Setelah memastikan motornya terparkir dengan benar, Arimbi melangkah masuk rumahnya melewati pintu samping. Hari memang sudah malam, Arimbi baru saja menyelesaikan kerja kelompok dengan teman-temannya. Karena tidak sekelompok dengan Sonya ataupun Yogi, membuat Arimbi harus mengikuti pilihan teman-teman kelompoknya dalam pemilihan tempat untuk kerja kelompok. Pilihannya jatuh pada rumah salah satu teman kelompoknya yang jaraknya lumayan jauh dari rumah Arimbi.
Saat berjalan melewati ruang tengah, Arimbi melihat Prabakesa duduk di sofa mengenakan kaos hijau dan celana selutut dengan mata terruju pada layar TV.
"Abang kok belum tidur?"
"Lagi nunggu kamu," jawab Prabakesa pelan. "Duduk sini." Ia menepuk bagian kosong di sebelahnya.
Arimbi berjalan mendekat, melepas tasnya dan mengambil duduk sesuai dengan perintah Prabakesa. "Kenapa Bang?" tanya Arimbi was-was. Jika cara panggil Prabakesa padanya menggunakan aku-kamu, sudah pasti ada hal penting yang ingin dibicarakan. "Mama sama Papa mana?" tanyanya lagi saat melihat suasana rumah sudah sepi dan beberapa lampu sudah dipadamkan.
"Sudah tidur daritadi."
"Abang mau ngomong soal apa?" ulang Arimbi. "Jangan lama-lama ya, badan aku udah capek banget. Mau tidur."
Prabakesa menarik napas panjang lalu menghembuskannya perlahan sebelum memulai bicara. "Ini sudah hampir tengah semester, Abang dapat laporan kalo nilai kamu sebagian di bawah standart dan harus ikut remedial."
Mata Arimbi melotot. "Sapa yang bilang?!" tanyanya sedikit memekik.
"Genta."
Arimbi mendengus malas. "Abang kenapa sih nanya-nanya soal nilai aku ke dia?"
"Karena kalo tanya ke kamu pasti jawabnya iya-iya aja," jawab Prabakesa. "Kamu gak bosen harus remedial terus, Mbi?" tanyanya.
"Bukan cuma aku Bang yang remedial. Sebagian temen-temen aku juga pada remedial. Emang soalnya aja yang susah. Lagian ada kesempatan perbaikan nilai kok. Ada yang ujian ulang, ada juga yang cuma dikasih tugas," jawab Arimbi kesal. "Lagian remedial juga hal yang biasa. Siapa aja pasti bisa kena remedial. Kecuali Abang," ucapnya pelan di akhir kalimat.
Prabakesa menghela napas pelan. "Jangan mentang-mentang banyak temen kamu yang remedial, jadi pembenaran kamu harus terseret juga, Mbi. Abang tau kuliah udah semakin berat, tapi kamu harus tetep bisa fokus ngejalaninnya. Paling gak lulus sarjana dulu, Mbi. Habis itu terserah kamu mau ngapain."
Arimbi hanya bergumam tidak jelas sebagai jawaban. Kuliah memang sudah hampir berjalan setengah semester, tugas semakin banyak, ujian juga semakin sering. Ada beberapa nilai ujiannya yang dibawah standart yang membuat Arimbi melakukan remedial. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan remedial. Bahkan sebagian teman sekelasnya juga sering melakukan remedial. Tapi di mata Prabakesa, hal itu sangat mengganggu. Satu atau dua kali remedial bisa dimaklumi. Tapi Arimbi ini hampir sebagian mata kuliahnya selalu remedial.
"Bisa Mbi diperbaiki buat sisa semester ini?" tanya Prabakesa tegas.
Arimbi lagi-lagi hanya bergumam sebagai jawaban. "Tapi Abang gak perlu nanya-nanya soal nilai aku lagi ke orang lain."
"Orang lain? Genta itu temen aku Mbi. Sahabat aku malah. Kalian boleh statusnya mantan pacar, tapi gak ada istilahnya mantan sahabat. Abang yang nanya ke Genta soal progres kamu di kampus. Genta cuma jawab pertanyaan aku," sahut Prabakesa.
Memang benar Arimbi mantan pacar dari dosennya sendiri, Genta. Bisa dibayangkan tanggapan kedua sahabatnya saat mengetahui bahwa dosen yang selama ini dipuja-puja teman perempuan di kelasnya, adalah mantan pacarnya. Arimbi berpacaran dengan Genta saat SMA. Saat itu Genta sedang menyelesaikan pendidikan magisternya. Dari Prabakesa, Arimbi bisa mengenal Genta.
![](https://img.wattpad.com/cover/287451964-288-k954116.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Remedial [Completed]
ChickLitSiapa yang gak tau tentang Remedial? Pasti sebagian dari kita semua pernah melakukan Remedial semasa sekolah? Bagi Arimbi, remedial bukanlah hal yang asing untuknya. Sudah berulang kali ia melakukan remedial saat duduk di bangku sekolah. Bahkan, sam...