Hari pertama kembali ke sekolah kurasa akan menyenangkan. Aku tiba di sekolah dan langsung memeriksa dimana kelasku. Setelah melihat papan pengumuman, aku tahu bahwa kelasku ada di lantai 3 di bagian paling ujung gedung. Aku senang karena kelasku berada di lantai 3, sebelumnya tidak pernah ada lantai 3 di sekolah ini.
Angkatanku sering berpindah gedung sekolah yang awalnya hanya 2 lantai pindah ke gedung 3 lantai ini saat kami kelas 4, namun di semester kedua kami pindah lagi ke gedung baru yang berada di depan gedung lama kami yang juga ada 3 lantai, namun di lantai 3 tidak ada kelas yang dipakai sehingga angkatanku tidak pernah merasakan lantai 3. Aku tidak tahu apa alasannya kami dipindah-pindah seperti itu. Di kelas 6 ini akhirnya kami diletakkan di lantai 3, sebuah pengalaman baru.
Setelah apel, aku langsung naik ke lantai 3, tempat kelasku. Namun, ketika tiba di lantai 3 dan berjalan di lorong, aku tidak sengaja melihat seorang murid yang duduk di seberang gedung kelas, di depan musholla. Dia hanya mengamati gedung dan sepertinya tidak ada niatan untuk melangkah ke kelasnya.
Aku jadi teringat dengan perkataan Fara-- temanku-- tentang murid yang sedang duduk di depan musholla itu. Fara bilang kalau murid itu sering mengamatiku diam-diam jika aku ada di dekatnya. Terdengar seperti tindakan kejahatan, bukan. Aku juga awalnya berpikir seperti itu. Namun, Fara melanjutkan dengan mengatakan, "Kayaknya dia suka sama lu."
Saat dia berkata seperti itu, entah kenapa aku merasa bingung. Kenapa murid itu menyukaiku? Kami bahkan tidak pernah bicara satu sama lain. Ya, sebenarnya alasan aku bingung adalah aku tidak pernah tahu ada orang yang menyukaiku, terutama perempuan.
Aku belum mengenalkan murid itu, ya. Namanya Ihna, tahun lalu aku sekelas dengannya. Meskipun begitu, aku sudah mengenalnya sejak kelas 3. Alasannya karena kami berada di kelompok belajar Alquran yang sama sejak kelas 3.
Sekolah kami memiliki kelompok belajar Alquran yang dilaksanakan setelah sholat Dzuhur saat menginjak kelas 4 hingga kelas 6. Namun, aku dan Ihna-- juga beberapa orang-- memulainya dari kelas 3 karena kami lebih dulu selesai dalam tahap Iqra. Saat kelas 3, kelompok belajar Alquran dilakukan setelah istirahat karena setelah sholat Dzuhur adalah jadwal pulang.
Tiba-tiba seorang laki-laki mendekati Ihna. Entah kenapa rasanya aku ingin sekali Ihna menyingkir dari laki-laki itu. Nama dari laki-laki itu adalah Rafa, seorang murid yang sering membuat masalah dan selalu dibincangkan guru sebagai anak bermasalah. Mungkin aku khawatir Ihna diapa-apakan oleh Rafa. Tapi, kenapa aku khawatir?
Mereka berdua akhirnya menuju ke gedung kelas. Karena, aku tidak ada urusan lagi di luar sini, aku pun melangkah menuju kelas dan masuk ke dalamnya.
Selagi guru belum datang, aku berbincang-bincang dengan teman-temanku, termasuk Fara. Saat bel masuk akan berbunyi, Ihna pun tiba di kelas bersama dengan Rafa. Ihna terlihat ragu-ragu untuk masuk ke kelas. Entah kenapa aku memperhatikannya yang ragu-ragu itu, ingin sekali aku mengatakan padanya bahwa tidak akan terjadi apa-apa jika dia masuk. Dia pun melangkah masuk perlahan, aku tidak tahu kenapa dia seperti itu. Yang lebih parah, entah kenapa aku masih memperhatikannya sampai dia masuk kelas.
Wali kelas pun tiba dan beliau menentukan tempat duduk. Aku mendapatkan tempat duduk di depan Ihna. Sepertinya dia akan senang karena bisa memperhatikanku dari dekat sekarang. Tunggu, apa yang kupikirkan? Kenapa aku juga ikut senang ketika berpikir bahwa dia akan senang bisa memperhatikanku dari dekat?
Aku pun menyapanya karena ingin dia meras nyaman. Saat tadi aku hendak duduk, aku melihat dia sepertinya gugup. Jadi, aku tidak ingin membuatnya gugup dengan sedikit bicara padanya. Dia membalas, masih terlihat gugup namun sepertinya sedikit berkurang. Syukurlah cara ini berhasil.
Pelajaran pun dimulai. Setelah pelajaran, Ihna pergi keluar. Aku penasaran hendak kemana dia. Tapi, tidak mungkin kan aku mengikutinya. Jadi, aku berusaha menghilangkan rasa penasaranku. Dia kembali saat bel masuk berbunyi. Aku kembali penasaran dengan apa yang dilakukannya di luar sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories
Short StoryMengisahkan, seorang anak SD yang menjalani keseharian di tahun terakhirnya. Hal yang lebih menantang dari tahun-tahun sebelumnya menanti di depan matanya. Mampukah dia melewatinya? Note : Terinspirasi dari pengalaman pribadi (Tidak 100% sama persis...