"Wah, apartemen Uncle yang sekarang besar, ya. Keren!" teriak Jeje kala ia dan Atha sampai di apartemen milik Johnny. Setelah pertengkaran hebat di rumah tadi, Johnny memutuskan untuk mengajak Jeje dan juga ke apartemennya. Alih-alih mengajak mereka agar tak teringat akan kejadian di rumah tadi, Rei yang meminta langsung pada Johnny agar mereka tak perlu merasakan atmosfer kemarahan di rumahnya, kedua anak bungsu keluarga itu masih terlalu kecil untuk terlibat dalam masalah ini.
Johnny hanya tersenyum memandang kelakuan dua keponakannya yang malah menelusuri apartemen miliknya. "Ih, beneran keren. Beda sama yang dulu. Pasti mahal, ya, Uncle." Atha berbicara dengan nada yang bersemangat sembari berjalan mendekat ke arah Johnny, menunggu jawaban.
"Mahal, dong. Supaya Uncle merasa nyaman tinggal di sini. Biar Jeje sama Adek juga sering ke sini." Johnny terkekeh, sementara Jeje mengacungkan jempolnya. Kalau begini, sih, Jeje pasti akan betah main di apartemen Johnny.
Atha kemudian duduk di sofa ruang tengah Johnny sambil memainkan iPad-nya, entah apa yang dilakukan anak itu. Johnny pun mendekat dan segera duduk di sebelah Atha. "Adek ngapain?"
Yang ditanya menoleh ke arahnya lalu tersenyum singkat. "Nggak lagi ngapa-ngapain, Uncle," jawab Atha diiringi gelengan pelan. Namun, Johnny dapat melihat dari tatapan sendu di hadapannya kalau pikiran anak itu pasti masih terbayang pada kejadian di rumahnya tadi.
"Adek lagi di apartemen Uncle. Kita senang-senang aja, ya?" tawar Johnny. Lama Atha tak menjawab ucapannya, sampai akhirnya anak mengangguk menyetujui. Kemudian Johnny menarik Atha kedalam rangkulannya dan mengecup puncak kepala anak itu.
Di antara ketenangan dari dua manusia itu, suara Jeje kembali terdengar dari arah dapur dan memecahkan atmosfer hangat yang kini Atha rasakan. "UNCLE, INI JAJANAN BANYAK BANGET BUAT APA?" Atha dan Johnny yang mendengar suara melengking dari mulut Jeje pun saling bertatapan dan terkekeh. Mereka berdua kompak berdiri dan menghampiri Jeje yang kini masih berdiri di hadapan kulkas yang berisi banyak makanan.
Johnny pun makin terkekeh kala gemas melihat tingkah keponakannya itu. Sebab, Jeje menatap tumpukan makanan itu selayaknya mendapatkan harta karun. Padahal, di dalam kulkas rumahnya juga tidak terlalu jauh berbeda dengan isi kulkas di hadapannya.
"Buat kalian dan abang yang lain juga. Jadi, kalau kalian ke sini bisa ngemil dan nggak ngeluh kelaparan. Ambil yang banyak, ya, Je," ucap Johnny. Jeje yang mendengar hal tersebut meloncat kegirangan sambil memilih jajanan di sana. "Adek, ayo ambil. Dihabisi juga nggak apa-apa. Besok Uncle beli lagi."
Atha yang mendengar kalimat itu pun langsung memeluk Johnny. "Terima kasih, Uncle!"
Hati Johnny menghangat, dalam hatinya ia juga berdoa, "Semoga, anak-anak baik ini selalu bahagia dan lepas dari rasa sakit selama ini...."
Sudah seminggu sejak Jeje dan Atha tak pulang ke rumah. Raven yang biasanya ditemani oleh kedua adiknya itu, merasa sedikit rindu dengan kehadiran mereka. Namun, ia gengsi untuk mengatakannya. Karna ia sudah pasti akan diledek oleh saudara-saudaranya, karna mereka semua tahu kalau Raven akan selalu beradu mulut dengan Jeje dan juga Atha.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKANANTA
FanfictionArkananta, nama belakang yang dimiliki oleh tujuh remaja tampan dan unik dengan masing-masing karakter yang dimiliki. Sebuah keluarga yang dikepalai oleh Januar Arkananta, duda tampan kaya raya, memiliki kehidupan yang hangat dan penuh cinta antar s...