| 2 3 ; look a way |

20.6K 2.4K 188
                                    

Barion mungkin sudah benar-benar bisa dikatakan budak cinta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Barion mungkin sudah benar-benar bisa dikatakan budak cinta.

Hanya karena ancaman yang belum tentu kebenarannya saja, Barion bisa langsung menuruti kemauan gadisnya itu.

Terhitung sampai sekarang sudah dua hari gadisnya pergi. Tidak terlihat sama sekali di Einstein, pun apartemennya kosong. Barion merasa hari-harinya juga ikut kosong.

Sebenarnya mudah melacak keberadaan seseorang, apalagi bagi Barion yang disegani hampir semua orang. Barion tinggal memberi perintah maka gadisnya dapat segera ditemukan.

Namun demi menjaga janjinya pada gadisnya itu, Barion menahan keinginannya. Lagipula hanya lima hari, Barion bisa lebih bersabar lagi.

"Lo nggak curiga Energia pergi gitu aja?" Suara Adiarus menyadarkan Barion dari lamunan.

"Alesannya juga nggak jelas dan mendadak lagi," sambung Adiarus masih mencoba mengajak Barion berpikir.

"Lo kenapa si bahas gini lagi," bukan Barion yang membalas perkataan Adiarus. Melainkan Iyan yang mulai jengah mendengarkan hal yang sama berungkali.

"Gue tanya Barion, bukan lo." Sinis Adiarus.

Iyan berdecih. "Mau taruhan sama gue? Energia itu sama sekali nggak tahu apa-apa."

"Oke, kalau terbukti omongan gue bener. Kasih mobil terbaru lo itu ke gue, Iyan." Papa-nya Iyan memang baru membelikan mobil baru sesuai permintaan anaknya itu.

"Deal." Semoga Iyan tidak menyesal dikemudian hari.

"Tanya aja ke Aray, bos." Aero akhirnya bersuara. Laki-laki itu seperti biasa selalu bicara seperlunya.

"Nah, iya tuh. Aray yang paling deket sama Energia," kata Gama menambahkan.

Barion menghisap sekali lagi puntung rokok disela jarinya sebelum menjatuhkannya dan diinjak oleh kakinya. "Gue yang ditinggal, kenapa kalian yang repot mikirin? huh?!"

Tak ada yang menjawab.

"Aray ada di kelasnya, lagi baca buku." Ditengah keheningan, Iyan menginterupsi.

"Makin mencurigakan," sahut Adiarus.

"Bacot." Iyan menanggapi dengan jari tengah yang ditujukan untuk Adiarus.

Jika menyangkut Energia, maka obrolan mereka tidak akan pernah tuntas. Faktor utamanya karena Adiarus yang selalu mengutarakan pendapat berbedanya dengan yang lain.

♡♡♡

"Goblok, makanya kalo punya otak jangan cuma dipake buat mikir selangkangan!"

Energia menepuk pundak Yagi pelan. "Udah, bang."

"Nggak, Ner. Gue pengen anak Atom nggak ada yang otaknya kosong. Lawan kita bukan orang biasa. Otak sama otot jangan jomplang."

"Iya, gue ngerti. Tapi udah cukup. Anak orang jangan sampai mati." Yagi melirik laki-laki yang merupakan salah satu anggota Atom. Laki-laki itu sudah dalam keadaan tak tertolong setelah diberi pelajaran oleh Yagi.

TOKSIKOLOGI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang