"Kamu udah tau, kan?"
Mendadak, satu suara merdu terdengar dari ambang pintu. Bayu menoleh, menemukan sosok gadis cantik dan anggun dalam balutan kerudung dan gamis kasual warna gading lembut.
"Kamu udah tau, kan, kalo kita bakal jadi sodara tiri?" sengit Herlin.
Bayu mengalihkan pandangan. Herlin bukan lagi gadis bertubuh sedatar papan yang dulu dipacarinya. Saat pernikahan ayah ibu mereka, Bayu sempat khilaf membuntuti Herlin karena sedikit penasaran gara-gara ditinggal tanpa kabar. Namun, sekarang, rasanya tak penting lagi. Ia tak akan membiarkan dirinya tergoda. Terlalu banyak ranjau di antara mereka.
"Menjauh dari depan pintu!" tegas Bayu.
Herlin mengeraskan rahang dan menggeretakkan gigi. Namun, ia menurut, dan mundur dari ambang pintu satu langkah.
"Iya, aku udah tau!"
"Kamu nggak ngomong soal kita, kan, ke ibumu?"
"Buat apa ngomongin hal gak penting itu?" sahut Bayu, acuh tak acuh, sambil terus menyusun buku.
Dada Herlin bergelombang, menahan emosi. "E-emang gak penting, sih. Tapi gak bagus efeknya kalo orang tua kita tau."
"Tuh, ngerti."
"Kamu tau, kan, posisi kita gimana?"
"Tau. Jadi kakak adek."
"Bukan gituu ...."
Suara Herlin yang sedikit mengalun, akibat kesal yang tertahan, membuat Bayu tanpa sadar tertarik dan berpaling. Jantungnya nyaris lompat saking kuatnya berdegup, menyaksikan bibir mungil Herlin mengerucut. Menggemaskan.
"Bayu, kita--"
Kalimat Herlin terputus, karena tahu-tahu Bayu mendekat, lalu membanting pintu cukup keras tepat di depan hidung Herlin.
Mulut gadis itu ternganga. Syok.
"Shit!" maki Herlin. "Astaghfirullah!" Ia cepat-cepat menutup bibir dengan dua jari. Merasa keceplosan ngomong kasar.
Di balik pintu, Bayu bersandar sambil memegangi dadanya.
"Bayu, aku belum selesai ngomong!" Herlin berseru dari luar.
"Aku sibuk!"
Semenit kemudian, terdengar langkah kaki menjauh, lalu bunyi keras bantingan pintu.
Bayu beristighfar.
***
"Sarapaaan ...." Suara ceria Hena, mencerahkan suasana pagi, bagi Azwin.
Namun, tidak, bagi sepasang muda-mudi yang terpaksa jadi kakak adek. Bayu dan Herlin pagi itu duduk berseberangan dengan wajah sama-sama cemberut.
Azwin mengendus aroma permusuhan di antara "anak-anaknya".
Hena menata sarapan berupa lontong sayur khas Banjar yang ditaburi bawang goreng. Aromanya sedap wangi dan menggugah selera.
Rasa haru menyeruak di hati Herlin saat menatap hidangan di meja. Ia teringat, almarhumah mamanya dulu suka memasakkan lontong sayur, karena Herlin sangat menyukai masakan itu. Sorot matanya mengandung rasa terima kasih tak terucap kepada Hena.
Hena hanya tersenyum dengan mata berair. Ia berjanji dalam hati, akan memenuhi kebutuhan kasih sayang terhadap Herlin, yang kehilangan ibu di usia remaja.
"Sama-sama dinas pagi, ya?" Azwin memulai pembicaraan sambil memotong-motong lontong dengan bantuan sendok dan garpu.
"Ini minggu pertama Herlin di stase jiwa rumah sakit, kan? Bayu internship bulan ketujuh kalo gak salah. Iya, Bay?" celetuk Hena sambil memandang putranya.
"Iya, Ma." Wajah Bayu minus ekspresi saat menjawab. Ia makan tanpa banyak bunyi.
"Bulan ini rolling ke stase jiwa juga, kan?"
"Betul, Ma."
"Kok jawabannya pendek-pendek gitu?"
"Em, mikirin pasien Bayu, Ma. Bayu, kan, udah dua minggu dinas di jiwa. Ada satu pasien yang menarik kasusnya. Bayu sedang mempelajarinya."
Ekspresi Hena tidak puas. Biasanya putranya suka bercerita tanpa ditanya, tentang pengalaman serta hal-hal lucu yang ditemukan saat di lingkungan kerja. Namun, pagi ini terlihat dingin dan enggan bicara.
"Oh, bagus," puji Azwin. "Oia, Bay, Papa punya dua mobil. Biasanya Papa yang nganter Herlin. Repot juga, sih. Karena kalo ke RSJ di kawasan Gambut, mayan jauh, mesti muter juga. Padahal pusat kafe Papa ada di Kayutangi. Gimana kalo kamu pake mobil yang satunya? Trus bantuin Papa nganter jemput adekmu."
Tubuh Herlin menegang. Sementara Bayu bagai ditembak cahaya mata Medusa, sehingga mendadak jadi batu.
***
Bersambung
Novel cetaknya BEST SELLER, lho.
Yuk lanjutin bacanya ke KBM App, di situ udah tamat 😍Kalo mau spill cerita, maen aja ke akun TikTok @evaliana76
KAMU SEDANG MEMBACA
SEATAP DENGAN MANTAN
ChickLitDRAMATIC HOSPITAL Pernah punya mantan, tapi gagal move on? Lantas, mau menghindar, malah ketemu terus? Apa yang terjadi kalo mantanmu tetiba jadi kakak tirimu? Ambyar, kan, rasanya? Itulah yang dirasakan Herlin Pramitha Dewi, ketika berjumpa Bayu A...