CHAPTER 6

8.1K 793 81
                                    

Raven membuka matanya, ia mengedarkan pandangannya. Ia sedang berada di kamarnya, ia melihat sekitar, tak ada siapa-siapa di sini. Namun kamarnya sangat rapi, tak seperti kamar Raven yang lumayan berantakan seperti biasanya.

Raven bangun dari tempat tidurnya, melangkah keluar dari kamar dan mengedarkan pandangan ke sekitar, melihat kenapa rumahnya sangat sepi hari ini? Padahal biasanya akan ada suara suara berisik dari luar kamar, entah suara Jeje. Atha ataupun Abel.

Ia kembali berjalan menyusuri lantai dua, berhenti di depan kamar Abel yang tertutup rapat. Ia membuka pintu kamar Abel dan tidak menemukan siapa-siapa disana. "Bang Abel?" nihil tak ada jawaban, ia kembali menutup pintu kamar Abel dan melanjutkan langkahnya ke arah kamar Rei. Ia melakukan hal yang sama namun tak juga menemukan Rei disana, begitu juga dengan Bian, Jeje, serta Atha.
Lalu ia kembali memutar ruang tengah lantai dua, menuju kamar yang berada di ujung lantai dua, kamar Kavin.

Raven berhenti di depan kamar Kavin, seperti berpikir, haruskah ia buka kamar ini? Dan setelah diam di depan pintu, akhirnya ia membuka kamar Kavin, benar saja ada Kavin yang sedang duduk di atas kasurnya yang berantakan, karna lelaki itu sedang menyusun lego. Kavin tak sadar Raven sudah masuk ke dalam kamarnya. "Mas Kavin?" panggil Raven,

Kavin menoleh ke arah Raven dan sontak terkejut belihat keberadaan, "Ngapain kesini?" tanya Kavin kepada Raven.

Raven menggigit bibirnya, "Gue muter lantai dua nyari yang lain nggak ada, pas kesini, ada Mas Kavin." Kavin turun dari kasurnya, meninggalkan lego yang masih berserakan di atas kasurnya.

"Harusnya lo kalo nyari jangan kesini dong, ini kan kamar gue?" ucapnya sambil berjalan keluar kamar, diikuti oleh Raven yang berjalan dibelakangnya. Raven masih bingung. "Ayo kebawah, gue temenin," ucap Kavin, lalu mereka turun ke lantai satu beriringan, Raven mengedarkan pandangannya ke lantai satu. Masih sepi. Hanya ada TV yang masih menyala. Kemana sih saudaranya? Apakah ini bukan hari libur? Harusnya kalau bukan hari libur, mereka membangunkan Raven, karna Raven juga akan pergi kuliah seperti yang lain.

Raven terus mengikuti langkah Kavin yang akhirnya berhenti di ruang makan, Raven mencium bau yang sangat lezat dari dapurnya. Bau yang asing di hidungnya.

Tak lama kemudian, muncul seorang wanita dari dapurnya. Itu Mama. Raven tahu betul itu Mama.
Raven terkejut melihat sang Mama yang baru saja keluar dari dapur. Sang Mama pun juga tak kalah terkejutnya melihat keberadaan Raven di ruang makan. "Mas Raven? Kamu ngapain?" tanya Mama, masih terkejut dengan Raven yang ada di depannya.

Kavin mendekat ke arah sang Mama, "Tadi dia nyariin yang lain, dia tadi masuk ke kamar Mas Kavin, Ma." Raven masih terdiam di tempatnya, bingung, kenapa bisa ada Mama disini?

Sang Mama mendekat ke arah Raven, lalu memegang pundaknya, "Kamu kenapa?" tanya sang Mama, tanpa aba-aba Raven langsung memeluk Mama-nya dengan erat. Tak mau melewatkan kesempatan. Sudah bertahun-tahun tak ada sang Mama di sisinya, sudah bertahun-tahun ia tak melihat sang Mama ataupun merasakan dekapannya. Raven benar-benar merindukan sosok Mama di hidupnya. Sang Mama hanya membalas pelukan Raven penuh cinta, ia juga mengusap rambut Raven dengan penuh kasih sayang.

"Mas Raven kangen sama Mama," ucapnya masih dalam pelukan sang Mama.

"Mama juga kangen Mas Raven..." jawab sang Mama masih setia memeluk tubuh Raven.

Raven melepaskan pelukannya dari sang Mama, "Ma yang lain mana? Mama udah ketemu belom? Ayo ma! Kita suruh Papa pulang, makan masakan Mama! Kita makan bareng, kita kumpul lagi! Ayo ma!" ucap Raven penuh semangat. Sang Mama hanya tersenyum.

"Ayo keluar, Papa dan yang lain ada di luar." ucap sang Mama, Raven dengan semangat menarik sang Mama, tak lupa pula ia menarik Kavin yang baru saja mau duduk di meja makan.

ARKANANTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang