SEPULUH
.
.
.JISOO menggeliat tipis saat mentari pagi mencoba untuk menelusupi celah maniknya. Ia tersenyum hangat, tidurnya sangat nyenyak. Ini pertama kalinya ia tidur di atas kasur empuk dengan selimut tebal yang super lembut. Mungkin jika dideskripsikan ini adalah tempat tidur untuk seorang putri kerajaan. Magnetnya terlalu kuat hingga membuat Jisoo betah untuk terus berbaring di atas sana.
Menyingkap mata secara perlahan. Jisoo masih belum tersadar sepenuhnya, ia mengulas senyum lagi saat menatap gorden yang menutupi pintu balkon terbuka secara otomatis. Sepertinya gorden itu memiliki jadwal kapan ia mesti terbuka dan tertutup. Benar-benar terasa seperti tengah berada di dalam istana. Jisoo memandang kagum ke arah view dari balik pintu balkon yang sangat indah.
"Apa aku tengah bermimpi? Indahnya," gumamnya dengan suara serak. Jisoo menghirup udara segar yang masuk dari ventilasi udara. Sejuk dan cerah, Jisoo sangat menyukai atmosfir pagi ini.
"Kau sama sekali sedang tak bermimpi."
Suara berat nan serak yang menginterupsi dari arah belakang membuat Jisoo spontan mendelikkan kedua maniknya. Ia hendak berbalik untuk memastikan, tapi tak lama dari itu satu lengan kekar telah melingkari pinggangnya begitu erat. Bukan hanya itu, hembusan napas yang menyapu ceruk lehernya berhasil membuat Jisoo bergidik ngeri.
Ah, Jisoo baru ingat. Kemarin dirinya telah dinobatkan menjadi Queen Delvaroz. Berarti yang tengah memeluknya dari belakang pasti....
"Aaaaa! Menyingkir dariku sialan!"
Jisoo berteriak nyaring, menepis lengan besar yang melingkari pinggang. Setelahnya ia beranjak bangun dan langsung berdiri di atas ubin. Nafasnya begitu tersengal-sengal, menatap Taehyung yang senantiasa masih berbaring di atas ranjang. Jisoo menunjuk Taehyung dengan amarah yang bergumul dalam dirinya.
"Kenapa aku dan kau bisa satu ranjang?! Bukankah semalam kau berjanji akan tidur di sofa?!"
Taehyung menghela nafas panjang, sedikit meringis saat perut bagian kanannya kembali terasa nyeri. Ia menatap Jisoo yang tengah menunggu jawaban darinya. "Aku sedang terluka seperti ini, kau tega sekali membiarkan aku untuk tidur di sofa yang sempit itu?" arah pandangnya menatap sofa panjang.
Jisoo terkekeh sinis, ia sempat melirik sofa itu sesaat. Kemudian melipat kedua tangan di atas dada. "Hei, Kim Taehyung! Semalam setelah kau diobati oleh dokter juga aku menyuruhmu untuk tidur di atas ranjang. Lalu biarkan aku yang tidur di atas sofa tapi kau menolaknya dan mengatakan; biar aku saja yang tidue di sofa, apa kau amnesia?" sindirnya seraya berdecih.
Tapi, rupanya Taehyung justru tak tertarik dengan topik pembicaraan mereka pagi ini. Ia hanya memasang wajah datar dan menepukkan lengannya pada space kosong ke atas ranjang. "Apa kau mau mendengarkan satu cerita yang menarik tentang kemarin?" tawarnya, berhasil membuat Jisoo mengerutkan dahi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Light Of Mafia
FanfictionKim Taehyung, pimpinan dari komplotan mafia yang paling ditakuti di sepenjuru dunia. Selalu melakukan kegiatan ilegal tanpa meninggalkan jejak apa pun agar tak tertangkap oleh polisi. Meskipun demikian, ada satu wanita yang bisa membuatnya luluh. Ji...