Bagian IV

1K 123 47
                                    

"Tak ada yang lebih menyakinkan selain melihat air mata jatuh dari orang yang kita sayangi karena kepergian kita"

~Halilintar~

-

-

-

Seorang pemuda memasuki sebuah tempat yang bernuansa serba putih. Dapat dilihat banyak orang yang berlalu lalang disana, dengan langkah pelan tapi pasti ia menuju ke kursi tunggu untuk menunggu gilirannya.

Halilintar paling benci dengan tempat ini tapi sekarang Tuhan seakan membuat takdirnya untuk pergi kesini. Hali tahu penyakitnya ini sangat berbahaya dan sulit untuk sembuh, bukan berarti ia akan putus asa kan? Tidak Hali tidak selemah itu, Ia tidak akan kalah bergitu saja dengan penyakit ini. Setiap bulan sekali ia menjalani pengobatan kadang bila ia merasa sangat sakit akan memeriksanya, seperti sekarang.

Kekadang ia lelah dengan pengobatan temo terapi yang bergitu panjang. Tapi semasih ada harapan untuk sembuh ia tidak akan menyerah untuk adik-adiknya.

Sudah hampir 2 tahun ia menjalani pengobatan dari mulai obat-obatan hingga temo terapi yang sudah dijalani setahun belakangan ini. Itu semua juga tidak gratis dari obatnya saja sudah cukup tidak murah ditambah dengan pengobatan yang lainnya. Hal itu cukup menguras habis tabungannya yang ia kumpulkan dari SD untuk kuliah nanti bahkan tidak cukup. Hali pun berinisiatif untuk mencari pekerjaan sampingan tanpa diketahui oleh siapapun.

"Halilintar"

Halilintar tersadar dari lamunannya setelah mendengar namanya dipanggil oleh suster. Ia pun bangkit dari duduknya melangkah ke ruangan pemeriksaan untuk menjalani pengobatan yang begitu melelahkan.

•••••

Dilain tempat disebuah ruang tamu terdengar suara permainan video game.

"Ah sialan! Kalah lagi gue" kesal blaze

Brak

Karena kebisingan yang ditimbulkan oleh Blaze, Ice merasa terganggu ia pun melempar bantalnya ke kepala Blaze.

"Lo bisa diem gak sih?"

"Lo udah tahu jawabannya pakai nanya" cibirnya

Ice terlalu malas untuk menanggapi Blaze. Baginya berbicara dengan blaze tidak akan ada hentinya, lebih baik ia melakukan hal yang lebih berfaedah yaitu - Tidur

Blaze mulai merasa bosan. Matanya beralih menatap Taufan yang sedari tadi hanya memandangi layar ponselnya

"Oy, lo gak ada niatan gitu ikut main game sama gue?" Tanyanya Blaze pada Taufan

"Gimana mau main pawangnya aja ngilang sampai sekarang gak balik-balik" bukan Taufan yang menjawab melainkan Solar

"Pawang? Kak Taufan emang punya pawang dia kan jomblo?" Heran Blaze

"Bukan pacar tapi kak Hali" jelasnya

"Anjir gue gak nyangka lo ternyata udah belok, kak"

Plak

"Aduh" ringis Blaze setelah mendapatkan lempar remote dari Taufan

"Tuh mulut butuh disekolahi ya? Sembarangan, jomblo jomblo gini gue masih lurus kali" ketus Taufan

"Yeye serahlah" Blaze kembali fokus dengan video gamenya

Remaining Time [Halilintar] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang