2. Suka-suka gue

117 26 4
                                    

Gue gak pernah di suruh,
Karena gue yang selalu nyuruh.

-Ata L.B

Filma hanya menatap datar ke arah Setan--alma. Manusia yang udah jadi setan, atau hantu. Eh, setan sama hantu beda gak sih?

Alma tampak frustasi, melayang mondar-mandir di depan Filma yang duduk santai di atas ranjang. Sebenarnya, Filma lebih ingin memilih tidur saja di bandingkan memperhatikan hal yang tak berguna seperti sekarang.

Namun, ia tak bisa.

Entah mengapa, ketika tadi Alma langsung melarang nya untuk tetap diam dan duduk. Seketika tubuh nya langsung menurut, padahal Filma sendiri ingin melawan nya. Namun tak bisa.

Kata Alma, itu wajar karena tubuh itu tetap bisa di kendalikan oleh nya untuk sewaktu-waktu. Bukan berarti tiap waktu.

"Baru tau, setan bisa frustasi."

Seketika Alma yang tadinya misuh-misuh tak jelas langsung melirik tajam ke arah Filma. Yang sayangnya di balas dengan tatapan malas dari Filma.

Sungguh! Apapun yang terjadi saat ini pun, Filma tak ingin perduli.

"Aku masih bisa balik lagi ke tubuh aku, jangan sembarangan ngomong deh!" Alma mendengus sebal, bibir nya mengerucut lucu.

Heran, udah jadi setan tetep aja lucu.

"Kalau bisa balik, kenapa sekarang gak balik aja. Gue mau ke raga asli gue lagi, atau kalau bisa sekalian gue aja yang mati."

"Heh! Omongan nya it-"

"Gue ngebatin gak ngomong."

Alma berdecak, "iya-iya. Batinan nya, eh? Kok aneh ya." Menggeleng pelan, "Bodo ah."

"Intinya, aku gak bisa balik ke raga aku sendiri sebelum kamu bisa bantu aku."

Lagi-lagi tentang hal itu. Harus berapa kali Filma mem-batin, jika ia tak akan pernah mau membantu siapapun. Dalam hidupnya, dan seumur hidup nya. Ia tak pernah menolong siapa pun. Bahkan ketika dulu kedua orang tua nya sekarat pun, ia sama sekali tak menolong nya.

"E-eh, eh, kok tidur sih?" Alma seketika memekik pelan ketika melihat Filma sudah merebahkan tubuh nya ke atas kasur. menarik selimut nya, dan total mengabaikan Alma.

"Ih, kam-"

Cklek

Seketika Alma langsung menghilang ketika mendengar suara pintu terbuka. Yang ternyata itu adalah kakak pertama Alma. Menoleh ke arah ranjang, kemudian tersenyum.

Ia melangkah mendekat, kemudian langsung duduk di samping kasur yang Filma tiduri.

Senyuman nya semakin mengembang ketika melihat wajah sang adik terlelap damai. Namun, di detik berikut nya, senyuman nya seketika luntur begitu saja ketika ingatan nya terputar tentang kejadian di rumah sakit dua hari lalu.

Yang dimana Filma--yang di sangka Alma. Tak mengingat semua keluarga nya, termasuk dirinya. Sontak saja hal itu membuat mereka terkejut bukan main.

Bahkan sampai menghubungi sepuluh dokter untuk memeriksa ulang keadaan Alma. Bertanya apakah adik mereka terkena amnesia atau semacam nya. Namun, semua dokter yang telah memeriksa Alma justru mengatakan hal yang sama.

Alma tak mengalami amnesia dan semacam nya.

Tapi, kalau tak mengalami amnesia. Mengapa Alma seolah-olah melupakan keluarga nya? Bahkan, bertingkah aneh. Dan, sifat nya sangat berkebalikan dengan Alma yang dulu.

Itulah pikiran semua keluarga nya sampai saat ini.

"Kenapa kamu bisa lakuin hal ini Al? Pura-pura lupa? Kamu mau buat kami semua mendapat balasan atas perbuatan kami yang dulu?"

Sang kakak menghela napas berat. Kalaupun semisal Alma benar-benar melakukan hal ini untuk membalas dendam, ia tak masalah sebenarnya. Sudah sepantas nya mereka mendapatkan hal semacam ini dari Alma sendiri. Bahkan lebih.

"Kakak sayang kamu, kami semua sayang sama kamu. Maafin kakak ya.."

Setelah mengatakan hal itu ia langsung beranjak bangun, membenarkan letak selimut yang Alma gunakan. Kemudian melangkah menuju pintu, sebelum keluar ia menyempatkan untuk mematikan lampu Alma terlebih dahulu sebelum akhirnya benar-benar keluar dari kamar.

Meninggalkan Alma yang kini langsung membuka matanya sejak pintu telah tertutup tadi.

Menghela napas pelan, "gue gak perduli." Ucapan nya terdengar lirih.

Kemudian kembali menutup matanya, siap menyinggahi alam mimpi.

✓✓✓✓✓

"Apaan sih lo! Gue yang duluan ngomong ke Alma kalau gue yang nganter dia ke sekolah hari ini."

"Sejak kapan? Aku duluan yang udah ngajuin hal itu di banding kamu."

"Kalian diam, jadwal antar Alma ke sekolah hari ini itu sama saya."

Sebenarnya, Filma ingin mengabaikan atensi ketiga mahluk aneh yang berada di hadapan nya saat ini. Namun, lagi dan lagi ia tak bisa.

Hal itu gara-gara keberadaan Alma yang kini ada di samping nya. Mengatakan jika hal ini sudah biasa terjadi, dan menyuruh Filma untuk tetap diam di tempat karena dulu itu adalah kebiasaan Alma sebelum menjadi arwah.

"Hei-hei, ada apa ini?" Dan tiba-tiba, sang kepala keluarga datang. Pak Bayu namanya, yang baru Filma ketahui dari Alma sendiri.

Yang sebenarnya Filma sendiri tak berniat ingin mengetahui nya. Bahkan, nama mama serta kakak-kakak nya Alma pun ia tak ingin tahu.

Tapi, Alma sudah terlanjur menjelaskan. Jika kakak pertama nya bernama Gading, yang awalnya Filma kira namanya Jamal lantaran ketika di rumah sakit kemarin. Si kakak ketiga nya memanggil nya Jamal.

Kemudian kakak kedua Alma, namanya Gilang. Dan terakhir, Gio.

Senggolan pelan di lengan nya membuat Filma langsung menoleh ke samping. Mendapati Gio yang mengangkat jari telunjuk nya di depan mulut.

"Ssst, ayo. Ikut kakak."

Dan Filma hanya menurut kala tangan nya di tarik oleh Gio. Meninggalkan dua anak dan bapak nya itu yang masih bertengkar mengenai pasal pengantaran Alma.

Tak menyadari jika objek pertengkaran mereka sudah di bawa kabur oleh kakak ketiga Alma.

TBC

Wattpad : Atalia_balqis
IG : ata.l.b

Transmigrasi A-FilmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang