Hai...
Setiap hari Minggu, Jisoo selalu pergi ke rumah Rosé. Menghabiskan waktu bersama, sahabatnya itu. Tiffany saja sudah hafal dengan kebiasaan Jisoo ini, ia juga merasa bingung dengan hubungan keduanya. Saat di tanya pun pasti jawabannya selalu sama. Kita sahabatan, tapi mana ada sahabat bucin seperti ini. kemana-mana selalu bareng, Tiffany tak habis pikir.
Jam 07.30, Jisoo sudah berada di kamar Rosé dengan memainkan game di ponselnya. Ia duduk diatas ranjang tepat di sebelah Rosé, sesekali mengelus kepala Rosé membuat gadis itu semakin terlelap.
Decitan pintu kamar membuat Jisoo menoleh. Tiffany datang membawa senampan sarapan untuk Rosé. "Kamu udah sarapan, Jisoo?" Tiffany bertanya saat meletakkan nampan sarapan di meja samping Rosé.
"Tadi sudah sarapan sebelum kesini, tan." Tiffany mengangguk. "Kamu bangunin aja, Ji. keburu dingin ini sarapannya si Ochie." Tiffany mengusak pelan rambut Rosé lalu melangkah keluar dari kamar anak sulungnya itu.
Bukannya menuruti omongan Tiffany untuk membangunkan Rosé, Jisoo malah ikut berbaring di samping Rosé. Jisoo menatap lekat wajah damai Rosé yang masih tertidur nyenyak.
Sebuah ide jahil muncul di otaknya. Jisoo malah semakin mendekatkan wajahnya pada wajah Rosé. Dengan pelan Jisoo meniup telinga Rosé membuat gadis itu mengerang pelan.
"Ros, yuk bangun!" bisik Jisoo tepat pada telinga Rosé.
Rosé hanya bergumam tak jelas. "Ayo bangun, masa anak gadis jam segini belum bangun?"
"Ji, gue masih ngantuk" rengek Rosé dengan mata yang masih terpejam membuat pemuda itu tersenyum gemas. "Bangun dulu. "
Tak kehabisan ide, Jisoo malah meniup kedua mata Rosé, entah apa faedahnya tapi perlakuan itu langsung membuat mata Rosé terbuka.
Rosé memukul bahu Jisoo brutal. "Jisoo mah, gue masih ngantuk" rengeknya manja seraya akan kembali menaikkan selimutnya namun di tahan Jisoo.
"Udah siang, Rosie. Lo belum sarapan kan? Nanti kena maag loh..." ingat Jisoo dengan lembut membuat Rosé mengercutkan bibirnya kesal.
"Bangunin dong..." Rosé mengulurkan kedua tangannya. Jisoo bangun dari rebahannya, langsung menerima uluran tangan Rosé.
Setelah berucap terima kasih, Rosé pergi menuju kamar mandi untuk mencuci wajahnya dan menggosok gigi. Tak sampai 5 menit, Rosé kembali menghampiri Jisoo yang sibuk dengan game di ponselnya.
Rosé makan sarapannya dengan ponsel yang berada di tangan kirinya. Jisoo melirik ke arah Rosé yang malah mesem-mesem tak jelas.
Jisoo menyimpan ponsel kedalam saku celananya lalu beralih mengambil alih nampan yang berada di pangkuan Rosé. "Biar gue suapin. " ujarnya.
Rosé menerima satu suapan dari Jisoo. "Ji, Chandra ngajak gue jalan." beritahu Rosé dengan mulut penuh nasi.
Jisoo malah terkekeh lalu membersihkan sudut bibir Rosé yang terdapat sisa nasi. Setelah itu mengalirlah cerita Rosé tentang Chandra. Salah satu hal yang dapat Jisoo simpulkan dari cerita Rosé yaitu lelaki bernama Chandra itu termasuk sosok yang dewasa. Bahkan sudah dua kali lelaki itu ke rumah Manoban untuk menjemput Rosé tak seperti mantan Rosé yang kemarin, mengantar saja cuma sampai depan komplek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Right In Front Of You
FanfictionKata orang, First love, never dies. "Cinta Pertama Sulit Dilupakan." Memang benar adanya, Mario mengalaminya sendiri. Dia hanya ingin mengejar cinta pertamanya. Hai, Baby J new version