Light Of Mafia 2

7K 1.4K 1.4K
                                    

DUA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

DUA
.
.
.

KEADAAN rumah yang cukup berantakan membuat Jisoo mesti memijat kepalanya yang terasa pening. Ruang tengah yang berserakan akan botol soju kosong dan kulit kacang membuat Jisoo menghela nafas berat. Ayahnya kembali berulah, mabuk dan membiarkan rumah seperti kapal pecah seperti ini.

"Hariku memang tidak pernah berjalan dengan baik. Apalagi hari ini, sudah bertemu dengan pria kurang ajar dan saat kembali ke rumah harus dihadapkan dengan kondisi yang seperti ini." Jisoo mengeluh singkat, kemudian mulai mengambil botol soju kosong dan membersihkan kulit kacang yang berserakkan di atas meja dan juga lantai.

Setelah membereskan semuanya, Jisoo berjalan menuju dapur untuk memasak ramen yang ia beli menggunakan uang pemberian Lisa tadi siang. Suara dengkuran dan igauan dari sang ayah yang tidur di atas sofa ruang tengah tak ia hiraukan.

"Ibu, seandainya kau masih disini bersama kami maka ayah tidak akan seperti itu." Jisoo menghela nafasnya berat, lintasan memori akan mendiang ibunya benar-benar membuat Jisoo merasa rindu.

Jisoo lekas menyeka airmatanya yang tak sengaja lolos dari pelupuk mata, kemudian tangannya beralih mengaduk ramen di dalam panci.

"Yakin saja pada Tuhan bahwa kebaikkan akan hidupmu sedang berjalan menuju dirimu, Jisoo." Gadis itu berusaha menguatkan dirinya sendiri seraya tersenyum tipis.

Satu panci ramen dan semangkuk kimchi sudah siap dihidangkan. Jisoo tersenyum tipis setelah meletakkan makan malamnya itu ke atas meja, kemudian ia mengarahkan tungkainya ke sofa ruang tengah guna membangunkan sang ayah untuk makan bersama.

"Ayah, ayo makan malam," ujarnya pelan dan berdiri di samping sofa yang menghadap ke arah tv itu. Awalnya hanya dengkuran dan gelengan saja yang Jisoo dapatkan, kemudian ia menepuk pelan bahu sang ayah.

Pria paruh baya itu akhirnya menyingkap mata dan mengerjapkannya sesaat, kemudian beralih menatap putri tunggalnya itu. "Kau sudah pulang, nak?" ujarnya disertai senyuman manis.

Jisoo mengangguk dan memberi senyum yang tak kalah hangat. "Aku sudah memasakkan makan malam, ayah bersihkan wajah dulu. Aku akan menunggu di meja," kata Jisoo begitu sopan.

Walaupun ayahnya adalah seorang pemabuk dan penumpuk hutang sana-sini, Jisoo tetap bisa mengontrol dirinya, terlebih mengontrol emosinya pada sang ayah. Nyatanya, pria paruh baya itu sangat menyanyangi Jisoo. Dia juga melakukan itu semua memiliki alasan, mencari uang untuk menghidupi putrinya-meskipun cara yang ia pakai salah.

Jisoo menyiapkan mangkuk kecil untuk mereka berdua. Menatap sang ayah yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Wah, apakah malam ini kita makan ramen buatan koki favoritku?" Ayahnya Jisoo tersenyum lebar seraya berjalan ke arah putrinya itu.

"Kalau ayah berhenti berjudi, mungkin kita bisa makan yang lebih enak daripada ini." Sindiran Jisoo terkesan halus karena diselingi tawa kecilnya. Ayahnya pun hanya menyengir lebar dan mengambil duduk di hadapan Jisoo.

Light Of MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang