehyun. "Aku bergaul dengannya."

"Bergaul? Sejak kapan kau bergaul dengan anak-anak manis seperti dirinya?" Cemooh Jungwoo. "Ingat, orang-orang dengan tipe seperti dia adalah umpan, dan bukan teman." Jungwoo terus berbicara mengingatkan Jaehyun. Ia tak memberi Jaehyun kesempatan untuk berkonsentrasi dalam memperhatikan Renjun di sana.

"Hai! Semoga aku tidak mengganggu kalian." Sapa Renjun yang datang tiba-tiba pada Jaehyun dan Jungwoo yang sedang berdebat.

"Tidak, kami sedang menunggumu. Kami tak punya bahan pembicaraan lagi." Jawab Jungwoo sedikit sinis. "Benar, kan?" Tanya Jungwoo pada Jaehyun.

Tanpa menunggu jawaban dari Jaehyun, Jungwoo pergi menjauhi temannya itu dan meminta minuman pada pelayan.

Jaehyun masih memandangi Renjun yang melihat aneh pada  Jungwoo. Saat netra keduanya bertemu, Jaehyun pun mengajak Renjun untuk berdansa.

"Dia gila, tapi cantik. Dia cerdas, pintar, dan ku rasa aku telah jatuh cinta." Monolog Jaehyun dalam hati. Sembari memikirkan tentang Renjun, Jaehyun terus menatap lekat wajah cantik dihadapannya.

"Apa?" Tanya Renjun yang merasa aneh akan tatapan lelaki di depannya itu.

*
*
*

Bersambung...

Heart Breaker * Jaeren ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang