Sembari mencoba meredakan debaran kencang dadanya yang tak kunjung usai.
Cuaca cerah hari ini. Hari ini hangat, namun ada angin berhembus. Cuaca yang bagus bukan?
Chan dan Hyunjin juga berfikir demikian. Kedua sahabat tersebut memutuskan pergi ke taman bermain. Melepas penat mereka. Melupakan sejenak masalah mereka, apalagi Chan. Masalahnya di kantor polisi kemarin cukup menguras pikirannya.
Mereka putuskan pergi menggunakan bis. Bisnya penuh, namun tak apa keduanya sudah biasa dengan keadaan ini. Terlebih lagi, bis memang transportasi sehari hari mereka untuk berangkat sekolah. Mereka berdua putuskan untuk berdiri. Syukur jika ada satu atau dua tempat untuk duduk.
Mereka berdiri berdekatan. Hal ini juga sudah biasa sebenarnya. Namun berbeda sekali hari ini. Hyunjin merasa debaran jantungnya semakin kencang sekarang. Apalagi kini badannya cukup dekat dengan sahabatnya itu. Debaran yang dirasa Hyunjin makin kencang saja.
Cesshh
Tiba tiba bis yang mereka tumpangi berhenti mendadak. Membuat Hyunjin yang sedari tadi hilang fokus akibat debaran kencang di dadanya menjadi limbung dan nyaris terjatuh.
Nasib baik sebuah lengan kekar menahan pinggulnya agar tidak terjatuh. Hyunjin menengok ke arah si pemuda baik itu. Ternyata itu Chan! Degup jantungnya makin tak karuan. Ditambah kini Chan tengah menatapnya dengan senyuman hangatnya.
Sial! Hey jantung, bisa kau tenang sedikit? Tolong jangan ribut di depan Chan.
Namun jantung Hyunjin tidak mau menurut. Dia tetap ribut. Tanpa peduli Hyunjin yang tengah kelawahan mengendalikan ekspresi gugupnya.
"Jin, lo gak papa kan?" Makin tidak baik baik saja Hyunjin jika ditanya seperti itu.
"E-eh iya kok, Chan. Aku gak papa." Hyunjin tersenyum. Mencoba meyakinkan Chan jika dirinya baik baik saja.
"Yaudah lo gua peluk aja, ya. Takutnya lo jatuh lagi kayak tadi." Hyunjin hanya mengangguk. Menundukkan kepalanya, serta menetralkan degup jantungnya. Akan sangat memalukan jika Chan tahu tentang ini. Chan akan mengoloknya habis habisan.
Hahaha Hyunjin yang polos, padahal dalam hati Chan sedang bersorak gembira karena dapat memeluk Hyunjin.
.
.
.
Seperti biasa, Chan kini tengah bersantai di atap sekolahnya. Menikmati semilir angin, seraya tersenyum bodoh.
Ya, kupu kupu yang menghinggapi perutnya enggan untuk pergi. Padahal sudah beberapa jam berlalu sejak kejadian pelukannya dengan Hyunjin. Namun dia masih merasakan serangan kupu kupu itu hingga sekarang. Andai dia bisa memeluk Hyunjin setiap hari, pikirnya.
Acara kasmaran Chan terganggu, sebab ada sosok transparan yang tengah duduk di sampingnya. Chan mendengus kesal. Pasti akan ada acara ceramah yang diadakan oleh sosok om tua tukang fitnah itu.
"Apalagi hari ini? Mau ceramahin gua lagi tentang Hyunjin?" Chan dewasa itu menatap jengah pemuda brandal di sampingnya itu.
"Iya. Kayak biasanya. Lo pasti udah paham apa yang bakal gua omongin. Jadi tolong, lo dengerin dan turutin gua sekali aja." Yang lebih muda menatap marah ke arah Chan dewasa itu.
"Lo selalu bilang dia jahat. Emang dia lakuin apa ke lo, hah?! Jelasin ke gua apa hal jahat yang bakal Hyunjin lakuin."
"Dia bakal selingkuh. Selingkuh sama Seungmin. Temennya dari SMA. Gua liat mereka ciuman dan itu udah cukup buat buktiin kalo Hyunjin itu jahat." Chan muda itu menatap nyalang pada sosok transparan itu. Selingkuh? Hyunjinnya terlalu baik untuk melakukan itu.
"Hahaha gua rasa lo salah liat, om. Hyunjin anak cantik, imut, baik hati dan tidak sombong itu gak bakal ngelakuin hal jahat kayak gitu."
"Cantik? Makan tuh cantik nyampe kenyang. Lo terlalu buta sama cantiknya dia. Jadi gak bisa liat kalo orang 'cantik' kayak Hyunjin bisa ngelakuin hal yang jahat." Chan muda itu hanya diam. Merenungi kata kata yang dia dengar tadi.
Sungguh tidak ada yang salah dengan kata kata itu, tapi apa mungkin?
Dia kenal Hyunjin bukan hanya sehari dua hari, tapi sudah bertahun tahun. Selama itu pula, tidak pernah Chan lihat jika sahabatnya itu melakukan hal jahat seperti yang dikatakannya sosoknya dari masa depan.
"Bla bla bla. Terserah deh om, lo dari 3 tahun lalu selalu bilang Hyunjin jahat. Emang lo punya bukti buat hal itu?" Chan dewasa itu menggeram kesal.
"Udah gua bilang, gua liat sendiri, Bocah!"
"Terus lo udah dengerin penjelasan Hyunjin? Udah denger juga penjelasan 'selingkuhannya'?" Sosok transparan itu membatu. Seketika kata katanya tercekat di ujung lidah.
Benar. Selama ini dirinya tidak pernah mendengar penjelasan dari hyunjin, barang sepatah kata. Dia hanya mengambil kesimpulan sendiri atas apa yang dia lihat.
"Diem kan lo!" Renungan Chan buyar kala pemuda SMA itu bicara padanya.
"Bener kan apa yang gua bilang?" Benar? Mungkin juga tidak. Bisa saja apa yang Chan pikirkan memang benar adanya. Buktinya Hyunjin tidak dapat memberi bukti apapun padanya.
"Diem mulu lo, om. Awas kesambet. Eh, lo kan arwah ya hahahahah." Pemuda itu bangkit. Kemudian sedikit merapikan kemeja putihnya.
"Mau kemana lo, bocah tengil? Obrolan kita belum selesai!"
"Mau ke kelas. Mau ambil hape. Mau nembak Hyunjin ku sayang. Kasian dia gua gantungin mulu." Apa bocah tengil urakan itu ingin mengungkapkan cinta pada Hyunjin? Meskipun dia urakan dan terlihat tidak punya masa depan yang jelas, tapi bocah itu harus punya kekasih yang baik.
Sialan! Chan harus hentikan ini semua!
"JANGAN BERANI LO TEMBAK HYUNJIN, YA ANJING. AWAS AJA KALO LO BENERAN NEMBAK, GUA POTONG TITIT LO!!!!!!"
Pemuda itu menengok dan kemudian berteriak. "POTONG AJA, SETAN. KALO LO EMANG BISA PEGANG TITIT GUA, LO BISA POTONG CHAN JUNIOR SEPUASNYA." Setelahnya dia tertawa kencang. Berjalan meninggalkan Chan. Tanpa peduli sosok transparan itu kesal atau tidak.
Sementara itu, Chan dewasa itu tengah kesal. Dia tengah memikirkan cara agar dirinya tidak mengalami patah hati saat dewasa nanti.
Thanks for reading, hope u enjoy it❤❤❤❤❤❤🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼😊😊😊😊😊😊