"Baik, karena Mbah Syahid sudah memberikan keterangan yang jelas, kami izin undur diri," pamit Pak Rama, mengakhiri percakapan itu.
"Iya, udah azan Isya' juga. Salat di masjid sini saja!" ajak Mbah Syahid.
Kami hanya tersenyum, lalu mengucap salam seraya keluar.
Malam yang dipenuhi taburan bintang seolah ikut merayakan kebahagiaan hatiku, saat naik motor menuju desaku. Angin menyapu pipiku pelan, hatiku bersenandung. Ya Allah, betapa indahnya ketika tahu ini semua akhir dari perjuanganku menemukan jodoh.
Pak Rama memarkirkan sepeda motornya di tempat parkir masjid di desa kami, begitu pula aku. Kami mengikuti Salat Isya' dengan fokus dan penuh penghayatan. Usai zikir dan berdoa, para jamaah sudah kembali ke rumah.
Aku menyungkur sujud kepada Allah dalam waktu yang lama, bersyukur kepada-Nya karena akhirnya Dia menghadirkan jodoh yang akan menyempurnakan separuh agamaku. Itu artinya, aku akan segera melepas masa lajang.
Setelah beberapa menit kemudian, aku bangkit dan mengangkat kedua tangan.
"Ya Allah, terima kasih Engkau telah mengabulkan doa-doaku sekian tahun lamanya dan memberikan calon pendamping hidup yang akan menyempurnakan separuh agama hamba, menjadi pengobat gelisah dan menemani langkah saya dalam beribadah kepada-Mu. Terima kasih, Ya Rabb. Hamba yakin Engkau akan memberikannya di waktu yang tepat, saat saya telah benar-benar pasrah dan menyerahkan sepenuhnya kepada Rabb Semesta Alam, tidak mendikte ini dan itu dalam berdoa. Aamiin," doaku lirih.
**
Setelah pulang, aku mengucap salam, tak ada jawaban. Mungkin Simbok dan Babe sudah tidur. Aku masuk rumah, lalu mengunci pintunya. Segera kurebahkan diri di kasur, lalu membuka ponsel. Tiba-tiba nomor dengan nama Alia mengirimiku pesan.
Kira-kira pesan apa, ya? batinku.
Beberapa hari yang lalu, aku memang menyimpan semua nomor peserta kajian tahsin yang kudapatkan melalui grup di aplikasi berlogo ganggang telepon warna hijau-putih. Tak terkecuali Alia. Aku sempat menangis ketika Alia membuat hati teriris, teringat almarhum.
Selain status itu, juga ada status-status lainnya yang menyebutkan seolah Alia sudah siap menikah. Apa benar-benar siap, tidak lagi menolakku seperti dulu karena masih terlalu kecil? Ternyata inilah jawabannya, dia menerimaku apa adanya--pemuda berkulit coklat tua, tidak ganteng alias wajah pas-pasan dan tidak kaya. Apa yang membuatnya tertarik padaku?
Lama berpikir tentang Alia, sampai lupa dia mengirimiku pesan.
[Assalaamu'alaikum. Maturnuwun geh²⁶.]
Kubalas, [Wa'alaikumussalaam. Waiyyaakum²⁷.]
Ada pesan dari Alia lagi. [Enten nopo kok sampun mantep? Mboten nadzor rumiyin, kados hadisipun Nabi?²⁸]
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Pilihan Allah [TAMAT] ✔️
RomanceMungkin, ungkapan 'awas, jangan terlalu benci, nanti kamu jadi jatuh cinta!' itu benar adanya. Istilah Jawanya 'sopo getheng bakal e nyandhing'. Seperti Alia yang jengkel terhadap Bams, laki-laki yang mengajaknya ta'aruf. Umurnya masih sangat belia...