Jaehyun semakin hari ia semakin dekat dengan Renjun. Hari-hari mereka lalui bersama-sama. Makan siang bersama, nonton film, bahkan menjemput Renjun dari kampus.
Malam ini, Jaehyun dengan berpakaian rapi mendatangi Jungwoo. Dengan langkah malas, Jungwoo membukakan pintu apartemennya ketika Jaehyun memencet belnya berulang kali.
"Ada apa?" Tanya Jungwoo.
"Aku akan menikah." Jawabnya dengan senyuman angkuh.
"Apa? Dengan siapa? Dengan supir taksi itu?" Tanya Jungwoo tak yakin.
"Renjun. Ya, aku akan menikah dengan Renjun." Jawab Jaehyun yakin.
Sambil masuk ke dalam, Jungwoo bertanya, "Bagaimana mungkin? Bagaimana dengan sumpah kita? Perjanjian yang kita buat diantara kita? Kita akan terus bersama-sama dan bersenang-senang. Kau tahu kan apa maksudku? Pernikahan hanya untuk orang tolol. Kenapa kau ini?"
Jaehyun tersenyum menanggapi ocehan Jungwoo. "Aku jatuh cinta pada Renjun. Kau pernah bilang bahwa kita hanya melakukan hal-hal yang salah dalam hidup ini. Sekarang aku akan lakukan sesuatu yang benar. Aku mencintai Renjun, aku ingin menikah dengannya. Aku tak punya siapa-siapa dalam hidupku kecuali kau. Kau sahabatku, saudaraku. Itu semua yang ingin ku bicarakan denganmu. Sekarang kau duduk, santai saja, minum bir. aku pergi...! Hidupku menungguku..." Ucap Jaehyun sebelum ia berlalu keluar dari apartemen itu.
*
*
*"Sudah?"
"Belum, sebentar. Baik, sekarang!" Jawab Jaehyun, membiarkan Renjun membuka penutup matanya.
Renjun menatap ke depan. Lilin-lilin yang berbaris rapi, terpampang indah di depannya, mengelilingi kolam air mancur minimalis itu. Renjun menoleh ke Jaehyun yang tiba-tiba berlutut di hadapannya.
"Sudah banyak kesenangan yang kurasakan. Kau tahu, semuanya...
Kau benar-benar telah mengubah hidupku, Renjun. Aku sangat mencintaimu, akan selalu begitu selamanya. Renjun, menikahlah denganku." Dengan sebuah cincin di tangannya, Jaehyun menatap Renjun dengan penuh harap."Renjun?" Tanya Jaehyun saat mendapati Renjun yang hanya diam, menatap datar padanya.
"Kau bercanda, kan?" Tanya Renjun.
"Tidak, Renjun. Aku serius. Aku melamarmu, Renjun."
Renjun menggeleng. Ia berbalik membelakangi Jaehyun yang masih berlutut. "Ku mohon jangan lakukan ini. Jangan merusak suasana." Ucapnya.
"Apa maksudmu?" Tanya Jaehyun. Ia pun berdiri mendekati Renjun. "Aku ingin menikahimu."
"Aku minta maaf." Potong Renjun. "Ini semua salahku. Aku rasa, aku telah membiarkannya terlalu jauh. Kurasa aku..."
"Renjun, apa maksudmu?"
"Maaf, mungkin aku memberi kesan yang salah padamu."
"A..aku, tidak mengerti. Renjun, aku sedang bicara soal pernikahan denganmu."
"Jae, sudah kubilang, aku tak ingin menikah! Aku tak percaya pada pernikahan."
"Tapi..."
"Tapi menurutmu itu semua hanya pembicaraan tak berarti? Aku sudah bicarakan inti masalahnya, Jae. Aku tidak pernah berdusta. Ini menyangkut hidupku dan aku ingin menjalaninya sesuai kondisiku.
Katakan, apa kau mau izinkan aku mengemudi taksi untuk mendapatkan MBA ku? Tidak, kan? Apa kau akan izinkan aku bekerja di supermarket? Tidak, kan? Hari ini mungkin kau izinkan aku melakukan apa yang ku mau dan kau tak akan melarangku. Tapi, suatu hari nanti kau akan bilang padaku bahwa, kau hasilkan banyak uang dan membayari pengeluaran ku. Kenapa aku harus terima semua ini? Aku ingin jalani hidupku sesuai dengan yang ku mau. Aku ingin kerjakan semuanya sendiri, demi masa depanku sendiri. Aku tidak mau kehilangan diriku karena pertimbangan terhadap orang lain."
"Tapi, ku kira kau mencintaiku, Renjun?"
Renjun berbalik, menatap Jaehyun yang menunggu jawaban darinya. "Tentu saja, aku mencintaimu. Tapi, apa hubungannya hal itu dengan pernikahan?"
"Renjun!" Jaehyun meraih kedua tangan Renjun, dan menggenggamnya erat. "Renjun, sebelumnya aku berpikiran sama denganmu. Tapi, sejak aku jatuh cinta padamu, segalanya telah berubah."
"Tapi tidak ada yang berubah bagiku, Jae. Maafkan aku. Mungkin aku tak mencintaimu seperti kau mencintaiku. Jika cinta adalah pernikahan, maka kurasa aku bahkan tidak mencintaimu."
Renjun pun melepaskan genggaman tangan Jaehyun di tangannya. Ia pergi meninggalkan Jaehyun sendiri.
"Renjun! Tolong dengarkan aku!"
Jaehyun terus berusaha mengejar Renjun yang semakin menjauhinya. "Jika menurutmu aku terlalu terburu-buru, kalau aku membuatmu tertekan, maka aku minta maaf. Aku berusaha untuk pelan-pelan. Aku akan menunggu, Renjun!"
Renjun menghentikan jalannya. Ia berbalik menghadap Jaehyun yang juga menghentikan langkahnya. "Maaf, Jaehyun. Sampai kapanpun kau akan menunggu, jawabanku akan tetap sama." Ucapnya, lalu ia pun benar-benar pergi meninggalkan Jaehyun yang tak mampu untuk bergerak lagi.
Jaehyun mematung, air mata mengalir deras di pipinya, menyaksikan Renjun yang semakin hilang dari pandangannya.
"Sial! Kenapa aku menangis?" Ucapnya terisak sambil menyeka air matanya sendiri. "Kenapa kau menangis Jae? Kau seorang penakluk, hiks."
"Jaman sekarang seseorang bisa menemukan bidadari bepergian dengan kereta, makan cokelat membuatmu bermimpi, membacakan mantra, dan lalu menghilang dari Swiss ke Korea."
Tiba-tiba bayangan seorang Remaja muda yang cantik, datang tersenyum pada Jaehyun. Jaehyun mengerjabkan matanya untuk memastikan apa yang ia lihat. Bayangan Remaja tadi, berubah menjadi seorang pemuda manis dan sexy yang menampilkan smirknya pada Jaehyun.
"Kau tahu bahwa kau adalah orang yang paling penting dalam hidupku. Sedikit pengertian dan sedikit pengorbanan, bukankah pernikahan seharusnya begitu?"
Apa ini? Jaehyun memegang kepalanya yang tiba-tiba pusing. Ia teringat akan dosanya di masa lalu. Ia telah menyakiti hati banyak orang. Ia telah mempermainkan mereka dan pergi tanpa merasa berdosa sama sekali. Sekarang ia tahu bagaimana rasanya.
*
*
*Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Breaker * Jaeren ✔️
Hayran KurguJatuh cinta pada Renjun, Jung Jaehyun merasakan karmanya. Jaehyun x Renjun Jaehyun x Taeyong Jaehyun x Jaemin Doyong x Taeyong Bxb "Movie (Bachna Ae Haseeno)"