Azura di bimbing oleh lia dan vano menuju gerbang sekolah sedangkan arza sudah terlebih dahulu pergi ke halte depan sekolah untuk menunggu taksi. Saat tiba di halte arza langsung bangkit dari duduknya.
"cepetan ini supir taksinya udah nungguin dari tadi." kesal arza pada azura
"kak arza sabar dong ini ara lagi sakit jadi ga bisa jalan cepet." ujar lia menjawab perkataan arza.
"lama" ujar arza dan langsung masuk ke dalam taksi.
Azura langsung memasuki taksi untuk pulang bersama arza.
"makasih ya kalian udah anterin aku sampe halte, maaf jadi ngerepotin." ujar azura dari dalam mobil.
"santai aja kali ra namanya juga temen." ujar lia.
"ya udah aku pulang dulu kalian masuk lagi sana belajar yang bener dadah..." ujar azura dan melambaikan tangan pada lia dan vano.
"cempat sembuh ra." ujar vano dan membalas lambaian tangan azura.
Lia dan vano kembali ke sekolah usai mengantar azura ke halte.
"mereka lagi marahan ya?" ujar vano bertanya kepada lia.
"kak arza emang selalu gitu sama ara." jawab lia
"loh kenapa? Mereka kan saudara masa berantem terus mana kayak serius banget lagi marahnya, setau aku dulu arza selalu baik sama ara kok sekarang berubah?." ujar vano tak mengerti.
"setau aku kak arza berubah semenjak bunda mereka meninggal dunia dua tahun lalu." lia mencoba menjelaskan pada vano.
"emang ada masalah apa sih?" tanya vano lagi yang masih tak faham.
"aku juga ga ngerti van, yang aku tau cuman itu. Ara juga ga tau kenapa kak arza tiba tiba berubah. Udah kita ga usah ikut campur urusan mereka." ujar lia pada vano agar tak ikut campur pada urusan keluarga azura.
Di perjalan pulang arza dan azura tidak saling bicara. Arza sibuk dengan ponselnya sedangkan azura memejamkan mata menahan kepalanya yang terasa pusing.
Sesampainya di depan rumah arza langsung turun dari taksi dan meninggalkan azura sendiri. Azura membayar ongkos taksi dan segara turun.
"makasih ya pak" ujar azura kepada supir taksi tersebut.
"Sama sama neng" jawab supir itu lalu kembali melajukan mobilnya.
azura memasuki rumah dengan langkah pelan. Kepalanya masih terasa pusing, azura menaiki tangga secara perlahan agar tak terjatuh. Sesampainya di kamar azura langsung membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur. Tiba tiba saja azura merasa haus namun sayangnya tidak ada minum di dalam kamarnya. Azura memberanikan diri memanggil arza untuk minta tolong mengambilkan minum di dapur karena ia tidak kuat jika harus turun tangga lagi.
"kak arza" panggil azura dari kamarnya.
"kakak.. Kak arza dengar ara kan? Ara boleh minta tolong gak?". Azura kembali memanggil arza namun masih belum ada jawaban.
"kak arza.. Kakak diman-"
"apa lagi sih?"
Belum sempat azura menyelesaikan kalimatnya arza sudah lebih dulu tiba di depan pintu kamar azura yang tidak tertutup."tolong ambilin minum dong kak, ara haus banget." pinta azura pada arza.
"lo tuh emang ga bisa kalo ga ngerepotin orang sehari aja." ujar arza dengan nada kesal.
"ara cuman minta tolong kak arza minta tolong ambilin minum, kenapa kakak segitu marahnya sama ara?" azura menahan tangisnya yang sebentar lagi akan meledak.
"emang lo itu selalu ngerepotin di rumah ini kenapa? Ga suka!" arza berbicara dengan nada kesal.
"ara salah apa si kak? Kenapa kak arza bisa sebenci ini sama ara? Ara itu adek kak arza atau bukan sih?"
Azura sudah tidak kuat menahan tangisnya, ia bangkit dan duduk di pinggir ranjang. Sedangkan air matanya sudah jatuh membasahi wajah cantiknya.Arza menatap azura dingin, dia masih sangat kesal melihat sosok azura di hadapannya. Dia benci setiap kali melihat azura di depan matanya.
"mau tau kesalahan lo apa? Kesalahan lo karena lo adalah orang yang menyebabkan bunda meninggal! Lo seharusnya ga hadir di keluarga ini dan lo bukan adek gua. Ngerti!"
Tanpa sadar arza mengucapkan kata yang tak seharusnya dia ucapkan."maksud kakak apa? Ara ga pernah ngebunuh bunda dan ara juga bukan pembunuh bunda kak."
Air mata azura semakin deras membasahi pipinya. Hatinya terasa begitu sakit mendengar ucapan dari arza."gue banci setiap ngeliat muka lo gue muak setiap liat lo ada dihadapan gue. Gue bener bener benci sama lo! Seharusnya lo itu sadar diri kalo yang menyebabkan bunda meninggal itu elo!" ujar arza penuh emosi lalu meninggalkan azura yang masih menangis tersedu sedu.
Bunda.. Apa bener ara yang menyebabkan bunda meninggal? Apa bener yang di bilang sama kak arza?
Azura menangis cukup lama sampai memyebabkan matanya bengkak. Setelah merasa baikan azura berjalan menuju dapur untuk minum karena merasa haus.
Sesampainya di dapur azura berpapasan oleh juna yang baru pulang kuliah."ara" panggil juna yang melihat azura berjalan lesu dengan mata yang sembab.
"ara kenapa? Ara abis nangis?" juna menangkup wajah azura dengan kedua telapak tangannya dan menatap wajah azura lekat.
"ya Allah ini kenapa badan ara panas banget? Ara sakit?" juna sangat cemas saat merasakan tubuh azura yang panas.
"ara jawab kak juna ara kenapa hmm?" tanya juna lagi karena azura diam saja.
Azura langsung memeluk juna dan kembali menangis tersedu sedu di pelukan juna. Juna tidak mengerti apa yang terjadi, mengapa azura tiba tiba menangis. Juna mengusap punggung azura untuk menenangkan tangis azura.
"a-apa bener ka-kalo ara penyebab bunda meninggal kak?" ujar azura sesenggukan.
"siapa bilang hm?" juna terkejut dengan pertanyaan azura yang tiba tiba.
"ka-kak arza yang bilang." ujar azura masih dengan suara yang sesenggukan.
Juna terkejut bukan main setelah mengetahui bahwa arza yang mengatakannya. Arza mengepalkan kedua tangannya. Ia benar benar emosi sekarang, kenapa arza sengaja mengatakan hal yang seharusnya tidak pernah ia ucapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
STRONG GIRL AZURA
أدب المراهقينAzura Shaqueela seorang gadis cantik yang hidup bersama keluarga yang memiliki rahasia besar tentang dirinya. Azura atau yang kerap di panggil ara oleh orang terdekatnya mulai mencurigai ada rahasia besar yang tersimpan di dalam keluarganya semenjak...