Dear MyLan!
Has this wonderful reading adventure captivated you? Have you been swept away in this world of stories full of charm?If so, feel free to share your opinions and impressions in the comments!
Grab a blanket, get comfy, and enjoy the read!
• • •
"Bagaikan mentari yang mencintai bulan di kegelapan, aku yang patah hati terjebak dalam bayanganmu. Di antara kita yang saling mencintai, ada harapan yang selalu hancur menjadi serpihan."
- Adira Dilihana
Malam itu, hujan turun semakin deras, menciptakan gemericik yang konstan di luar jendela. Angin malam berhembus kencang, mencoba menyelinap melalui celah-celah jendela, membawa dingin yang meresap hingga ke dalam kamar. Di tengah cahaya temaram, Liana terlelap di balik selimut tebal.
"Sayang..." Davian berbisik pelan.
"Sayang, aku pulang." Tapi bukan kesadaran yang ia temui, melainkan Liana yang masih tenggelam dalam tidurnya, membiarkan matanya yang indah tetap tertutup rapat.
Gemuruh hujan di luar terus berlanjut, namun jemari Davian tidak berhenti. Sesekali ia menyisir rambut Liana yang halus, wangi seperti dedaunan sakura. Davian menikmati momen ini, mengabadikan wajah Liana di tengah dengkuran halusnya.
"Liana,.." Davian hampir kehilangan kesadarannya. Apakah memandangi wajah teduh itu membuatnya tertidur? Ia terkekeh kecil, kembali memandang Liana."Dav, kamu udah pulang?" Suara lembut itu tiba-tiba terdengar, dan bulu mata Liana terangkat. Masih dengan kantuknya, ia tersenyum kecil.
"Jam berapa sekarang?" Liana berdeham, tidur yang panjang membuat tenggorokkannya kering.
Pukul dua belas, Liana menoleh ke arah Davian lagi, pria itu masih memandangnya."Aku ninggalin makan malam, Dav." Liana sudah ingin bangkit dari kasur, namun tangan Davian menahannya untuk tetap berbaring.
"Tetap di sini, aku mau peluk kamu." Davian memeluk Liana, memberikan kehangatan pada tubuh kecil gadis itu. Liana tidak punya pilihan, rasa kantuk masih menguasai kesadarannya.
"Maaf udah buat kamu nunggu sampai ketiduran," bisik Davian. Liana menggeleng, mengusap pelan rambut Davian yang sedikit basah.
Perlahan, Davian memejamkan matanya, menikmati setiap usapan jemari Liana yang kini turun ke punggungnya yang masih dilapisi kemeja kerja. Tak lama, Liana melihat Davian mulai tertidur, mendengkur dengan halus.
Mata Liana teralih ketika melihat ponselnya menyala tanpa suara di ujung nakas. Memastikan Davian tertidur pulas, perlahan Liana melepaskan tangannya dan meraih ponsel.
New message
Kian: Lin aku ada tugas di luar kampus, mungkin beberapa hari lagi aku balik. Tolong kabarin aku kalau kamu udah siap ketemu. Aku bakal tunggu jemput kamu.Liana menghela napas, hatinya terasa nyeri sesaat. Saat matanya memandang ke luar jendela, ia dikejutkan oleh pelukan dari belakang. Liana melihat Davian yang memejamkan mata, menghirup dalam aroma di lehernya.
"Ada apa?" Davian berbisik, namun ia tahu apa yang baru saja terjadi. Lagi-lagi notifikasi ponsel Liana.
"Dav?" Liana mulai bersuara, membuat Davian yang menyandar pada pundaknya membuka mata.
Davian masih diam, menatap Liana dengan lekat. Dia tahu siapa yang baru saja mengirim pesan, dan ia juga melihat isi pesan tersebut.
"Masih belum bisa?" Liana membalikkan tubuhnya, bertemu langsung dengan tatapan yang membuat Liana merasa bersalah. Dia tahu Liana belum bisa melupakan, bahkan mungkin sulit untuk itu. Dan ironisnya, kalimat yang selalu membuat Davian tersenyum pahit adalah: tidak ada mantan pacar yang bersahabat, terlebih jika mereka putus saat masih saling mencintai.
"Aku butuh waktu." Davian tersenyum. Sampai kapan? Sampai kapan waktu akan membuat Liana berhenti berpikir dan mengakui bahwa ia juga mencintainya?Davian mengusap pipi Liana dengan satu tangannya, sementara tangan lain tertumpu di meja sebelah tubuh perempuan itu.
"Kasih aku harapan pasti, Liana."
"Aku bakal berusaha."
"Aku janji." Liana memejamkan mata saat bibirnya dibungkam oleh ciuman Davian, membawa pikirannya menjauh dari kekosongan. Liana tidak bisa berpikir jernih, Davian selalu berhasil membuatnya bimbang dan bodoh karena tingkah manisnya.Dan Liana bersumpah pada dirinya sendiri. Ia akan mencintai Davian, karena pria yang ada bersamanya saat ini adalah Davian, bukan Kian.
Stay tuned for the next chapter!
KAMU SEDANG MEMBACA
Back Home [REVISI]
أدب الهواةIni hanya kerangka waktu, dan dapatkah Liana menarik kesempatan yang selalu gagal ketika datang? 2021 oct¹² ‼️𝗗𝗶𝗹𝗮𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗽𝗹𝗮𝗻𝗴𝗶𝗮𝘁! 𝗣𝗹𝗲𝗮𝘀𝗲 𝗱𝗼𝗻'𝘁 𝗰𝗼𝗺𝗺𝗶𝘁 𝗰𝗿𝗶𝗺𝗶𝗻𝗮𝗹 𝗮𝗰𝘁𝘀 𝗶𝗻 𝗰𝗼𝗽𝘆𝗿𝗶𝗴𝗵𝘁 • 𝐎𝐫𝐢𝐠𝐢𝐧𝐚𝐥...