Lo gak benci keluarga?
-Ata
"Aku harus jelasin darimana dulu ya?"
Filma memutar kedua bola matanya malas, "terserah."
"Ih, bingung nih. Soalnya aku juga gak tahu harus cerita kayak mana." Alma menyengir kuda, membuat Filma berdecak pelan.
"Yaudah gak usah cerita." Filma berdiri dari kursi, dan berjalan menuju ranjang tempat tidur.
"Yahhh, jangan gitu dong. Iya-iya, ini aku bakal cerita. Mungkin dari asal-usul aku kali ya?" Alma melayang menghampiri Filma, memilih untuk diam melayang di hadapan nya.
Dan dapat Alma lihat dengan jelas kening Filma sedikit mengkerut, "iya, asal-usul aku," Ucap Alma. Seolah-olah tahu akan maksud dari kernyitan heran di dahi Filma.
"Aku bukan anak kandung dari Mama Mala sama Papa Bayu. Mereka cuma punya tiga anak, dan itu kak Gading, kak Gilang, sama kak Gio." Alma berhenti sejenak, tersenyum kecil.
"Dari dulu, mereka pengen punya anak perempuan. Tapi, gak kesampaian. Terus suatu hari, mama Mala di kasih saran dari kakak nya. Kalau mau punya anak perempuan, harus adopsi anak perempuan dulu. Karena katanya hal itu di anggap kayak mancing supaya bisa dapetin jenis kelamin perempuan kalau hamil nanti."
Filma diam, dalam hatinya tentu bertanya-tanya tentang hal yang di ucapkan oleh Alma barusan. Adopsi anak perempuan supaya bisa dapetin jenis kelamin perempuan? Sungguh? Di jaman sekarang, masih percaya akan hal tersebut?
"Iya aku tahu, kamu pasti heran kan? Kenapa bisa mereka kepikiran kalau hal itu bisa terjadi kalau mereka ngelakuin nya." Alma menghela napas pelan, "tapi, asal kamu tahu. Percaya gak percaya, itu beneran terjadi. Tepat 5 bulan keluarga ini ngadopsi aku, mama Mala hamil. Dan mereka nunggu 5 bulan lagi untuk periksa jenis kelamin nya."
"Dan jenis kelamin nya perempuan?" Tebak Filma. Dan Alma mengangguk pelan.
"Iya."
"Terus? Mana tu anak?" Karena selama Filma tinggal di sini. Yang ia ketahui hanyalah Alma dan Mamanya yang berjenis kelamin wanita di rumah ini—oh, sama wanita tua yang ia temukan kemarin.
"Itu..." Alma menghela napas pelan, raut wajahnya berubah menjadi sendu. "Mama Mala ngalamin keguguran waktu usia kandungan nya 7 bulan."
Alma menundukkan kepalanya, kedua tangan-Nya terkepal erat. "Dan itu karena aku."
Filma cukup terkejut kala mendengar hal itu, namun ia kembali menormalkan raut wajahnya seperti biasa. "Maksudnya?"
"Dulu, sebelum aku di adopsi sama keluarga ini. Aku sempat di adopsi sama keluarga lain. Waktu itu usia ku masih 10 tahun, umur yang bener-bener masih labil dan jiwa berontak nya yang kuat."
Dia kembali mengangkat wajahnya yang tadinya tertunduk. Menatap tepat ke arah Filma dengan pandangan lurus, "keluarga ini bener-bener religius, dan mereka termasuk strict parents. Aturan mereka bener-bener ketat, harus berjalan sesuai apa yang mereka kehendaki. Kalau sampai gak nurut, ataupun gak bisa menuhin ekspetasi dari mereka.... "
"Mereka gak segan-segan untuk memberi ku hukuman, yang menurut aku anak 10 tahun gak pantas untuk ngedapetin hal itu."
"Apa hukuman nya?"
Alma tersenyum kecil, sedikit tak menyangka Filma mau mendengarnya. "Di sabet pakai sapu lidi, atau gagang sapu sampai mereka merasa itu sudah cukup. Atau di kurung dalam kamar tanpa makan selama seharian penuh, dan aku pernah ngalamin hal itu sampai 2 hari."
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi A-Film
Teen FictionA. Filma. gadis dingin berhati beku. selama ia hidup di dunia ini, tak ada satupun orang yang dapat ia percayai. hal itu lantaran suatu kejadian di masa lalu, masa lalu yang mampu membuatnya terpisah dengan kedua orang tua nya. namun, suatu waktu...