7. Mau Membantu?

16 2 0
                                    

Gue gak aneh,
Tapi lo yang aneh.

-Filma

Filma itu tipe orang yang tidak suka menunggu, karena dia bukan tipe orang yang mempunyai kesabaran seluas samudera. Apalagi jika harus berbaur di keramaian; seperti saat ini. Ia harus dengan sabar menunggu bus datang di antara orang-orang yang juga memiliki tujuan sama dengan-Nya.

Dan hal ini sudah ia lakukan semenjak ia berada di dalam tubuhnya Alma. Memang, jika pagi keluarga Alma akan berebutan untuk mengantarkannya. Namun, saat pulang sekolah tak ada satupun yang menjemputnya.

Walau Filma tak ada niatan untuk bertanya alasan nya pada Alma, tetap saja. Sosok itu menjelaskan alasannya, "itu emang sering terjadi kok. Tapi menurut aku ini lebih baik, daripada setahun yang lalu."

Dan dapat Filma lihat dengan jelas raut wajah Alma terlihat sedih kala menjelaskan hal tersebut. Namun Filma memilih untuk tidak berkomentar apapun. Ia memilih untuk tak perduli, karena apa yang terjadi pada Alma bukan urusan nya.

"Oh, kamu ada di sini?"

Ucapan seseorang yang tiba-tiba saja datang—mampu membuyarkan lamunannya; dan langsung berdiri diam di samping kanan nya. Jaraknya tidak bisa di katakan dekat, namun juga tidak terlalu jauh. Filma hanya menatap diam ke arah orang tersebut—yang ternyata itu adalah Darfin.

"Akhir-akhir ini kamu udah berusaha gak deketin saya lagi ya?" Dahi Filma sedikit mengernyit kala mendengar kalimat tersebut, namun ia memilih untuk tak berkomentar apapun dan Darfin kembali melanjutkan ucapan nya.

"Yah, bagus deh." Ia menghela napas puas, "Hari-hari saya jadi lebih tenang karena udah gak ada pengganggu lagi."

Lagi, Filma hanya memilih diam. Namun, ekor matanya sedikit melirik ke arah Alma yang seperti biasa; melayang di samping kirinya. Raut wajahnya terlihat murung, dan entah mengapa Filma sedikit yakin jika itu di sebabkan oleh ucapan Darfin barusan.

"Tapi ... Kamu ngelakuin hal ini karena ucapan terakhir saya sebelum kecelakaan itu, atau ini efek samping dari kecelakaan?"

Dahi Filma kembali Mengernyit, sedikit tak paham akan ucapan Darfin. Dan merasa jika orang di samping nya ini menjadi bingung, Darfin kembali melanjutkan kalimatnya. "Jangan bilang, kalau kamu beneran amnesia karena efek kecelakaan itu? Makanya sikap kamu jadi aneh kayak gini?"

Filma mendengus pelan, ekor matanya melihat Bus yang ia tunggu sudah hampir tiba di pemberhentian Bus. Menghela napas pelan, kemudian berkata tanpa menoleh ke arah Darfin. "Kenapa lo kelihatan perduli?"

Kemudian Filma mengalihkan pandangannya untuk menatap ke arah Darfin—yang dapat Filma lihat jika Darfin sedikit tersentak kala ia mengucapkan kalimat barusan. "Gue gak aneh, tapi lo yang aneh. Bilang kalau seneng ngeliat gue ngejauh, tapi lo malah berusaha buat deket sama gue."

Tersenyum miring, pandangannya kembali ke arah depan. Menatap Bus yang sudah berhenti tepat di hadapan nya. "Tolol." Desis nya pelan, namun Filma yakin jika Darfin dapat mendengarnya dengan jelas.

Kemudian melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam Bus. Duduk di samping jendela—yang kebetulan berada tepat di samping Darfin yang masih berdiri di luar Bus. Hanya diam berdiri, namun Filma dapat merasakan jika Darfin terus menatap ke arahnya. Kemudian ekor matanya kembali mendapati Alma yang ternyata hanya diam melayang di tempatnya tadi.

Sedikit heran karena biasanya Alma akan langsung menghilang ketika ia sudah masuk ke dalam Bus. Tapi entah kenapa dia justru tetap diam membisu di samping Darfin.

Menghela napas pelan, mencoba untuk tak perduli. Pandangannya benar-benar menatap ke arah depan, sampai Bus nya berjalan dan meninggalkan Darfin bersama sosok Alma—serta beberapa orang yang sepertinya menunggu kendaraan lain selain Bus.

√√√√√

Alma itu cerewet, selalu mendesaknya untuk membantu menyelesaikan masalahnya—dan tentunya selalu Filma tolak mentah-mentah. Karena menurutnya, masalahnya sendiri di tubuh sebelumnya saja tidak selesai. Dan sekarang? Ia di minta untuk membantu menyelesaikan masalah orang lain?

Tapi, entah kenapa. Sejak kemarin—setelah kejadian di tempat pemberhentian Bus; yang mereka bertemu dengan Darfin.

Alma agak jarang menunjukan atensinya. Dan jika ia muncul, ia hanya diam. Menatap ke arahnya, menghela napas—yang Filma baru ketahui jika setan bisa bernapas; kemudian menghilang. Selalu seperti itu sejak kemarin.

Dan Alma, bukannya ingin perduli. Namun entah mengapa tiba-tiba saja ia memikirkan kondisi tubuh aslinya. Jika saat ini ia berada di dalam tubuh Alma, kemungkinan besar tubuh aslinya saat ini sedang koma.

Yang itu berarti tubuhnya tidak bisa melakukan apa-apa, dan pastinya hal itu akan di manfaatkan oleh nenek sihir itu—pikir Filma.

Dia tidak bisa diam saja jika tak ingin apa yang tidak ia inginkan terjadi.

"Apa yang harus gue lakuin?"

"Hah?"


Filma yang notabene nya irit bicara, dan tak akan memulai obrolan jika tidak ada yang mengajaknya untuk mengobrol duluan—tiba-tiba saja berkata demikian. Dan Alma, yang sedari tadi hanya diam melayang di dekat lemari. Sedangkan Filma duduk diam di atas kursi belajar, yang berada di dalam kamarnya; tentu merasa heran akan ucapan dalam hati Filma tersebut.

"Apa yang harus gue bantu?"

Mengerjapkan matanya pelan, Alma terdiam sejenak. Mencoba untuk mencerna ucapan Filma. "Kamu... Mau bantuin aku? Serius?!"

Filma diam, menatap datar ke arah Alma yang terlihat sedikit syok namun detik kemudian berubah menjadi antusias. Yang semulanya menampilkan raut wajah murung, kini raut wajahnya terlihat lebih ceria—kembali seperti biasa; dan entah mengapa. Jauh dalam lubuk hati nya, ia merasa sedikit lega.

"Gue cuma mikir, kalau gue lama-lama di dalem tubuh lo ini dan ninggalin tubuh asli gue gitu aja." Filma terdiam sejenak, "itu bukan pertanda baik."

"Maksudnya?"

Menghela napas, "gue mau ngebantuin lo, bukan murni buat bantu. Tapi itu buat diri gue sendiri," Ucap Filma lurus, sedangkan Alma mendengus pelan.

"Iya deh iya, terserah kamu. Yang penting kamu mau bantuin aku."

Alma melayang mendekat ke arah Filma. "Kalau gitu, aku bakal cerita dulu awal permasalahan ku. Dari awal, sampai akhir."

Filma berdecak pelan, "panjang? Asal lo tahu aja, gue gak suka dongeng."

"Ih, ini bukan dongeng Filma." Alma sedikit merengek, "ini itu kisah nyata, kalau dongeng kan karangan. Kamu belajar gak sih?"

"Ya ya ya, terserah. Cepetan ngomong, keburu gue ngantuk."

"Iya." Alma mendengus pelan, "ini mau cerita, dengerin baik-baik oke? Soalnya ini agak rumit."

"Hm."

"Jadi.... "

Tbc

NOTES: KEK NYA GUE BAKAL FOKUS KE CERITA INI DULU, SOALNYA LAGI NEMU IDE CERITANYA SAMPAI AKHIR. KALAU GAK DI TERUSIN NTAR JADI LUPA. DAN SORRY BUAT CERITA LAIN, LAGI GAK DI LANJUTIN YA.

IG: ata.l.b
TIKTOK: aphrodite_bumi

Transmigrasi A-FilmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang