1. Pilot

1.3K 125 9
                                    

Dua bulan setelah naskahku rampung, penerbit yang kutuju meloloskan karyaku untuk dibukukan. Walaupun bukan kali pertama, hal itu tetap membuatku berjingkrak kegirangan. Teriakan, "Yes!" terserukan dari mulutku, apalagi ketika pihak penerbit menawarkan bukuku untuk diikutsertakan dalam sebuah pameran buku dan memintaku menjadi pembicara. Tentu, tanpa pikir panjang, aku menyetujui undangan itu.

Aku yang tak suka mengendarai kendaraan umum untuk perjalanan jauh memilih berkendara dengan mobil sewaan, melaju dari Bandung ke Jakarta sebelum matahari terbit. Kemacetan dan peta Jakarta yang tidak kukenal memaksaku melakukannya. Datang terlambat bukanlah pilihan yang bisa kuambil.

Oh, ya, bukuku yang terbit kali ini cukup berbeda dengan buku-buku sebelumnya. Aku dikenal sebagai penulis cerita romantis, menyediakan kisah dua insan yang saling menyukai dan siap-siap menerjang berbagai masalah di antara mereka. Namun, semakin gersangnya hasrat untuk menulis cerita cinta membuatku banting setir, berharap bisa menemukan dunia baru yang mampu membuat gairah menulisku semakin meningkat.

Lagipula menulis cerita romantis bukanlah keinginanku.

Sebenarnya, dari dulu aku selalu ingin menulis cerita gila: kriminal, fantasi, fiksi ilmiah, termasuk kisah horor pembunuh berantai kejam yang menjadikan korban-korbannya sebagai sesembahan atas kepercayaan sesat yang dianutnya. Cerita tragedi. Jika kusimpulkan, itulah cerita yang selalu ingin kubuat. Barulah setelah belasan tahun menulis aku berhasil membuatnya.

Kalau boleh sombong, mungkin tulisanku ini lebih baik daripada tulisan-tulisanku sebelumnya, yang hanya ditulis untuk memuaskan imajinasi para wanita haus cinta—padahal aku laki-laki. Setidaknya menurutku seperti itu.

Orang-orang terkejut mendengarkan pilihanku itu. Namun, tak ada salahnya, kan? Lagipula, aku sendiri agak bosan menulis kisah cinta, apalagi ketika kisah cintaku sendiri tak pernah berakhir dengan baik. Kalau aku tidak merasa nyaman dalam dunia imajinasi yang bisa kukontrol sesuka hati, maka aku akan gila karena orang-orang membicarakanku yang belum menikah di usia lebih dari tiga puluh tahun.

Jadi, hari ini menjadi hari yang benar-benar kutunggu, seolah aku mendatangi dunia baru yang belum pernah kutemui sebelumnya, kembali merasakan sensasi penerbitan buku pertamaku, persis seperti keinginan orang-orang untuk menghilangkan memori setelah membaca buku hanya untuk kembali merasakan pengalaman pertama kali yang sama ketika akan membaca buku itu kembali.

Saat aku berusaha menyalip sebuah truk, ponselku berdering. Getarannya di atas dashboard seolah mampu diresapi oleh telapak tanganku yang sedang memegang kemudi. Sekilas, bisa kulihat nama salah editorSaridari pihak penerbit—yang selama ini berkomunikasi denganku—muncul di layar.

Sari adalah editor untuk tulisan fiksi fantasi dan kriminal. Jadi, ini adalah kerja sama yang pertama kali kami lakukan. Sebelumnya aku biasa bekerja sama dengan Yuli, seorang editor untuk cerita romantis. Namun, harus kuakui, biarpun baru menjalin kerja sama selama beberapa bulan, bisa kukatakan aku lebih nyaman untuk bekerja sama dengan Sari daripada Yuli. Mungkin salah satu pertanda bahwa aku memang harus mengubah jenis tulisanku?

Padahal hanya teralihkan selama beberapa detik, tetapi kematian hampir menjemputku. Aku tak tahu apakah sang pengemudi truk tidak melihat mobilku di sampingnya atau memang dia sengaja ingin membunuhku. Yang jelas, truk itu berpindah lajur secara tiba-tiba.

Aku menginjak rem dengan cepat, tetapi tak sekencang mungkin karena tak ingin seseorang menabrakku dari belakang. Barulah ketika badan mobilku sudah keluar dari zona berbahaya, aku menyalip truk tersebut dari lajur yang salah.

Aku berteriak, menghinanya dengan berbagai sumpah serapah, walaupun sebenarnya percuma karena tak mungkin ia dengar. Rasa marah yang tak dapat kusalurkan itu akhirnya terpaksa kuterima dengan lapang dada—walaupun kepalaku masih terasa panas, mengingat dering ponselku masih belum berhenti. Lagipula salahku juga sih, malah melihat layar ponsel.

Naskah Terakhir [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang