Juna berjalan dengan langkah lebar agar cepat sampai tujuan. Tujuannya kini adalah menemui arza di kamarnya. Juna sudah tidak tahan lagi dengan sikap arza yang semakin hari semakin menjadi membenci azura. Juna sungguh marah pada arza yang tanpa dosa mengatakan bahwa azura adalah orang yang menyebabkan safira meninggal dan azura bukanlah adiknya.
Sesampainya di depan kamar arza juna langsung masuk tanpa mengetuk pintu. Dilihatnya arza tengah duduk di atas tempat tidur sambil memainkan ponselnya.
"ARZA!" teriak juna pada arza yang sontak membuat arza terkejut.
"kenapa sih kak teriak teriak" kesal arza pada juna yang tiba tiba berteriak memanggil namanya.
"mau kamu itu apa sih sebenarnya? Kamu mau ara kayak gimana? GIMANA ARZA!" juna sudah tidak bisa mengontrol emosinya lagi, juna merasa sangat kecewa pada arza.
"kak juna marahin cuman gara gara azura?" tanya arza dengan nada santai tanpa merasa takut sedikitpun.
"cuman? Cuman kamu bilang! Kenapa sih za? Kenapa kamu sekarang jadi benci sama ara?"
Juna mulai berkata pelan dan mulai menetralisirkan emosinya yang menggebu."karena dia yang menyebabkan bunda meninggal" jawab arza dengan nada datar.
"tau apa kamu soal bunda? Kamu bahkan ga di rumah waktu bunda meninggal."
"aku emang ga di rumah tapi aku tau kalo bunda meninggal karena ga di bawa berobat ke rumah sakit dan itu semua karena uang yang seharusnya buat berobat bunda malah dipake untuk bikin acara ulang tahun azura."
"cuman itu yang kamu tau? Atau ada yang lain?"
Arza terdiam mendengar ucapan juna karena hanya itu yang dia tau.
"kalau cuman itu yang kamu tau ga seharusnya kamu sebenci itu sama ara za."
"tapi kebenaran itu cukup untuk jadi bukti kalo azura adalah penyebab bunda meninggal kak" ucap arza kemudian dengan nada tinggi.
"cukup za, kamu itu ga tau apa apa jadi stop merasa kalo kamu itu udah paling benar."
"apa sih yang kakak sayangi banget dari anak pungut itu? Dia itu cuman pembawa masalah kak."
"tutup mulut kamu arza! Ara bukan anak pungut! sampai kapanpun ara adalah bagian dari keluarga Ini."
"kenapa sih kak? Adik kakak itu aku bukan dia, Dia itu cuman orang lain yang jadi parasit di keluarga ini."
Plak
Juna sudah tidak tahan lagi dengan sikap arza yang dengan lantangnya mengatai azura. Juna merasa sangat kecewa pada arza yang berubah seratus persen kepada azura.
"ternyata kamu masih belum dewasa za"
Setelah mengatakan itu juna langsung keluar dari kamar arza. Meninggalkan arza dengan pikiran yang kalang kabut, meninggalkan arza yang tengah mengontrol emosinya.
Juna masih merasa belum pantas untuk mengatakan yang sebenarnya pada arza, ia merasa waktunya masih belum tepat. Ia ingin agar arza sendiri yang mencari kebenaran tentang azura.
Setelah dari kamar arza juna turun menuju dapur, mengambil air dengan gelas penuh dan langsung meminumnya dengan sekali tegukan. Setelah menghadapi arza yang memiliki kepala batu juna merasa haus dan memerlukan energi baru. Menghadapi arza yang memiliki ego yang tinggi cukup banyak mengeluarkan banyak tenaga.
Tingggg tonggg.....
Bel rumah berbunyi nyaring memenuhi rumah. Juna berjalan menuju pintu untuk membukakan pintu. Setelah pintu terbuka lebar terlihat seorang lelaki yang membawa parsel buah.
"assalamualaikum kak saya vano temen ara di sekolah, ara nya ada kak?"
Ternyata lelaki tersebut adalah vano, ia datang sendiri untuk menjenguk azura.
"ada di dalam azuranya lagi sakit."
Ujar juna sopan."iya justru saya kesini untuk jengukin ara yang lagi sakit." ujar vano pada juna yang masih terdiam di depan pintu.
"oo.. Yaudah masuk aja dulu." juna mempersilahkan vano untuk memasuki rumah.
"aranya lagi ada di kamar tapi kayanya dia ga bisa turun soalnya tadi masih lemes. Kamu jengukin aja dia di kamarnya."
"tapi aku ga enak masuk kamar ara sendirian kak." ujar vano dengan perasaan yang tak nyaman.
"saya temenin biar ga merasa canggung."
"ee.. Iya kak."
Juna dan vano berjalan menuju kamar azura yang berada di lantai dua. Sesampainya di depan kamar azura juna mengetuk pintu terlebih dahulu.
"ara ini kak juna, kak juna boleh masuk gak? Ada yang mau ketemu nih." ujar juna di luar kamar.
"siapa? Masuk aja kak kamarnya ga ara kunciin."
Setelah azura mempersilahkan juna dan vano untuk masuk kamar, juna membuka pintu dan masuk ke kamar yang di ikuti oleh vano.
Juna langsung mendekati azura dan duduk di samping azura yang sedang terbaring. Juna meraba kening dan leher azura untuk mengecek suhu tubuhnya.
"alhamdulillah demamnya udah mulai turun." ujar juna dan mengelus wajah azura lembut dan azura yang diperlakukan demikian pun tersenyum lebar.
"hai ra gimana? Udah merasa baikan?" ujar vano pada azura yang berdiri di dekat juna.
"alhamdulillah, kamu sendiri aja vano?" tanya azura pada vano yang tengah berdiri memegang parsel buah.
"iya aku sendiri, tadi aku udah ngajakin lia tapi dia bilang dia ga bisa ikut karena mau nemenin mamanya ke rumah neneknya, oh iya ini ada buah buat kamu." ujar vano lalu mengangkat parsel buah ditangannya yang dari tadi dia pegang.
"makasih van, jadi ngerepotin." ujar azura
"ga ngerepotin sama sekali, aku taruh di atas meja ya.. atau kamu mau buahnya biar aku kupasin"
"ga usah van nanti aja aku masih kenyang soalnya." ujar azura yang dibalas senyuman oleh vano.
Vano melihat ke arah juna yang juga melihat kearahnya. Tatapan juna seakan mengisyaratkan bahwa vano harus pulang sekarang juga. Vano yang merasa faham dari tatapan juna merasa canggung seketika.
"ara aku pulang dulu ya, soalnya aku harus nemenin mama belanja." ujar vano berpamitan
"iya makasih ya udah jengukin aku."
"iya sama sama, cepat sembuh ya kamu. Kak aku pulang dulu ya Assalamualaikum."
"waalaikumsallam" ujar juna dan azura berbarengan.
"hati hati van" ujar azura dan hanya diangguki oleh vano.
"dia siapa dek? Kok kakak kayak ga asing gitu liatnya." ujar juna pada azura.
"dia vano kak, tetangga komplek kita di block C. Anaknya tante rika temen bunda arisan dulu." ujar azura menjelaskan.
Juna langsung ingat dengan orang yang dimaksud azura. Entah mengapa setelah mendengar penjelasan dari azura ia sontak merasa takut. Juna takut azura akan mengetahui identitas dia yang sebenarnya, juna takut azura akan pergi meninggalkan dirinya.
Kakak ga mau suatu saat nanti kamu ninggalin kakak, ayah, dan arza. Kakak akan berusaha sebaik mungkin supaya ara ga ninggalin kakak. Sampai kapanpun ara itu adik kakak, adik kesayangan kakak.

KAMU SEDANG MEMBACA
STRONG GIRL AZURA
Teen FictionAzura Shaqueela seorang gadis cantik yang hidup bersama keluarga yang memiliki rahasia besar tentang dirinya. Azura atau yang kerap di panggil ara oleh orang terdekatnya mulai mencurigai ada rahasia besar yang tersimpan di dalam keluarganya semenjak...