Kalau di bully
Lebih baik diam atau melawan?-Ata L.B
"Maaf ya."Filma menghela napas lelah, ini sudah ke dua puluh kalinya Alma mengucapkan hal yang sama. 'permintaan Maaf'
Yang kalau boleh jujur, sebenarnya kejadian beberapa waktu lalu bukan sepenuhnya salah Alma.
Kejadian dimana Filma di bully di sekolah nya Alma.
Ternyata selama ini, sosok Alma menjadi sasaran empuk untuk di bully. Dan selama ini pun Alma selalu diam ketika di bully, termasuk kakak nya--Gio. Yang katanya menyayangi adik nya, namun mengapa ia justru diam saja melihat adik nya yang di bully tadi?
Sebenarnya, tadi, Filma bisa saja melawan. Namun, rasanya ia sedang malas mengeluarkan tenaga. Alhasil, ia hanya memandang datar ke arah gang cewek yang melemparinya tepung tadi di kantin, kemudian langsung beranjak pergi begitu saja dari sana. Sempat melewati Gio yang hanya bisa menundukkan kepalanya dan Filma bersikap seolah-olah tak melihat keberadaan Gio.
Dan sosok Alma yang masih menjadi arwah, hanya bisa mengikutinya sedari tadi sembari mengucapkan permintaan maaf.
Filma kembali menghela napas, membalikan badan nya untuk menatap Alma. "Denger, apa pun yang terjadi dan alasan kenapa semua orang tadi lakuin hal itu. Gue gak perduli, berhenti minta maaf karena suara lo buat kuping gue sakit."
Pedas, memang. Itulah sifat omongan Filma, tak pernah memperdulikan perasaan orang lain. Setelah mengatakan hal itu dalam hati, yang tentunya hanya bisa di dengar oleh Alma--Filma langsung berlalu pergi begitu saja. Meninggalkan Alma sendirian di dalam toilet, karena Filma sudah selesai membersihkan seragam sekolah nya yang terkena tepung tadi.
Arwah Alma menghela napas, begini banget nasib nya. "Aku minta tolong sama nenek itu supaya orang lain nyelesain masalah aku, eh orang nya malah nambahin masalah buat aku."
"Sabar, hidup memang susah." Tiba-tiba saja terdengar suara seseorang, sontak saja Alma langsung membalikan badan nya. Menatap ke arah bilik toilet, ternyata ada orang di situ.
Tapi ... Kenapa dia bisa lihat aku? Apa jangan-jangan dia-
"Dan untung nya gue udah mati sih, jadi gak rasain susah nya hidup lagi." Sosok itu ternyata wanita, Alma baru menyadarinya. Jika ia memakai seragam sekolah yang sepertinya itu adalah seragam jaman dulu ketika sekolah ini masih baru-baru nya.
Bahkan, kedua mata Alma seketika langsung terbelalak terkejut ketika mendapati di area bahu sebelah kiri wanita itu ada bolongan yang lumayan besar, dan terdapat beberapa ulat serta bercakkan darah.
"K-kamu... S-setan?"
"Bidadari." Wanita itu berdecak sebal, "ya iya lah gue setan. Pake nanya segala lagi."
Dan detik berikutnya seketika suara teriakan terdengar--tentu saja teriakan ini hanya bisa di dengar oleh para kaum gaib saja. Jadi, kalau kalian yang lagi baca ini denger suara teriakan. Fiks, kalian ada di alam gaib.
"SETAN! AAAA." Alma langsung melayang pergi, menjauhi toilet sembari berteriak ketakutan.
Meninggalkan sosok hantu wanita tadi dengan kening yang mengkerut heran, "lah, dia kan setan. Kenapa jadi takut sama setan juga?"
✓✓✓✓✓
"Kamu gak apa-apa kan? Ada yang luka? Kasih tahu kakak kalau ada yang luka, Al."
Kening Filma mengernyit tak suka, matanya memandang tajam ke arah bahu sebelah kanan nya yang di pegang oleh Gio.
Tadi, ketika ia hendak membuka pintu Rooftoof. Tiba-tiba saja Gio datang dan langsung menariknya pergi menjauh hingga sampai di gudang A dekat laboratorium IPA. Yang memang tempatnya jarang di lalui orang lantaran berada di paling pojok kanan sekolah.
Sentakan kasar lantaran Filma menghempaskan tangan Gio yang berada di bahunya--mampu membuat Gio seketika terkejut bukan main.
"Al ..."
"Gak usah sok perduli kalau tadi aja lo kek gak kenal sama gue. Gue gak suka jenis manusia munafik kek lo Bangs*t." Tatapan Filma cukup tajam, dan hal itu membuat Gio semakin terkejut. Bahkan dirinya hanya bisa diam bak patung, hingga Filma beranjak pergi pun Gio hanya bisa memandang nya dengan pandangan yang sulit di artikan.
Sedangkan Alma yang sudah berada di dekat mereka sejak Filma di tarik oleh Gio tadi langsung menepuk pelan kening nya, "Filma ... Kamu itu oon atau bego sih? Jelas aja kak Gio gak bisa denger suara batin kamu."
Alma heran, Filma di kehidupan asli nya itu memang tak suka bicara atau alergi kalau semisal kan mengeluarkan suara?
Sudah dua hari semenjak Filma ber-transmigrasi ke tubuhnya. Dan Filma hanya pernah mengucapkan dua kalimat secara langsung, mengeluarkan suara, ketika bertanya tentang keluarga nya.
Yap, hanya dua kalimat. "Kalian, siapa?"
Hanya itu, hanya itu!
Selebihnya Filma selalu berbicara di batin nya saja. Sungguh! Kalau waktu bisa di putar, ingin rasanya Alma meminta pada nenek itu untuk mencarikan manusia yang lebih banyak bicara di bandingkan manusia yang seperti Filma.
Tapi, mau bagaimana lagi? Nasi sudah menjadi nasi kotak, tinggal di makan aja malah di makan sama keluarga.
Maaf curhat : )
Alma hanya bisa menjalankan, dan berusaha membujuk Filma agar ia mau membantunya.
Hanya itu caranya untuk menyelesaikan masalahnya ini.
TBC
WATTPAD : Atalia_balqis
IG : ata.l.b
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi A-Film
Teen FictionA. Filma. gadis dingin berhati beku. selama ia hidup di dunia ini, tak ada satupun orang yang dapat ia percayai. hal itu lantaran suatu kejadian di masa lalu, masa lalu yang mampu membuatnya terpisah dengan kedua orang tua nya. namun, suatu waktu...