JAKAHARSA - O2

640 77 6
                                    




Sore itu hampir menunjukkan pukul 5 sore, Jaka hendak bersiap-siap membereskan tasnya karena shift kerjanya yang beberapa menit lagi habis. Jaka bekerja di sebuah cafe modern yang bersebrangan dengan rumah sakit. Mayoritas pengunjung cafe adalah pasien dan penjenguk, tak jarang juga para pekerja rumah sakit datang kesini untuk sekedar menghabiskan waktu istirahat kerja mereka.

Jaka sengaja mengambil shift siang sampai sore, karena paginya sebelum bekerja dia harus kuliah dulu. Karena waktu shift nya yang hanya 5 jam saja, Jaka membuat kesepakatan bahwa gajinya hanya setengah dari pekerjaan lainnya yang bekerja 12 jam. Jaka tidak menolak kesepakatan itu, justru bersyukur masih ada yang menerima pekerja mahasiswa sepertinya.

"Mas yang tinggi, sini dong!"

Jaka menolehkan kepalanya kanan dan kiri, lalu menunjuk dirinya sendiri sambil menatap seseorang yang memanggil tadi, "Saya, Bu?" Tanyanya tanpa suara, hanya bibir yang bergerak. Ibu itu mengangguk.

Jaka segera menghampiri wanita paruh baya tersebut, bisa ditebak ibu-ibu itu adalah pasien rumah sakit karena mengenakan pakaian daster polos berwarna biru cerah.

"Ada yang bisa saya bantu?" Tawarnya dengan penuh sopan dan santun, tubuhnya sedikit ia bungkukkan.

Ibu itu menganggukkan kepalanya lagi, "Saya mau pesen gudeg yo Mas, tapi yang pedesnya endol! Saya bosen makan sayur bening terus di rumah sakit itu," Pinta Ibu itu sedikit curhat di dalam permintaannya, Jaka mengernyitkan alis heran.

Masalahnya pesanan yang diminta perempuan itu tidak ada dalam menu di cafe tempatnya bekerja, dengan sabar ia mengulas senyum. "Maaf yo bu, tapi gudegnya ngga ada disini." Ucapnya, lalu ibu itu menghela nafas kecewa.

"Bosen aku Mas, makan itu-itu terus! Apalagi anak-anakku ndak' ada yang peduli lagi, mereka ga pernah akur kalau ketemu. Ya gusti, sampe mbok' nya sakit aja mereka ndak mau jenguk... Kalo koyo gini terus mending aku mati aja." Ibu itu bercerocos panjang kali lebar mengenai hidupnya.

Jaka menghirup udara dalam dalam, "Bu, saya izin duduk ya." Jaka mengambil duduk di bangku depan Ibu itu, lalu wajahnya menampilkan senyuman tulus. Jaka tahu betul apa yang Ibu itu rasakan.

"Bu, saya bukan siapa siapa ibu tapi pas ibu ngomong gitu hati saya sedih. Mereka mungkin lagi sibuk cari uang buat penyembuhan Ibu, Ibu enggak kasihan sama mereka yang udah capek capek kerja tapi ibunya malah mau ninggalin mereka. Nanti, saya yakin kalau mereka ada waktu luang juga mereka bakal dateng jenguk ibu!" Jaka masih menatap Ibu itu dengan tatapan sendu.

Ibu itu menunduk, ruam wajahnya murung. "Wis aku ndak' kepikiran sampe situ," Sesal Ibu itu pada akhirnya.

"Nah yaudah, jangan sedih lagi ya. Cantiknya ibu nanti ilang." Hiburnya diselingi tawa jenaka yang meledek, Ibu itu terkekeh pelan.

"Nah sekarang Ibu mau pesen apa?" Tanya Jaka lagi.

"Nasi goreng ada kan Mas?" Jawab Ibu itu dan Jaka mengangguk.

"Yaudah aku pesen itu aja," Final Ibu itu.

Jaka segera memanggil rekan sekerjanya karena masa shift nya sudah habis, dia melirik jam yang menunjukkan pukul 5 lewat 15 menit. Dia telat menjemput Harsa. Maksudnya telat membuntuti Harsa pulang sekolah. Dengan cepat dan gesit, ia menggendong tasnya lalu berkendara di jalanan jakarta yang macet karena jam segini adalah jam - jam sibuk dimana para pekerja dan pelajar pulang.

JAKAHARSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang