5. Reflections in Moonlight

235 26 0
                                    

Dear MyLan!

Has this wonderful reading adventure captivated you? Have you been swept away in this world of stories full of charm?If so, feel free to share your opinions and impressions in the comments!

°°° Back Home °°°

Liana turun dari mobil, Ia segera menyusul Davian yang baru saja menyeret koper. Pria itu tersenyum melihat Liana yang bangun tiba-tiba, padahal niatnya akan membangunkan Liana tepat tiga menit lagi.

"Punggung mu sakit ngga?" Davian menarik bahu Liana menekan-nekan punggungnya, takut-takut merasa pegal karena terlelap di kursi dengan posisi tak nyaman.

Liana menggeleng kecil, Ia tak mendapati Atlas, tapi kini Liana fokus pada bangunan besar di depannya dengan halaman luas yang betul-betul indah.

Di sisi kiri dan kanan rerumputan hijau terlihat begitu terawat, lampu taman yang berbentuk begitu cantik walaupun lampunya belum menyala. Di tengah-tengah dua arah jalan terdapat water fountain dengan bunga mawar mengelilinginya.

Liana bisa melihat penjaga yang menunggu kedatangannya di pintu besar. Matanya mulai menatap Davian yang sejak tadi memperhatikan gadis itu.

"Ayo masuk." Davian menarik pinggang Liana dan mulai melangkah, seiring berjalannya langkah kaki mereka kini lantai marmer bermotif luar biasa cantik mereka pijaki.

"Ya ampun, Davian!! Akhirnya kamu pulnag." Suara itu, suara yang selalu ingin Davian dengar, namun sulit untuk Ia dapatkan. Davian tersenyum tipis saat Ibunya, Clars meneriakkan nama Liana begitu hebohnya. Liana saja sampai terkejut saat tau rumah mewah itu adalah milik orang tua Davian. Karena memang itu adalah pertama kali Liana menemui rumah keluarga Keegan.

"Lin kamu ikut Ibu ya." Davian pamit, sempat mengecup pipi Liana yang memerah karena malu. Pria itu tersenyum tipis pada Clars yang merasa senang atas dua orang anak yang sejak dulu mereka tunggu kedatangannya.

"Ayo, sayang. Ibu tuh udah nyiapin manisan buat kamu." Liana mengangguk dan ikut saat tangan kecilnya dirangkul begitu lembut. Keluarga Keegan masih sama seperti dulu, memperlakukan dirinya dengan baik layaknya anak sendiri.

°°° Back Home °°°

Seorang gadis tengah terduduk di atas tangga yang terbuat dari aspal, jarinya menghimpit rokok yang tersisa setengah. Aliran sungai di depannya membuat Ia tak kunjung bangkit.

Entahlah, pikirannya sejak dulu memang tak pernah tenang dan itu selalu bermasalah pada satu laki-laki yang menyangkut di hatinya. Namun Ia tak pernah berpikir jika akan ada nama yang membuatnya beribu-ribu terdiam.

"Ikal bego! Aku maki-maki seharian juga nggak bakal ilang nih marah!"

"Raia, ya ampun sayang di cari in malah ngegembel di sini!" Raia memutar matanya melas mendapati Elikal yang tergopoh-gopoh. Mungkin dia habis lari.

"Sayang, kamu masih marah sama aku?"

"Menurut kamu?" Elikal mengehmbuskan napasnya, tubuhnya ikut duduk di samping gadis itu, menatap arus sungai di depannya.

"Aku tau aku salah. Cuman aku nggak enak sama Kian. Dia terus tanyain Liana ke aku, tanyain kamu udah ketemu dia belum. Masa aku harus bohong terus?" Lagi-lagi Raia menatapnya sengit.

"Menurut kamu bohong kamu itu masuk akal?"

"Ya,... I dont have a chose."

"Cara pikir kamu itu yang enggak bener, Ikal! Kalau emang nggak ada pilihan kenapa kamu bilang Liana di Seattle? Gimana jadinya nanti! Dia pasti bakal lebih sering di sana!

Back Home [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang