CHAPTER 1

20.3K 1.7K 292
                                    

"Bang Abel, jauh-jauh dari Atha! Badan Abang bau busuk!" teriak si bungsu dengan mata kecil, Atha, yang tubuhnya ditarik ke bawah ketiak Abel, pemuda berkulit tan yang berstatus sebagai Abangnya. "Mandi, Abang!" teriak Atha lagi.

Jangan heran dengan keributan yang terjadi di rumah besar ini, di dalamnya terdapat tujuh laki-laki yang berisiknya tiada ampun. Keributan akan sering terjadi setiap hari, tanpa henti. Coba saja dahulu kalian tinggal bersama mereka. Siapa tahu betah, atau mungkin... kalian akan kabur saking tidak kuatnya menghadapi ketujuh karakter berbeda.

Apalagi, kalau di rumah itu ada manusia dengan spesies seperti Abel! Kelakuannya bikin elus dada setiap hari.

Lihat saja, di pagi hari dan langit sedang cerah-cerahnya, kegiatannya mengganggu saudara-saudaranya tetap ia lakukan. Ia sudah mulai menjahili si bungsu dengan wangi ketiaknya yang sudah seminggu tak ia basuh. Alias, sudah seminggu Abel tidak mandi. Jorok!

Atha hanya diperintahkan untuk membangunkan Abel untuk melakukan kegiatan seperti biasa di pagi hari, yaitu sarapan bersama dan tentunya agar laki-laki itu segera mandi. Sayangnya, niat baik dia hanya berakhir petaka seperti ini! Memang Bang Abel sialan!

"Ciumlah ketekku yang wangi ini! Hmmmm," ucap Abel. Kemudian, seseorang mendorongnya pelan. Abel berbalik dan menemukan Jeje, adiknya yang berkulit putih dan berwajah oriental, sudah menarik Atha lalu menatap Abel dengan tatapan membunuh.

"Aku pukul, ya, kalau pagi-pagi udah rusuh ke Adek!" teriak Jeje yang matanya masih menyalang. Sayangnya, tatapan itu justru membuat Abel gemas.

Tak merasa terancam ataupun takut, Abel malah membalas tatapan Jeje lalu melakukan hal yang sama seperti yang ia lakukan pada si bungsu. Kini, kedua ketiaknya mengapit dua adiknya yang tengah berusaha untuk lepas darinya.

"Abang, nih, kalau masih pagi jangan iseng dong! Bikin orang mau mulai hari jadi badmood duluan tau!" teriak Jeje yang masih memberontak. Pasalnya, aroma khas neraka itu melewati hidungnya, dan tak sengaja, aroma itu dirinya hirup dalam-dalam karena pasokan oksigen yang menipis dalam tubuhnya semasa ia menahan diri untuk tidak bernapas.

Abel terus mengganggu adik-adiknya sampai akhirnya seseorang kembali datang dan melempar Abel dengan sebuah serbet. "Bisa nggak, kalau lo bangun pagi tuh damai dan nggak rese?! Mereka harus ke sekolah, jangan lo ganggu! Mending mandi sana! LO TUH BAU!" teriak Raven, sosok pemuda berwajah tirus yang terobsesi dengan kamera dan juga sepatu itu dengan penuh emosi saat melihat kelakuan Abel. Hal itu juga mengundang saudara-saudaranya yang lain ikut muncul untuk melihat keributan apa yang tengah terjadi.

"Ngapain, sih?" tanya Rei, anak kedua yang bertubuh mungil di keluarga ini, yang baru melangkahkan kaki dari kamarnya. Abel yang melihat Rei datang langsung melepas Jeje dan juga Atha, takut.

Bilang saja Abel lemah. Dia bisa saja melawan siapa pun yang ada di dunia ini. Namun, untuk melawan sosok mungil itu, Abel angkat tangan. Pasalnya, kecil-kecil begitu, Rei adalah spesies manusia mengerikan.

Apalagi jika laki-laki itu sudah siap sedia dengan gagang sapu di tangannya. Maka, hari itu adalah kiamat kecil untuk Abel dan kehidupannya. Seram, deh, pokoknya! Kalau kalian mau coba untuk kena marah Rei, silakan aja.

"Nah, kicep kan lo. Ini, Kak, si Abel ganggu adik-adiknya terus." Raven mengadu pada Rei sembari menunjuk ke arah Abel yang kini menunjukkan peace sign di kedua tangannya.

Mata Abel bergulir ke arah Rei dan menangkap api amarah dari kedua mata kakaknya itu. Untuk itu, tanpa pikir panjang, Abel pun mengambil langkah seribu untuk kabur dari serangan Rei.

"MANDI, ABEL!" teriak Rei yang Abel dengar dari kejauhan di tengah upayanya untuk berlari.

"IYA, INI MAU MANDI!" balas Abel diiringi tawa kencang karena berhasil kabur dari macan mungil di dalam rumahnya.

ARKANANTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang