1- Loved You

3.6K 201 23
                                    

You burn me up and make me cry
I pray every day you will look back to me

***

Wanita itu duduk terdiam merenung di ruang tamu rumahnya yang terasa sepi. Sendiri, satu kata yang dapat menjelaskan keadaannya saat itu. Delapan tahun menikah dengan pria yang sangat dicintainya, telah dikaruniakan seorang putri yang sangat cantik. Mungkin orang-orang bisa berkata bahwa mereka iri terhadapnya. Tapi kenapa sekarang yang dia rasakan berbeda? Sekarang dia mulai bertanya-tanya. Benarkah mustahil ada pernikahan sempurna seperti yang dulu dia rasakan?

Merelakan semua impian yang telah dicapainya sebagai seorang model demi mewujudkan keinginan kekasihnya yang dulu meminta dia menjadi pendamping hidupnya. Bahkan meninggalkan profesinya itu untuk menjadi seorang ibu rumah tangga yang baik. Semua dilakukannya untuk keluarganya berharap hanyalah kebahagiaan yang akan ada setiap harinya. Tiffany kini mulai menyesali saran keluarganya untuk tidak merelakan mimpinya itu. Mau bagaimana lagi? Pria yang kini menjadi suaminya sekarang dulu membuatnya takut kehilangan cinta sebesar itu.

Pernikahan yang awalnya terasa sangat indah, apakah sekarang hanya kenangan saja seiring berlalunya waktu? Apakah semua orang wajar mengalami semua ini? Tentu saja, semua orang pasti mengalami masalah dalam hidupnya. Haruskah disesali? Tentu saja bukan itulah jalannya. Bukankah Tuhan tidak memberikan cobaan yang melebihi kekuatan kita? Dia pikir semua hanyalah soal waktu.

Itulah sederetan kalimat penenang yang selalu dipakai Tiffany itu untuk tetap menguatkan hatinya. Demi keluarga yang sangat dicintainya.

"Mom..." Tiffany yang sejak tadi melamun tersentak saat tangan dari seorang gadis kecil memeluk lehernya dari samping tempat dia duduk.

Bagaimana bisa dia tidak menyadari kehadiran anaknya karena melamun dari tadi?

"Oh.. kau mengagetkan Mommy sayang" Tiffany tersenyum sendiri menyadari kebodohannya. Dia menatap putri kecilnya itu dan langsung memeluknya erat. Sudah seminggu -Sulli- putrinya itu berlibur bersama halmoni dan haraboji-nya di villa keluarga mereka.

"Bagaimana liburannya? Maaf Mommy tidak menjemputmu langsung" Tiffany mencium rambut panjang putrinya.

"Tentu saja asik Mom, akan menyenangkan lagi jika bersama Mommy dan Daddy" kata Sulli mempoutkan bibir mungilnya membuat Tiffany gemas. Anak itu sedang menggodanya.

Tiffany tersenyum melihat tingkah putrinya, dia langsung mencium bibir kecil itu dan langsung membuat pemiliknya tersenyum senang.

"Hmm, liburan selanjutnya nanti Mommy ajak berlibur ke rumah Grandpa, bagaimana?" ucap Tiffany yang langsung membuat Sulli kegirangan diatas pangkuannya. Sulli memang selalu antusias jika Tiffany mengajaknya kerumah Daddy-nya di California.

"Really? Tapi berjanjilah Daddy akan ikut Mom" kata Sulli memeluk erat leher-nya. Meskipun belum sekarang, tapi dia tau Mommy-nya tidak pernah mengingkari janjinya.

Tiffany hanya bisa memberi senyuman sebagai jawaban. Dia juga tidak bisa janji mengenai suaminya itu. Beberapa bulan terakhir pria itu seperti berubah dan tidak pernah terlibat lagi dengan kegiatan-kegiatan yang menyita waktu seperti liburan.

"Ayo!" Tiffany mengangkat tubuh anaknya itu, membawanya ke kamarnya.

"Apa Daddy lembur lagi malam ini Mom?" Tanya anak itu sambil memainkan kalung yang dipakai-nya.

"Maybe.." jawab Tiffany seadanya. Suaminya juga tidak pernah memberinya kabar lagi akhir-akhir ini. Tidak ada pertengkaran di antara mereka. Hanya saja Tiffany sadar ada jarak yang kini hadir antara dia dan suaminya.

UnbreakableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang