Makan malam di keluarga Manoban terlihat hening. Rosé yang biasanya selalu makan banyak tiba-tiba saja kehilangan selera makannya. Sebenarnya ia bingung dengan kehadiran Marco, kakeknya itu 3 hari lalu kembali ke Aussie dan sekarang malah sudah duduk tenang di meja makan. Belakangan ini, Marco sering mengunjungi rumahnya.
"Mario, kamu ada masalah sama Irene?" pertanyaan dari Marco membuat semua menghentikan makan mereka.
"Irene menelpon Grandpa, dia pengen akhiri pertunangan kalian."
Mario cukup terkejut dengan itu. Selama seminggu ini, memang Irene terlihat menjauh darinya. Saat di apartemen pun gadis itu seolah mengabaikan kehadirannya. Gadis itu tak ada bicara apa-apa tentang ini.
"Pa, biarin mereka nentuin jalan mereka masing-masing. Papa jangan terlalu mengekang Mario." Nickhun angkat bicara. Sejak dulu pun Nickhun dan Tiffany tak pernah setuju dengan keputusan Marco. Mereka ingin Mario mengejar cintanya sendiri bukan malah berakhir dengan perjodohan.
Mereka mengenal gadis itu dari kecil. Gadis itu pendiam, baik dan dewasa. Bahkan beberapa kali orang tua si kembar mengunjungi Irene di Aussie. Mereka sudah dekat satu sama lain.
"Rio!" panggil Marco mengabaikan permintaan Nickhun.
Mario dengan kasar membanting garpu dan sendok yang ada ditangannya membuat semuanya terkejut atas tindakan si bungsu keluarga Manoban.
Mario menatap malas ke arah Marco. "Grandpa tau kan, kalau aku sama Irene nggak mau di jodohin." Mario beranjak berdiri.
"Grandpa belum selesai bicara, duduk Limario!" titah Marco yang di abaikan oleh Mario.
Rosé menahan nafas melihat sikap berani Mario. Ini pertama kali baginya melihat Mario menentang kakeknya.
"Karna gadis itu kamu berani sama Grandpa?" ucap Marco refleks membuat Mario menghentikan langkahnya.
"Siapa maksud Grandpa?"
Marco berjalan ke arah Mario, melempar beberapa lembar foto yang dengan sigap Mario terima. Kedua mata Mario membulat sempurna melihat foto yang menampilkan dirinya bersama Jennie. Bahkan ada fotonya saat mencium bibir kekasihnya itu.
"Dia cinta pertama Mario dan juga kekasih Mario."
Tangan Marco melayang ke wajah cucunya. Aura murka terpancar jelas dari wajah Marco.
"Kamu nggak mikirin perasaan Irene, hah? Dia itu tunangan kamu." sentak Marco.
"Jadi siapa mau mikirin perasaan Lio?"
"Semua yang Grandpa lakuin itu untuk kebahagiaan kamu, kebaikan kamu!"
Mario menggeleng tak mengerti. "Buat kebaikan Lio? Kebahagiaan Lio? Sejak dulu Mario selalu nurut sama permintaan Grandpa, untuk kali ini aja Mario ingin ngeraih kebahagiaan Mario sendiri. Mario bahagia bersama Jennie."
Dengan emosi yang belum stabil, Marco kembali menghadiahi Mario satu tamparan. Mario dapat merasakan sudut bibirnya sudah mengeluarkan darah.
"Kamu sudah lupa janji kamu kalau kamu akan membahagiakan Irene, menjaga Irene sepenuh hati kamu, hah?"
Mario mengeraskan rahangnya. Dia tak mampu menjawab apapun lagi saat teringat janjinya pada Alm. Nana, ibu Irene. Sebelum menghembuskan nafas terakhir, Mario memang berjanji akan selalu menjaga Irene, membuatnya bahagia bersama dirinya.
"Udah pa, jangan terlalu keras sama Mario." Tiffany tak tega melihat putranya.
"Kamu tinggalin gadis itu dan bahagiakan Irene seperti janji kamu." ujar Marco tegas. "Atau Grandpa harus turun tangan untuk jauhin gadis itu dari kamu?" ancam Marco sebelum berlalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Right In Front Of You
FanfictionKata orang, First love, never dies. "Cinta Pertama Sulit Dilupakan." Memang benar adanya, Mario mengalaminya sendiri. Dia hanya ingin mengejar cinta pertamanya. Hai, Baby J new version