Apakah bagian terpenting dalam kehidupan? Jawabannya adalah dirimu. Tak mengapa jika kau berkali-kali dipatahkan, berkali-kali dihancurkan, namun berkali-kali itu pula kau harus bangkit, berdiri dan kokoh kembali. Seringkali manusia hanya dibodohi perasaannya sendiri, padahal kesanggupan berdasar dari pola pikir yang kita bentuk sendiri. Tak mengapa jika hari ini kau jatuh dan gagal, kau masih punya hari esok untuk sembuh dan berusaha kembali. Hidup memang berjalan seperti itu, terjal dan menyakitkan.
Kini aku resmi menjadi sekretaris dari CEO sekaligus owner JCH, tanda tangan kontrak sudah dilakukan semalam. Sidik jariku juga sudah didaftarkan untuk kepentingan berbagai akses, tanda tanganku sudah direkam sebagai kuasa yang sah untuk perwakilan keputusan mendesak jika Kuki sedang tidak ada di tempat. Rekening penyaluran gaji sedang diurus, ruanganku telah disiapkan dan papan nama juga sedang dibuat. Mulai besok aku akan dipanggil sekretaris Ahn Ae Cha. Aku rasa ini tak layak disebut sebagai pencapaian. Tidak ada kebahagiaan, tidak ada rasa bangga, gelar yang kusandang bukan bersumber dari kemampuan atau pengalaman hebat yang tercakup dalam bidang tersebut Aku mendapatkannya hanya karena keberuntungan.
Pagi ini udara lebih dingin dari hari kemarin. Aku baru saja bangun, duduk bersandar pada bantal di atas ranjang menghadap jendela dengan pemandangan indah di baliknya. Kabut mengepul seperti uap panas menutupi pepohonan yang meranggas. Di bawahnya terdapat sebentang tanaman bunga Daisy cantik yang masih tangguh bertahan di musim gugur. Sepertinya aku memang tidak salah memilih kamar, dilihat dari sudut manapun pemandangan di luar kaca dipenuhi estetika. Kebun bunga cantik berteduh pada separuh atap bangunan tradisional Korea yang juga berperan sebagai latar belakangnya. Aku kira Kuki tidak serius dengan rumah desain hanok yang ia ceritakan, tetapi saat aku tiba di tempat ini semalam, aku benar-benar terperanga. Rumah Kuki mirip seperti kerajaan era Jeoson, bedanya ada sentuhan modern dalam interiornya.
Jika dipikir-pikir, keputusanku untuk datang ke Jeju bukan pilihan yang bergalat. Luka yang Jimin buat benar-benar mendapatkan penyembuhan tepat. Tempat kerja yang baik dan tempat tinggal yang luar biasa. Saat masih kecil aku dan Kuki pernah bermain-main di padang rumput yang luas di pinggir danau. Banyak angsa putih yang mengambang di atas air, banyak rusa jinak berkeliaran dan ayam-ayam lucu berkejaran bersama anak-anaknya. Aku bilang pada Kuki jika kelak saat dewasa, aku akan menjadi putri raja yang tinggal di Istana yang memiliki padang rumput luas seperti yang aku lihat hari itu. Aku akan memelihara banyak kuda juga hewan ternak lain seperti domba, angsa dan ayam. Sangat menggelikan jika diingat-ingat kembali. Impian seorang bocah ingusan yang tak mengerti apapun, bahkan ketika dewasa ia lupa mewujudkan mimpinya. Namun begitu datang ke tempat ini, mimpiku seakan terwujud tanpa pernah aku usahakan.
Suara domba dan ayam berkokok sayup-sayup terdengar. Entah berjarak berapa jauh dari tempat ini, suaranya tak berhenti saling bersahutan dan membuatku ingin melihat mereka. Aku segera beranjak dan menyelipkan sandal di kakiku yang masih berbalut kaus kaki. Aku juga mengambil jaket seadanya bekas ku pakai kemarin untuk aku kenakan. Aku keluar kamar sambil mengikat rambut, lantas berjalan menyusuri halaman depan kamarku lanjut melewati beberapa unit yang entah apa isi dalamnya. Lingkup dalam rumah ini seperti versi sempit dari lingkup kerajaan yang pernah ku tonton di film-film drama. Aku bagai putri raja yang menyelinap pergi untuk menghirup udara segar. Ini menyenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALAT
FanfictionSudut pandang orang pertama Genre: angst, hurt, drama, marriagelife HAMPIR TIDAK ADA ADEGAN RANJANG!!!!! Jadwal update: setiap minggu malam. Aku tahu sebagian manusia punya rencana dalam hidup, sebagian yang lain tidak tahu kemana hidupnya akan meng...