You said "I LOVE YOU" I said it too.
The only difference is I didn't lie to you..***
Semalaman tidurku terjaga karena ada hal yang mengganjal hatiku. Siapa bilang kejahatan bisa memberimu ketenangan? Sama sekali tidak. Stella, wanita yang beberapa waktu terakhir ini berkencan atau lebih tepatnya berselingkuh denganku dibelakang istriku. Bagaimana aku memutuskannya? Aku bingung dengan semua ini. Jika saja time machine memang ada. Aku akan kembali pada waktu aku tergoda dengan ajakan gilanya dan menolaknya saat itu juga.
Tidak seharusnya aku bingung bukan? Sudah seharusnya aku memilih istri yang kucintai dan mengakhiri hubungan terlarangku dengan cinta pertamaku itu. Ya, Stella adalah wanita pertama dihidupku dan Tiffany tahu itu. Namun Tiffany, istriku adalah wanita yang kuinginkan untuk seumur hidupku. Entah seegois apa itu terdengar, aku tidak bisa kehilangannya. Meski dengan bodoh selama ini aku bermain api tahu itu satu-satunya alasan dia bisa pergi dariku. Secepat mungkin aku akan berbicara dengan Stella besok dan segera mengakhiri hubungan kami.
Ku perhatikan wajah putih mulus dan rupawan istriku dari balik pintu. Dia tertidur sangat lelap seakan-akan tidak terjadi sesuatu. Tapi matanya yang sembab tidak bisa berbohong. Aku telah menyakitinya begitu banyak.
Hari ini aku akan meluangkan waktuku untuk keluargaku. Aku pun beranjak ke kamar Sulli yang berada tepat disamping kamarku. Ku kecup pipi putriku itu membuatnya terganggu dari tidurnya. Aku hanya tersenyum melihatnya meregangkan tubuhnya serta mengucek-ngucek matanya.
"Eungghh.... Dad?"
"Good morning baby" kataku sambil mengecupnya lagi.
"Daddy membuat Mommy menangis" katanya tanpa membuka matanya. Ya, tentu saja dia cukup mengerti dengan peristiwa semalam.
Ku angkat tubuh mungil itu beralih ke dalam dekapanku. Sulli hanya mengalungkan tangannya dileherku lalu menyandarkan kepalanya dibahuku.
"Maafkan Daddy membuatmu takut" kataku mengelus punggungnya lalu berjalan keluar kamar menuju lantai bawah rumah kami.
"Jangan membuat Mommy marah lagi Dad. Dia akan meninggalkan kita jika Daddy melakukannya lagi, mengerti? Sulli janji akan jadi anak yang baik" kata Sulli membuatku gemas sekaligus malu dengannya. Bagaimana bisa seorang anak kecil menasehati Daddy-nya seperti ini? Ya Tuhan, bagaimana bisa aku menyia-nyiakan istri yang baik dan putri seperti ini.
"Hmmm, siap putriku! Tolong bilang pada Mommy kalau Daddy tidak bisa hidup tanpanya. Okay?" kataku tersenyum sambil mendudukkannya di sofa ruang keluarga lalu menyalakan TV agar dia bisa menonton sambil menungguku memasak.
"Ohh, kalau yang itu kau bisa mengatakannya langsung Dad" kata Sulli turun dari atas sofa lalu pergi meninggalkanku yang hanya melongo menatapnya saat ini.
"Yak! Kau mau kemana???" kataku sedikit berteriak melihatnya menaiki tangga.
"Sssstttt, Mommy masih tidur Dad. Aku harus menyikat gigiku terlebih dahulu" katanya dari lantai atas dengan gaya berbisiknya namun masih jelas bisa kudengar.
Tch, aku bahkan lupa mengajarkan anakku kebiasaan baik setiap pagi. Tapi untunglah Tiffany mendidiknya dengan baik. Kalau ku lihat, mereka berdua memang memilik banyak kesamaan dan tentu saja itu membuatku bahagia.
Aku pun tersenyum sadar atas kebohodanku selama ini.
Kulangkahkan kakiku menuju dapur membuatkan sarapan untuk keluargaku. Itu adalah hal langka, tapi aku harus membuat Tiffany memaafkanku meskipun mungkin itu membutuhkan waktu yang lama.
![](https://img.wattpad.com/cover/35747555-288-k96134.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Unbreakable
Fiksi PenggemarPerselingkuhan. Bertahan atau melepaskan? Republish revisi ke-4