Perut Seungmin mulai keroncongan tapi abangnya belum terlihat hilalnya. Bolak balik dia mengecek keluar gerbang tak ada tukang jualan gerobakan yang lewat.
" Nih tukang bakso pada demo masal kalia ya? Biasanya juga mondar mandir komplek mulu!" Seungmin misuh-misuh di depan rumahnya mewakili cacing-cacing yang sudah rapat paripurna di perutnya.
" Eh eneng... Ngapain? Nungguin abang ya?" Goda Minho yang baru pulang.
" Gua laki!"
" Sapa juga yang bilang banci!" Sahut Minho.
" Mangkanya lu jangan panggil neng kukang."
" Bodo! Mulut-mulut gua!" Minho memasukan motornya ke rumahnya yang berada tepat di samping rumah Seungmin.
Seungmin celingukan dengan resah sambil sesekali memegangi perutnya yang makin mengerang kelaparan.
" Ngapa lu?"
" Laper!"
" Kalau laper ya makan, malah joget di depan rumah!"
" Njir mengcape ngomong ma lu!" Seungmin mengambil handphone nya yang di tinggal di meja teras.
" Lah udahan jogetnya? Baru mao liat!" Seungmin mengacuhkan celotehan Minho.
" Pesen apa yak enaknya?" Seungmin sibuk memilih menu di aplikasi handphonenya. Minho menghampirinya.
" Guk lu jangan kebanyakan makan junkfood. Tar bego loh kebanyakan micin." Nasehat Minho yang lebih terdengar seperti olokan di telinga Seungmin.
" Iya kayak lu!"
" Gua serius! Udah ayo kerumah gua!" Minho menarik tangan Seungmin dan membawanya masuk ke rumah Minho.
" Mau ngapain lu? Macem-macem gua hajar lu!" Seungmin bersiaga.
" Lu laper kan? Biar gua masakin buat lu. Jangan makanan- makanan yang ga sehat mulu dong, tar makin kaya lidi badan lu!"
Minho mengambil mie instan, telur, sosis dan seperangkat lainnya dan mulai memasak untuk Seungmin.
" Kata nya gua ga boleh makan junkfood, lah ini apa?" Seungmin mengangkat sebungkus mie instan ke wajah Minho.
" Ini bukan junkfood ya pemirsa, karena gua memasaknya matang dan di tambah sayuran dan protein yang baik bagi kesehatan tubuh." Minho ala-ala chef.
" Kesetanan sih iya!"
Seungmin sibuk menonton drama di ruang televisi di rumah Minho. Sementara yang punya rumah sibuk masak di dapur.
" Kukang! Udah mateng belom? Lama amat!" Teriak Seungmin sambil bergeliat di sofa.
" Bentar nih, gua lagi masak mie nya! Sabar ngapa guk!" Sahut Minho.
Seungmin yang tak sabar menghampiri Minho di dapur dan menyomot sosis goreng yang tergeletak di atas peniris.
" Enak ga?"
" Ya enak lah, buatan pabrik!"
" Buatan pabrik juga kalau yang gorengnya ga berpengalaman ga bakal enak begitu Guk..."
" Whatever," Seungmin kembali mengambil sosis di sana.
" Gua jago kan Guk masaknya. Gua tuh suami idaman banget pokoknya dah. Nanti kalau lu nikah ma gua biar gua yang kerja, gua yang masak, lu tinggal ngasih gua jatah ae."
" Jatah apaan?" Suara yang menyahutinya berubah. Minho pun langsung menoleh kebelakang.
" Lah bang? Kok lu? Si Gu__ Min mana?"
" Noh lagi nyamperin abang gocek, ngambil pesenan makan kayaknya." Wonpil ikut nyemilin sosis goreng.
Minho mematikan kompornya, dengan emosi dia menghampiri Seungmin yang sedang nikmat menyantap ayam kesukaannya.
" Njir ga ada akhlak banget sumpah! Gua nyerocos kek kerata api di sono, masak, kepanasan... Lu di sini enak-enakan makan ayam kaya ga ada dosa!" Minho ngedumel.
" Kenapa sih lu? PMS? Ngomel mulu." Seungmin tak peduli.
" Udah jangan berantem! Nih gua bawain mie buatan Minho ma sosisnya." Wonpil dengan ribet membawa semua sajen pindah ke rumah satunya.
Wonpil sangat menikmati mie yang di masak oleh Minho dan memberikan pujian untuk mahakarya(?) nya tersebut. Sementara Seungmin sibuk makan ayam dan tak menyentuh masakan Minho. Minho menatap Seungmin tajam.
" Min, makan nih mie nya... Lino udah susah-susah masakin buat kamu." Bujuk Wonpil. Minho masih menatap Seungmin kesal.
" Em.. enak!" Seungmin menyeruput panjang mie buatan Minho. Pujian kecil dari Seungmin membuat mood Minho kembali naik.
" Jangan di abisin! Yang masak aja belum makan!" Minho mengetuk sumpit Seungmin dengan sumpitnya.
" Siapa suruh pundung mulu cem perawan." Ledek Seungmin.
" Abis makan enak nih kalau ada es kopi manis." Kode Minho yang tak di tanggapi oleh Seungmin. Kesal karena tak ada jawaban Minho menendang kaki Seungmin.
" Sakit Njir!"
" Bikinin gua es kopi!" Minho ngotot.
" Bikin sendiri! Punya tangan, punya kaki kan?!" Seungmin lebih ngotot.
" Min, udah bikinin sono... Itung-itung balas budi ma Lino udah bikinin kita makan malam..." Wonpil lagi-lagi membujuk adik kecilnya.
" Abang aja yang bikinin kalau gitu."
" Kan Lino mintanya 'es kopi manis' kalau abang yang bikinin jadi 'es kopi paste', hahaha..."
" Bisa aja lu bang." Minho dan Wonpil tertawa. Seungmin terpaksa menuruti permintaan abangnya. Sambil mengetak-hentakan kaki kencang Seungmin pergi ke dapur.
" Kok cemberut sih neng, kan pesen nya kopi manis, semanis senyumanmu.." Wonpil hanya bisa menggelengkan kepala mendengar rayuan maut Minho untuk Seungmin.
Minho menyeruput es kopi buatan Seungmin hingga tak tersisa setetes pun.
" Ga sekalian gelasnya lu telen!" Wonpil terganggu dengan seruputan Minho yang berisik.
" Maaf elah bang, abis es kopinya enak banget. Bikinnya pasti pake cinta ya?" Minho melirik ke arah Seungmin yang sibuk dengan handphone nya. Kemudian sebuah panggilan masuk di handphone Seungmin.
" Yo! Oh si babi lu... Nih!" Seungmin menyodorkan handphonenya ke Minho.
" Siapa?"
" Nyari babinya katanya."
" Sialan lu!" Minho mengambil handphone Seungmin dan berbicara menjauhi dua Kim di hadapannya.
" Siapa sih yang nelpon? Pake acara ngejauh segala tuh bocah?" Wonpil kepo.
" Babi nya." Celetuk Seungmin.
" Lah si Lino main-main babi? Bilangin harom gitu." Seungmin tak merespon lawakan abangnya.
" Nih! Bang gua pulang dulu ya!" Minho mengembalikan handphone Seungmin dan kabur.
Wonpil memlirik bergantian ke arah keduanya dan mencoba mencerna apa yang sedang terjadi.
Kyuji_25
KAMU SEDANG MEMBACA
[ BL ] TSUNDERE
Fanfiction[ 2MIN AREA ] Book ini mengandung unsur dewasa [21+] , mohon kebijakan pembaca. Sekian dan terimagaji Bahasa indonesia informal #bxb #2min Bintang tamu : Wonpil Day6