bab 6

115 19 95
                                    

Dalam ruang rapat ini aku bisa melihat Kuki berkali-kali mengetukkan jemarinya di atas meja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dalam ruang rapat ini aku bisa melihat Kuki berkali-kali mengetukkan jemarinya di atas meja. Dia duduk di tengah antara aku dan Subin. Rapat sudah berjalan hampir dua puluh lima menit, dihadiri oleh delapan orang, diantaranya beberapa direktur terkait, dua manajer dan desainer produk. Kuki mencermati catatan dana yang akan digelontorkan untuk kepentingan produk baru. Perangainya bimbang ketika menilik ulang desain kemasan produk yang sedang dipresentasikan oleh Bae Jiwon; desainer produk yang sedang berdiri di depan layar.

Jiwon punya wajah yang cantik dengan riasan berani, alisnya tebal tapi ujungnya dicukur agak naik, mungkin karena itu wajahnya tampak ketus. Gaya busananya lumayan eksentrik di area kantor yang seharusnya formal. Jaket kulit hitam dengan inner merah maroon serupa crop top tapi lebih panjang. Bawahannya rok pendek high waist sempit warna hitam yang cocok dengan sepatu bot hitamnya. Tatanan rambutnya rapi dikuncir kuda.

Jiwon tampak berusaha keras menyakinkan bahwa desain yang ia buat menarik dan layak jual.

“Bagaimana menurutmu?” Kuki berbisik mendekat di telingaku, setengah wajahnya ditutup renggang dengan tangan, “Sejujurnya aku tidak yakin.” hidung bangirnya berkali-kali diusap ketika menunggu jawabanku.

“Apa yang membuat anda tidak yakin?” aku bertanya pelan.

Packaging kurang elegan, dan warnanya terlalu mencolok.” Kuki kembali berbisik dengan gestur yang sama dengan semula.

“Kita punya pemikiran sama sajang-nim.” jawabanku hanya demikian, kurasa itu sudah cukup menjawab pertanyaan Kuki.

Kuki mengangguk sebelum beralih tatap pada Jiwon, “Nona Bae apa anda punya referensi yang lain?”

Jiwon sudah menunjukkan tiga desain, bentuk dan warnanya hampir mirip. Kemasan jar berbentuk bulat besar berwarna peach gelap, yang satu lebih terang, dan yang satunya lagi lebih dominan kemerahan. Pembeda hanya pada font, sementara logonya gambar kepala kuda berukuran besar berwarna putih.

“Maaf sajang-nim, dari beberapa desain yang saya buat dan saya seleksi, hanya ini yang saya ambil.” Jiwon kembali ke tempat duduknya.

Kuki tampak menghela napas berat, “Harapanku project ini selesai tidak sampai bulan depan. Serum peremajaan sudah tergeser beberapa tingkat dari daftar skin care luxurios terbaik. Dengan hadirnya moisturaizer gel anti-aging ini aku harapkan bisa mengangkat produk yang tertinggal dan mengembalikan posisi kita dalam daftar brand terunggul.” nada bicara Kuki tetap tenang meskipun hasil desain produk tidak sesuai seperti yang ia harapkan, “Seharusnya desain sudah siap hari ini agar semua proses bisa berlanjut sesuai jadwal.”

GALATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang