Jaka tertidur begitu lelap di bangku ruang tengah dengan posisi yang sangat tidak nyaman. Dirinya tidur dengan posisi duduk dan kepalanya menyender pada kepala bangku. Setelah teman temannya pulang beberapa jam lalu, dirinya dan sang Mama khawatir. Masalahnya, Harsa belum tampak batang hidungnya juga.
Jaka tahu, Jaka salah. Seharusnya tadi Harsa dan teman temannya yang mengerjakan tugasnya dirumah, bukan Jaka.
"Abang? Harsa kayanya nginep deh, Abang pindah ke kamar aja gih," Ucap Mama, wanita itu belum juga tidur. Bagaimana bisa dia tidur sedangkan anaknya belum pulang dan memberi kabar?
Perlahan Jaka membuka matanya yang begitu berat, tangannya mengusap wajahnya dengan kasar. "Harsa belum pulang, nanti aja Ma. Mama tidur aja ya? biar Jaka aja yang nungguin Harsa." Jawab Jaka sambil menatap Mamanya.
Mama menggeleng dan mengambil tempat di samping Jaka, "Besok abang ada kelas pagi, nanti kalo telat gimana?" Tanya Mama khawatir.
"Tenang aja, ga bakal telat Ma. Abang kan punya kekuatan batman, wushh!"
"Wash wush wash wush, bablas angine."
"Itu mah iklan Ma!"
Lalu dalam sekejap gelak tawa terdengar di pagi dini hari itu, Mama langsung beranjak ke kamar meninggalkan Jaka yang sedang duduk di sofa ruang tengah.
Pandangan Jaka lurus ke arah sebuah rak berisi beberapa buku, dan figura foto yang terpajang. Dia mengamati dengan lama, salah satu foto yang terbungkus bingkai bercorak emas. Foto itu berisi satu keluarga yang sedang tersenyum ceria. Seingat Jaka, foto ini diambil pada tahun tahun saat Jaka masih menjadi anak laki laki nakal pada umumnya.
Jaka tersenyum ditengah kesunyian gelap gulita dini hari yang akan menghantarkan pagi.
TOK TOK TOK
Namun senyum itu segera hilang dari garis bibirnya, ia mendengar suara ketukan pintu. Dengan sigap, ia langsung membuka pintu kayu jati yang dikunci tersebut. Dan mendapati Harsa menatapnya acuh.
"Kenapa baru pulang jam segini?" Tanya Jaka, ini adalah pertama kalinya ia bertanya lagi kepada sang adik; Harsa.
Harsa memutar bola matanya malas, dia melangkahkan kakinya melewati Jaka dengan angkuh.
Jaka geram, dia paling tidak suka diabaikan. Segera ia menarik kerah jaket Harsa, dan membawa Harsa duduk.
"Kenapa baru pulang jam segini?" Jaka mengulang tanyanya lagi dengan menyelipkan nada lebih tinggi dari pertanyaannya sebelumnya.
"Gue ga pernah ganggu hidup lo, mau gue pergi atau pulang jam segini juga bukan urusan lo."
Lalu setelah mengatakan itu, Harsa beranjak dari bangku ruang tengah dan beralih ke kamarnya yang berada di lantai atas.
Jaka terduduk kembali, menghembuskan nafasnya perlahan. Kepalanya pening bukan main, apakah itu adiknya Harsa yang barusan mengatakan hal menyakitkan semacam itu? Dengan langkah gontai, dia berjalan ke arah kamarnya. Menidurkan diri didalam ranjang kesayangannya. Dia lelah dalam kondisi seperti ini, dia ingin keluar tapi tidak bisa.
﹏
"AAAAAAA!!!!" Pekikan itu sangat keras, bahkan terdengar seantero rumah. Jaka yang sedang tertidur cepat cepat saja bangun mencari keberadaan suara tersebut.
Kakinya melangkah dengan cepat menyusuri setiap bagian rumah. Tidak ada yang terlewatkan kecuali kamar didepannya ini. Kamar Harsa. Dengan menelan air ludah, dia membuka pintu kamar Harsa. Dan melihat seorang anak laki laki sedang meringkuk diatas kasur. Lalu mata Jaka menyusur ke arah bawah lantai, dan melihat kecoa yang sedang terbalik posisinya.
Jaka tertawa samar, "Ada ada aja." Gumamnya pelan, segera dia langsung masuk ke kamar itu dan mengambil seonggok kecoa kecil nan mungil lalu dibuangnya ke tempat sampah yang berada di luar kamar.
Mama tiba tiba datang, raut wajahnya pun sama paniknya. Jaka menoleh, menatap wajah cantik itu.
"Kenapa bang? Harsa kenapa?" Tanya Mama.
Jaka menggeleng, "Ngga kenapa kenapa Maa,"
"Tadi teriak teriak, kenapa?"
Jaka hanya tertawa, lalu beralih meninggalkan Mama. Mama kebingungan dan langsung masuk ke kamar Harsa. Dilihatnya Harsa yang sedang menghela nafas lega. Buru buru Mama mengambil tempat di sisi kasur Harsa. Tangannya yang lentik menyentuh bahu Harsa.
"Kenapa teriak teriak begitu?" Tanya Mama.
Harsa menggelengkan kepalanya cepat, "Nggak kenapa kenapa Ma!" Bohong Harsa.
Bagaimana bisa Harsa mengaku bahwa ia berteriak hanya karena kecoa kecil? Mama menggelengkan kepalanya pelan. Heran dengan tingkah laku Harsa. Lalu wanita cantik yang menjadi ibu dari Jaka dan Harsa itu pergi dari kamar Harsa.
﹏
Ruangan itu sebenarnya sudah sepi sejak beberapa menit yang lalu. Beberapa orang lebih memilih meninggalkan ruangan yang membosankan itu. Tapi tidak dengan Jaka, dia tetap saja setia dengan beberapa lembar kertas. Jaka sedang memeriksa sesuatu dengan sangat teliti, terbukti dengan kacamata yang bertengger di hidung mancungnya. Entah apa yang sedang Jaka seriusi kali ini.
"Gila, gilaaaa! Jak, anterin Gue yuk?" Itu Yudha yang datang dengan cara yang memang unik. Jaka langsung menatap Yudha, meneliti pemuda berwajah blasteran Jepang itu.
"Anterin kemana dulu Yud?" Tanya Jaka, lalu kepalanya kembali ia tundukkan menuju lembaran kertas itu.
Yudha langsung mendudukkan dirinya di depan meja Jaka, menumpukan wajahnya ditangannya yang bertumpu juga pada meja. "Temenin Gue ngedate hehehehe,"
Jaka langsung saja mendongakkan kepalanya, menatap malas Yudha dan menggelengkan kepalanya pelan. Dia sudah tidak heran dengan tingkah laku temannya yang satu ini. "Yud, maaf ya sebelumnya, kayaknya ga bisa. Gue ada beberapa projek dari dosen yang harus Gue kerjain dan deadlinenya minggu depan. Nanti malem niatnya Gue mau ke rumah dosen gua, buat minta bimbingan." Jaka menjelaskan dengan penuh harap agar Yudha mengerti kondisinya.
Yudha diam, matanya yang memang tajam memandang Jaka seperti ingin memakannya hidup hidup. "Iya udah kalo emang ga bisa, nanti Gue ajak si Thean aja!" Lalu setelahnya Yudha tersenyum, senyum tulus tanpa dipaksa.
"Lo ga marah kan karena gua ga bisa nemenin?" Tanya Jaka dengan hati hati.
Yudha tertawa pelan, lalu tangannya menepuk bahu Jaka perlahan. "Gak lah, Lo kira Gue orangnya baperan gitu? Jak... Jak... kita temenan udah lama. Gue mah santai aja, kalo gak bisa yaudah gapapa. Lagian Gue juga gak boleh egois mementingkan diri Gue sendiri." Yudha menjelaskan tanpa melepas senyumnya itu.
Jaka menghela nafas lega, beruntung sekali ia mempunyai teman yang mendukungnya dan selalu mengertinya. "Bagus kalau gitu, semoga datenya lancar ya! Biar Lo gak jomblo terus,"
"Siap siap, by the way Gue ke Thean dulu sebelum tuh si bocil keburu pulang!"
Setelahnya Jaka hanya tersenyum samar, lalu kembali sibuk berkutat dengan kertas-kertas itu. Betapa pekerja kerasnya jaka.
✩✩✩
Jangan lupa tinggalkan jejak seperti memenekan tanda bintang dan komentar, terimakasih!
- Al
KAMU SEDANG MEMBACA
JAKAHARSA
Фанфик[ AU - BROTHERSHIP ¡! ] "Abang sayang ngga sama Harsa?" "Sayang lah!" "Semana sayangnya?" "Seeeebuuuummmiiiiii," "Dikit amat." "Maunya semana?" "Sebumi!" "Sama aja, Hardiii," "HARSA YA BUKAN HARDI!" "Iya mbulll," ©® @weathereAL Jangan meniru atau me...