13

372 54 5
                                    

Lain hal dengan manusia di depannya, jantungnya hampir copot karena berdetak terlalu kencang.

Kini kedua anak adam sedang berada di sebuah halte. Menunggu bis mereka datang menjemput. Keduanya mungkin menimba ilmu di tempat berbeda, namun itu tidak menghalangi keduanya untuk berangkat sekolah bersama. Katakanlah mereka beruntung sebab sekolah keduanya searah, hanya tempat Hyunjin lebih jauh saja. Selain itu alasan lain mereka berangkat bersama adalah Chan. Lebih tepatnya sifat posesif Chan.

Chan enggan meninggalkan Hyunjin berada di bis itu sendirian. Sebab banyak sekali pemuda yang menggoda Hyunjin. Menegurnya bahkan yang lebih parah mereka mengajak si pemuda Hwang itu untuk berkencan. Semua itu bahkan mereka lakukan saat Chan tengah bersama Hyunjin. Mereka melakukannya tanpa ragu. Menganggap Chan seperti bayangan saja.

Hal ini sangat menyulut emosi Chan. Ingin sekali memberi bogem mentahnya ke mereka semua, namun dia dengan sangat menahannya. Bukan apa apa, Hyunjin sangat tidak suka jika Chan melakukan kekerasan di depan matanya. Itu sebabnya Chan mencoba sabar melihat itu semua, dan mencari pemuda itu setelahnya. Untuk dipukuli tentu saja.

Jadi kalian tahu kan, siapa lawan Chan saat tawuran? Ya, pasukan penggemar dari Hwang Hyunjin.

Padahal semua itu mungkin sia sia. Sebab sang primadona sudah menetapkan hatinya pada satu orang. Chan tentu saja.

Cuma Channya aja goblok, udah tahu suka masih aja gelud. Gausah berantem juga tetep lo yang menang blok goblok. Maaf author emosi.

Tak terasa bis telah berhenti di dekat sekolah Chan. Berat rasanya untuk berpisah dengan Hyunjin, namun dia harus. Sebab Hyunjin akan marah besar jika Chan tidak turun dan malah ikut bersamanya.

Dengan berat hati, Chan turun dari bis itu. Sembari memasang wajah masam, pemuda pucat itu lambaikan tangan ke arah Hyunjin.

"Jangan bolos ya, Chan!" Chan mengangguk pasrah. Titah Hyunjin tidak dapat dia bantah lagi.

Berat sebenarnya, apalagi saat pasukan penggemar Hyunjin melintas di kepalanya. Namun dia bisa apa, dia hanya bisa menunggu hingga pulang sekolah.

.

.

.

Bel sekolah telah berbunyi. Dengan sigap Chan menyambar tasnya. Berlari keluar menuju halte sekolahnya. Dia tidak ingin melewatkan barang sedetik waktu saat ini. Sebab jika dia lalai, maka dia akan terlambat menjemput Hyunjin.

Napas Chan tak beratur sebab dia baru saja berlari dari halte dekat sekolah Hyunjin. Mendongak dengan lirikan yang mengitari seluruh halaman depan sekolah Hyunjin.

Dapat! Ada Hyunjin di dekat pos satpam. Tengah berdiri di sana dengan senyum cerah terpatri di wajahnya. Hati Chan menghangat, lelahnya menguap setelah melihat itu. Namun seketika perasaan itu luntur. Terganti dengan gemuruh amarah yang membuncah di dadanya. Wajahnya merah, sebab amarah yang Chan rasa.

Bagaimana tidak marah, jika dia lihat Hyunjin tengah tertawa dengan pemuda lain. Dan lagi, pemuda itu adalah Seungmin. Kim Seungmin. Laki laki yang digadang gadang menjadi selingkuhan Hyunjin kelak.

Sial, anggapan sosoknya dari masa depan yang sudah dia tolak jauh jauh kembali datang menghampiri.

Asal kalian tahu saja, Chan awalnya mempercayai perkataan sosoknya dari masa depan itu. Namun dia buang semua prasangka itu, sebab dia kenal Hyunjin. Makhluk sebaik itu tidak mungkin berkhianat. Apalagi mengkhianatinya, sahabat sedari kecil. Sangat tidak mungkin.

Tapi, untuk kali ini prasangka itu kembali hinggap. Melihat betapa asiknya dua anak adam itu bercengkrama tanpa peduli sekitar. Tertawa seakan hanya ada mereka di dunia ini.

Segera Chan datangi dua pemuda itu. Berjalan tak sabar, tangannya juga mengepal tanpa sebab.

"Eh, Chan." Hyunjin membuka suara begitu Chan tiba di dekatnya, kemudian menggenggam tangannya erat. Seakan Hyunjin akan kabur dari sisinya.

"Eh ada temen kamu, Jin?" Hyunjin mengangguk dengan senyum cerahnya. Lain hal dengan Chan, mukanya sungguh masam, terlebih lagi dia mendengar kata teman dari bilah bibir Seungmin.

Teman apanya? Kita berdua teman hidup, batin Chan.

"Oiya, Chan, kenalin ini Seungmin. Dia temen aku."

"Hai Chan, aku Seungmin." Seungmin menyodorkan tangannya ke arah Chan. Dengan wajah datar, Chan membalas uluran tangan itu.

"Chan." Chan membalas sapaan itu dengan singkat, aura dingin juga tersirat dari nada bicaranya. Syukur masih mau membalas, pikir Chan.

"Jin, ayo pulang! Nanti kita bisa ketinggalan bis." Hyunjin mengangguk. Kemudian pemuda Hwang itu meminta ijin pada Seungmin untuk undur diri.

"Min, aku pulang duluan, ya." Baru saja Hyunjin ingin melambaikan tangan, namun Seungmin sudah menyela.

"Jin, aku boleh ikut bareng, gak?" Hyunjin mengernyit bingung. Bukankah akan ada yang menjemput Seungmin nantinya? Kenapa dia malah ingin ikut pulang?

"Kamu kan biasa dijemput, Min. Kok mau pulang bareng aku?"

"Ayah gak bisa jemput hari ini, jadi aku disuruh pulang sendiri. Aku gak tau naik apa, jadi boleh kan, kalo aku pulang bareng kamu?" Ah, begitu rupanya. Hyunjin paham sekarang. Hyunjin mengangguk setuju. Seungmin butuh bantuan dan dia harus menolong temannya itu. Seungmin senang dia dipersilahkan untuk bergabung dengan Chan dan Hyunjin.

Lain hal dengan kedua pemuda tadi, Chan merasa kesal sekarang. Kesal, kenapa seorang Kim Seungmin harus bergabung. Dia jadi tidak bisa menikmati waktu berdua dengan Hyunjin.

.

.

.

Mereka bertiga sudah sampai di halte. Duduk berjajar di bawah naungan atap sederhana itu. Ketiganya duduk tenang sembari menunggu bis datang. Ketiganya juga asik berdiskusi tentang banyak hal. Mungkin bukan ketiganya, hanya dua orang yang melakukan. Sedangkan satu yang lain tengah menggenggam erat lengan Hyunjin. Tatapannya lurus ke depan. Enggan melihat ke arah Hyunjin dan Seungmin yang kini sedang tertawa entah karena apa.

Yang digelayuti juga seperti acuh. Dia tidak terlalu peduli dengan ulah Chan.

Setelah menunggu beberapa saat, bis yang mereka tunggu tiba. Mereka bertiga naik ke dalam bis itu. Mereka tidak bisa masuk secara bersamaan, sebab lengan Chan dan Hyunjin masih bertaut.

Setelah masuk, Chan segera menarik lengan Hyunjin. Menarik tubuh pemuda Hwang itu agar duduk di samping dirinya.

Hal itu berhasil! Hyunjin berhasil duduk di sampingnya. Tidak ada lagi Kim Seungmin yang mengganggu mereka berdua, sebab pemuda Kim itu tengah berdiri. Dia tidak dapat tempat duduk. Kesenangan Chan tidak bertahan lama setelah pujaannya hatinya memanggil Seungmin.

"Min, duduk sini." Ucap Hyunjin sembari menepuk tempat duduk yang berada tepat di sebrang tempat duduk mereka. Pemuda Kim itu dengan sigap menduduki tempat yang telah disediakan Hyunjin.

Wajah Chan kembali masam, sebab lagi dan lagi dirinya diabaikan. Sepanjang perjalanan, dia rutuki 'teman' Hyunjin itu. Jika saja Seungmin tidak ikut, pasti Hyunjin sedang dia goda habis habisan. Dasar Kim Seungmin sialan! Ucap Chan. Dalam hati tentunya, sebab Chan cupu. Dia tidak berani menerima amarah Hyunjin sekarang, karena ada hal yang lebih besar yang ingin dia lakukan.

Bis berhenti di halte tujuan mereka bertiga. Ya bertiga, sebab rumah Seungmin berada tidak jauh dari rumah Hyunjin.

Hyunjin ingin melanjutkan langkah untuk pulang ke rumah, namun langkahnya terhenti karena Chan yang kini menggenggam tangannya.

"Chan kamu kenapmhhh" Bibir Chan memotong telak ucapan Hyunjin. Tangannya memeluk erat pujaan hatinya itu. Bibirnya yang sedari tadi diam, kini mulai melumat bibir kenyal Hyunjin. Dia sesap nikmat bibir kenyal yang kini menjadi kesukaannya itu.

Hyunjin juga sama. Pemuda itu awalnya hanya diam, mencoba menelaah apa yang sedang terjadi. Namun tak lama, dia mulai mengikuti permainan Chan. Mengabaikan manusia lain yang menatap sembari berteriak heboh serta Kim Seungmin yang diam menganga di tempatnya.










Thanks for reading, hope u enjoy it❤❤❤❤❤❤🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼😊😊😊😊😊😊

The Another Me (Chanjin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang